Bagian 1: 2%

590 161 27
                                    

Jika ditanya kenapa saya bisa jatuh hati pada Sabiru jawabannya itu klasik, Sabiru baik. Saya masih ingat jelas saat interaksi pertama kami yang membuat saya tersanjung.

Waktu itu Sabiru menawari tebengan pada saya disaat semua anggota kelompok saling melepar nama saya agar ada yang bersedia membawa saya. Padahal Sabiru beda jurusan dengan saya dan kenapa dia ada bersama dengan kelompok saya itu karena dia ada urusan dengan Bima----ketua kelompok saya. Tapi gara-gara saya, Sabiru harus kerepotan membawa dan mengantar saya pulang.

Sejak saat itu juga kami yang asing menjadi kenal satu sama lain, Sabiru bahkan sering menyapa saya dan kadang juga menghampiri kala saya sendirian, lalu melempar candaan yang membuat saya perlahan terbiasa dengan kehadiran nya.

Hingga pada akhirnya saya sendiri kerepotan karena kata 'terbiasa' itu berubah menjadi nyaman dan berakhir dengan saya yang menyukai seorang Sabiru Basupati.

Saya tidak pernah berekspetasi lebih dalam menyukai Sabiru, karena saya tahu mana mungkin Sabiru bisa membalas perasaan gadis kaku seperti saya. Tapi ternyata Tuhan sudah merencanakan hubungan saya dengan Sabiru yang saat ini berjalan dengan sangat manis.

"Abis nonton mau ngapain lagi?" tanya Sabiru.

"Pulang aja, aku ada tugas." jawab saya mengingat ada tugas dari dosen kemarin. Sebenarnya batas pengumpulannya masih lama, tapi saya ingin cepat-cepat selesai agar bisa bersantai tanpa memikirkan tugas.

"Tapi sebelum ke kos kamu aku mau beli sweater dulu ya."

"Iya."

Sabiru berhenti melakangkah, saya bisa merasakan jika saat ini dia sedang menatap saya dengan heran. "Kenapa?"

"Kamu gak larang aku beli sweater lagi?"

"Buat apa? Kemarin aja gak di denger sama kamu."

Sabiru terkekeh, dia merangkul bahu saya. "Maaf, lagian waktu itu sweater aku di pake sama si Jakti. Aku pernah bilang kan kalo aku gak suka barang aku di pake sama orang lain."

"Inget. Jadi sekarang mau beli dimana?"

"Online aja deh, sekarang ayo pulang."

❇❇❇

"Mentari."

"Hmm."

"Sebentar lagi kan tahun baru, aku sama temen-temen rencananya mau ke vila. Kamu mau ikut gak?"

Saya terdiam untuk beberapa saat. Liburan di vila? Sepertinya menyenangkan, apalagi dari tahun kemarin saya memang ingin liburan ke vila tapi belum kesampaian sampai sekarang.

Tapi jika saya ikut dengan Sabiru, apa tidak akan merepotkan? Pasti disana saya hanya diam dan ujungnya Sabiru yang melakukan ini itu untuk saya.

"Gak, kamu aja."

"Tapi aku mau kamu ikut."

Saya menoleh pada Sabiru yang sedang tiduran di kasur. Sabiru menatap saya dengan penuh harap membuat hati saya tidak tega untuk menolaknya. Liburan tahun baru bersama Sabiru memang terdengar menyenangkan, tapi saya takut jika kehadiran saya malah mengganggunya.

"Disana kan ada temen-temen kamu, masa aku harus ikut? Nanti aku cewek sendiri lagi."

"Ada cewek juga kok, makanya aku ajak kamu."

Suara decitan kasur terdengar, Sabiru turun dari sana dan menghampiri saya yang duduk dilantai. Sabiru memindahkan laptop yang ada dipangkuan saya lalu menggenggam tangan saya.

"Ikut ya?"

"Tapi Sabiru---"

"Rain. Kamu tau dia kan? Dia ikut."

SantariWhere stories live. Discover now