[TRI]

2 0 0
                                    

Setelah kejadian pagi tadi, Arunika sebisa mungkin menghindari Sandhya di sekolah

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Setelah kejadian pagi tadi, Arunika sebisa mungkin menghindari Sandhya di sekolah. Jika ditanya karena apa, jawabannya bukan apa-apa. Bukan karena ilfeel atau semacamnya, Arunika hanya masih malu untuk bertemu setelah confess yang membuatnya terkejut setengah mati.

Walaupun begitu, si korban pastinya berprasangka buruk terhadapnya. Sudah dipastikan sekarang Sandhya sedang bingung memikirkan alasannya menghindar.

Hari ini di sekolah, setiap ia melihat Sandhya mendekat kearahnya ia akan segera pergi menjauh atau pindah ke tempat lain. Bukan hanya Sandhya yang kebingungan, Rigel juga dibuatnya bingung ditambah lelah karena sudah dibawa pindah kesana kemari setiap menitnya.

Lihatlah, ini sudah jam tiga lewat dan saat ini yang sedang kita bicarakan sedang leyeh-leyeh di kasurnya seraya menonton drama korea yang kini sedang ramai diperbincangkan sejak ia pulang sekolah tadi. Ia bukan pecinta drakor sebenarnya, ia hanya selalu mengikuti trend yang sedang ramai. Agaknya ia lupa akan kejadian pagi tadi, ia bahkan melupakan bahwa ia harus menyiapkan jawaban beserta alasannya untuk Sandhya besok.

Sudah seperti mau ujian saja, tetapi begitulah.

Tak lama, handphone-nya yang sejak tadi tergeletak tak jauh darinya berbunyi, memunculkan notifikasi dari aplikasi chat berwarna hijau di sana. Si pemilik kini menaruh atensinya kepada benda pipih berbentuk persegi panjang itu. Ia mengeklik pause di laptopnya untuk menjeda drama yang sedang ditontonnya. Meraih handphone-nya, kemudian membaca notifikasi yang baru saja datang. Melihat nama kontak si pengirim, ia tidak tahu harus dideskripsikan seperti apa perasaannya sekarang.

Rasanya semua perasaan itu berbentrokan di hatinya, senang, kaget, sedih, tidak bisa percaya, semuanya terasa tercampur aduk.

Ia berlanjut membaca isi pesannya dari jendela notifikasi tanpa membuka pesan tersebut. Agar dirinya terlihat sibuk dan sok jual mahal, tujuannya.

Sandhya
[ Hai, Nika. Yang tadi disekolah belum selesai loh.. ]
[ Jadi gimana? ]

Dahi Arunika mengkerut, menerka maksud dari pesan Sandhya. Pertanyaannya ambigu, ia jadi bingung sendiri. Tetapi pertanyaannya membuatnya ingat akan kejadian tadi pagi, juga mengingatkannya kepada ucapan Rigel siang tadi ketika ia curhat.

“Kalo gue sih dukung lo sama siapa aja, sih, Nik. Lagian Sandhya juga orangnya baik, udah kenal kita dari lama juga. Tapi kalo menyangkut masalah agama lo sama dia, gue belom berani kasih saran, deh. Tapi lo harus inget juga sih, hubungan gue sama kak Raihan waktu itu,
yang harus kandas gara-gara mamahnya dia lebih milih cewek yang seiman. Masih sakit, men,” saran Rigel yang kini memukul-mukul dada sebelah kirinya mengingat kisah cinta pahitnya di masa lalu.

“Kata gue lo harus cerita dulu deh sama ibu lo, dia pasti tau lo harus apa. Memang sulit, Nik, pacaran beda agama mah. Ibu lo pasti bakal minta Sandhya masuk ke agama lo nantinya, sedangkan udah dipastiin kalo tiap orang tua pasti gak mau anaknya keluar dari ajarannya.

Begitu ibu lo, begitu juga bundanya Sandhya. Tapi semua keputusan ada di tangan lo sih, jadi terserah elo nya. Gue cuma ngasih pendapat gue doang, gimanapun keputusan lo nanti, gue sebagai temen cuma bisa support lu, dah.”

Begitu ujar Rigel yang panjang lebar telah ia jelaskan.
Dipikir-pikir, ucapan Rigel memang benar. Arunika jadi sedikit menyesal tidak menceritakan kepada ibunya pertama kali. Maka kini Arunika bangkit dari acara rebahannya, beranjak keluar dari kamarnya untuk menemui ibunya. Namun sebelum itu ia membalas dahulu pesan Sandhya yang tearabaikan beberapa menit lalu, tak lupa pula untuk mematikan laptopnya yang masih menyala.

You
[ Eh? Iya, jadi gimana? ]


Arunika membalas pesan Sandhya, tepatnya ia bertanya balik bukannya menjawab. Karena sesungguhnya Arunika juga bingung ingin membalas apa, jadilah seperti itu. Setelah pesannya terkirim, ia lantas menutup aplikasi WhatsApp-nya berharap supaya yang di seberang sana tidak segera membalas lagi pesannya.

Arunika tak langsung menemui ibunya, saat ia keluar kamar Arunika baru ingat dirinya belum salat ashar. Jadilah ia salat terlebih dahulu sebelum bicara pada ibunya.



To Be Continued

To Be Continued

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Sandhya & ArunikaOnde histórias criam vida. Descubra agora