langganan remedial

214 30 4
                                    


"Kayaknya, kalau bersosialisasi dijadiin ujian, aku kayaknya bakalan langganan remedial, deh."

"Hah?"

Aku mengangguk, "Iya, aku pikir semenjak pandemi gini aku bakalan baik-baik aja, enggak ketemu orang, enggak harus keluar rumah, bicara. Tapi tiba-tiba tatap muka gini aku jadi bingung. Aku ternyata sepayah ini bersosialisasi."

"Kenapa? Coba cerita lebih jelas kamu kenapa hari ini?"

"Ya gitu deh, aku ngerasa bukan manusia aja."

"Kok gitu?"

"Katanya manusia itu makhluk sosial, tapi aku juara satu gagal bersosialisasi sama manusia. Aneh, aku takut sama manusia padahal aku juga manusia."

"......"

"Aku enggak punya temen..... Orang orang enggak lihat aku apa ya, tadi dikampus semua orang kelihatan udah punya teman, kok aku enggak bisa kayak gitu, ya?"

"Kamu udah coba ngajak kenalan duluan?"

Aku menggeleng, lalu dengan kikuk menjawab, "Takut, aku enggak pernah berani buat bicara. Rasanya setiap aku buka suara, satu dunia hujat aku habis-habisan."

"Siapa?"

"Hah...." Aku mengernyitkan dahiku.

"Siapa bilang kalau kamu bicara, satu dunia bakalan hujat kamu?"

"Aku. Aku ngerasa enggak pantas aja. Enggak tahu, aku mau kayak orang normal lainnya, yang berani, yang punya banyak teman, yang kalau mau ngomong tinggal ngomong aja enggak muntah dulu. Aku mau kayak gitu, tapi kok rasanya mustahil banget, ya?"

Aku mengusap wajahku, lantas merebahkan diriku di atas kasur, "Sekarang aja kamu pasti ngerasa aku orang paling aneh didunia, kan? Aku cuma mau cerita aja, soalnya cuma kamu yang mau dengerin celotehan orang aneh ini."

"Aku enggak pernah anggap kamu aneh, semua orang punya struggle dan masalahnya masing-masing, who am I to judge after all."

Aku tersenyum tipis, "Andai aku ketemu banyak orang kayak kamu."

"Banyak kok, kamu pasti ketemu. Cari aja, enggak usah takut, beberapa manusia emang ada yang jahat tapi enggak dipungkiri tetap ada orang yang baik atau yang menurut kamu baik dan bisa diajak berteman."

Aku mengucek mataku, "Takut..... Kalau aku ketemu orang yang jahat, gimana?"

"Kalau, jahat enggaknya orang enggak bisa kita tentuin sebelum kita tahu sebener-benarnya mereka. Bisa aja yang kelihatan jahat malah baik yang kelihatan baik malah sebaliknya. Aku enggak nyuruh kamu buat langsung ketemu atau ngajak kenalan semua orang di kampus atau dikelas kamu, enggak. Satu orang juga udah cukup kok. Good luck finding them ya. Aku enggak yakin kamu akan selalu ketemu orang yang baik tapi aku harap  orang yang kamu ketemu didominasi orang yang baik, ya!"

"Aku harap juga begitu, aku masih takut sebenarnya. Tapi aku bakalan coba lagi besok. Kalau ketemu orangnya, aku bakalan cerita lagi. Kamu masih ada disini kan besok?"

"Aku memang selalu ada disini, kan kamu yang ciptain aku buat selalu ada nemenin kamu."

Aku menepuk dahiku, "Oh iya! Selain remedial bersosialisasi aku juga ternyata harus remedial soal mengingat sesuatu. Aku lupa, maaf ya!"

"Enggak jadi masalah, aku harap kamu ketemu orang yang beneran bisa kamu ajak bicara bukan malah ngehabisin waktu bicara sama aku, imajinasimu aja."

"Tapi kamu temanku.... Aku senang bicara sama kamu!"

"Aku juga, tapi aku jauh lebih senang lagi ngelihat kamu bicara dan punya teman yang benar-benar ada. Aku hanya tokoh yang kamu ciptain karena terlalu kesepian."

"Jangan buat aku sedih, kalau aku punya teman. Kamu bakalan selalu ada, kan?"

"Kalau soal itu, cuma kamu yang paling jago buat cari jawabannya. Soalnya dari awal aku enggak benar-benar ada, tapi aku juga bukan berarti enggak ada. Eksistensiku itu adalah kuasa kamu. Tapi entah nanti kita masih ngobrol atau enggak, aku bakalan selalu ada."

"Aku janji, kamu bakalan selalu ada kok. Kamu juara satu pendengar paling baik buat aku hehehehe."

"Aku memang selalu juara sih. Besok kabarin kalau udah nemu teman. Gapapa remedial bersosialisasi, remedial terus bisa bikin kamu tahu dimana kurangnya kamu, nanti gak lagi gagal deh, soalnya udah jago."

Aku terkekeh pelan, "Heheh siyap!"

Lalu enggak lama setelah itu, suara lantang ibu datang di iringi dengan derap langkah keras. Dengan kesal ibu buka pintu kamarku kasar, lalu berujar ketus, "Bicara sendiri lagi? Bisa berhenti, gak? Prihatin ibu lihat lama-lama. Makanya cari teman biar kamu enggak bicara sendiri kayak orang gila."

"Makanya bantuin aku cari temen...."

"Kamu bukan anak TK lagi, udah delapan belas masa cari teman aja kamu enggak jago. Dah sana mandi, kamu bicara sendiri lagi, mama bawa kamu ke dukun biar di ruqyah."

"Aku enggak lagi bicara sama setan, ngapain ibu mau ruqyah."

"Udah enggak usah jawab lagi, mandi cepat. Besok pokoknya harus udah ada teman. Heran, cari teman aja payahnya minta ampun. Kalau oranglain tahu, ibu punya anak yang suka ngomong sendiri, gimana? Kamu juga pasti enggak mau di anggap aneh kan?"

"Iya, aku usahain...."

Setelahnya ibu melenggang pergi, dan aku kembali merebahkan tubuh. Berandai jika besok ada orang yang mau berteman denganku.

[]

A quick relatable short story because I've been feel like this since college started. Enjoy, have a great night.

subuh tadi, gagak beri kabar kalau dia sudah matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang