two slow dancers, last ones out

323 52 5
                                    

3. Two slow dancers, last ones out


Tiap pukul tiga pagi tatkala isi kepalaku sayup-sayup menyuruhku untuk tak lagi menyapa pagi, notifikasi darimu selalu muncul membuyarkan semuanya. Kamu dan pertanyaan yang selalu muncul dijam-jam sakral sama seperti sebelumnya, sudah menjadi seperti rutinitas.

Ku baca pesan darimu, menebak-nebak pertanyaan apalagi yang muncul di dalam kepalamu yang sama ramainya denganku.

"Ra, kamu ngerasa nggak sih kalau akhir-akhir ini waktu berlalu terlalu cepat, orang-orang melangkah terlalu cepat atau kita saja yang terlalu lambat, jadi kita ngerasa kayak gitu?" Begitu bunyi pesanmu.

Aku dalam hati mengiyakan, waktu memang akhir-akhir ini berlalu terlalu. Capek, seperti dikejar-kejar sesuatu, sesak.

"Huum, aku ngerasa kayak gitu juga. Nggak tau kita yang terlalu lambat atau waktu yang terlalu cepat. Aku kadang bingung kok orang-orang udah melaju di chapter selanjutnya, sedangkan aku masih stagnan disini. Tapi bisa jadi aku-nya aja yang nggak mau hari besok cepat-cepat datang, nggak mau beranjak maunya stagnan aja. Jadi kayak ngerasa semuanya cepat padahal waktu berjalan dengan semestinya."

Aku terdiam membaca apa yang baru saja aku ketik, diam-diam merasa tertampar dengan omongan sendiri. Dan dua menit berlalu, aku juga nggak melihat balasan dari kamu. Aku mengernyit pelan, lantas mengetik cepat memanggil namanya.

"Jie? U still there?" balasku.

Tak lama kamu membalas, "Yep i'm still here. U got the point btw, aku kadang bingung deh, kenapa ya terlalu takut sama hari esok? Padahal sama seperti hari-hari sebelumnya mau seburuk apapun itu kita pasti bakalan bisa ngelewatinnya, kan?"

Aku mengangguk pelan membaca pesanmu, "Mungkin karena hari besok itu abu-abu? Kita nggak tau pasti apa yang akan terjadi, apakah besok berakhir baik atau buruk, we have no idea. Jadi itu sesuatu yang enggak bisa kita pastikan lah yang buat kita sering takut, cemas berlebihan."

Tak seperti sebelumnya, kamu langsung membalas pesanku beberapa detik kemudian, "Bener sih, tapi Ra, entah itu waktu yang terlalu cepat atau kita yang melambat atau bahkan kita yang pengecut menyambut hari besok, kita enggak usah ikut terburu-buru, let everything go as it should, kita enggak usah ikut menyamakan langkah kaki orang-orang yang malah bikin kita capek. Kita enggak tertinggal kok, kita enggak sedang berkompetisi. Emang kelihatannya kayak kita stagnan aja padahal enggak kita udah mulai jalan, langkah kita emang enggak selebar mereka tapi langkah-langkah kecil itu jadi bukti kalau kita juga berusaha maju."

Aku membaca pesanmu, bertanya-tanya kenapa kamu selalu bisa meredakan cemas yang menggerogotiku. Aku nggak bisa bilang apa-apa selain berterima kasih.

"Jie, makasih ya. Your words comforting me."

"Eh? Sama-sama. Tapi aku enggak masalah melambat bareng Ra, kita pelan-pelan aja, every steps matter. Being a slow dancer while everything dance too fast doesn't seems bad. Everyone has their own tempo. Lagi pula kita kayak kelihatan punya banyak waktu, kan? Hehehe spend more times with u seems great :0"

Aku tanpa sadar tersenyum, "Did you just flirting with me?"

"If you think like that then it could be ;)"

"Yeh, kebiasaan. Tapi makasih ya, honestly talk to you makes me feel better, every conversation we had always bring comfort to me. So thank you so much Jie."

"My pleasure Ra, having midnight talk with you always so fun, and it's great to have someone to talk bout everything it makes me feel better too. I didn't have to drowning with my own thoughts that always giving me terrible headache next morning. Makasih juga Ra, maaf ya selalu ngajak ngobrol selarut ini."

"No worries, Jie! You don't have to feel bad bout that!"

"Ay ay captain! Bentar lagi jam empat, kamu enggak tidur?"

Aku menatap jam di ponselku, ah ya benar juga, ngobrol sama Jie memang suka buat lupa waktu. Seperti waktu melaju cepat sedang kami melambat.

"Oh iya, enggak sadar hehe. Nggak tidur Jie? aku tidur dulu ya. Night." Balasku sembari menguap, kantuk sudah mulai ku rasakan.

Tak sampai semenit balasan datang, "Iya, good night. Ini mau tidur juga kok. Let's talk again next time, see ya!"

Lantas konversasi itu berakhir dengan, "Sure, see ya!"

[]

Pukul tiga pagi sama seperti sebelumnya, tapi kali ini berbeda. Malamku tidak lagi diisi dengan pertanyaan-pertanyaan random darimu, Jie. Melainkan ku habiskan malam tanpa kantuk dengan membaca pesan-pesan dulu kita.

Hanya butuh waktu 3 bulan buat kamu mempercepat tempomu, langkah-langkah kecilmu perlahan-lahan semakin besar, sedang aku masih tak juga berubah.

You told me it's fine if we become slow dancers but look who's dancing alone now?

But no worries, i dont have to rush, like you said let everything go as it should.

I'll be fine with my own tempo.

[]

I honestly have no idea what I write right now, but happy reading i guess.





subuh tadi, gagak beri kabar kalau dia sudah matiWhere stories live. Discover now