9 - I'm Sorry, Baby...

1.6K 147 33
                                    

Ruang kerja Jumpol

17 : 00

Gun duduk dengan gelisah di sofa ruang kerja Jumpol. Ruangan minimalis yang awalnya sangat ingin ia masuki karena keingin tauan kini menjadi ruangan yang paling ingin dihindarinya.

Tatapan tajam si pemilik ruang sejak tadi tak beralih darinya, namun tak juga kunjung bersuara. Dan itu membuat Gun menjadi kaku sampai mengalihkan pandangannya kemanapun yang ia bisa.

"Jadi... bagaimana caramu menjelaskannya kali ini?" Off akhirnya bersuara dingin, membuat bulu kuduk Gun berdiri seketika.

Lelaki mungil itu melirik Off takut-takut.

"Bukankah aku sudah pernah membahas peraturan untuk anak-anak padamu? Dan kau masih melanggarnya." Off tak memberinya celah untuk membela diri.

"A-aku tau. Maaf Phi... aku tak tega menolak permintaan anak-anak.." Gun akhirnya menjawab dengan suara kecil.

Namun Off tak juga melonggar. Pria itu menyatukan alisnya marah dan menggebrak meja dengan tak sabar sambil berkata, "Kau tau tapi masih melanggar! Jangan gunakan anak-anak sebagai alasanmu, Atthaphan! Kau juga punya batas atas mereka!"

Hati Gun berdenyut perih. Lagi-lagi Off mengangkat-angkat statusnya bagi anak-anak itu di pertengkaran mereka. Gun benar-benar menyayangi mereka. Dan ia jelas tak bisa ikut mengabaikan mereka seperti yang selama ini Off dan Mook lakukan.

"A-aku memang bukan orang tua kandung mereka. Aku tau aku cuman orang asing disini! Tapi aku gak menggunakan anak-anak sebagai alasan! Aku cuman gak mau liat mereka sedih dan tertekan dengan sikap orang tua kandung mereka sendiri yang tidak memperdulikan mereka! Mix, Win dan Chimon itu manusia, Phi! Mereka bukan cuman boneka yang dimainkan ketika ingin dan bisa kalian buang ketika bosan!"

Nada suara Gun naik dengan amarah. Seluruh keberaniannya benar-benar keluar dihadapan Off ketika menyangkut anak-anak itu.

Namun Jumpol tentu tak senang dengan nada Gun berbicara padanya. Pria itu semakin terpelatuk marah, merasa harga dirinya di rendahkan oleh lelaki mungil seperti Gun.

BRAK!

Jumpol menggebrak meja sekali lagi dan tubuhnya maju ke arah Gun, bersamaan dengan tangan kanannya yang mencengkram kuat kedua pipi Gun.

"Omonganmu mungkin benar, Gun. Tapi, semua kesalahan tetap harus di beri hukuman. Kau dan anak-anak tetap harus dihukum!" Off menghempaskan wajah Gun ke samping hingga tubuh mungil lelaki itu ikut limbung ke samping.

Gun dengan cepat menahan pergelangan tangan Off yang berjalan ke pintu keluar kamarnya, hendak memanggil ketiga putranya.

"Phi! Ja-jangan hukum anak-anak.. Aku yang bawa mereka main, ja-jadi hukum aja aku. Jangan mereka." Gun mungkin akan menyesali ucapan sok beraninya. Namun ia tentu tak bisa membiarkan anak-anak yang baru saja bisa merasakan sedikit kebebasan itu, kembali tertekan.

Senyum miring tercetak di wajah tampan Off. Pria itu jelas tau Gun akan berkata seperti itu. Dan Gun tau hukumannya tak akan baik.

"Bagus sekali." Jumpol kemudian dengan kasar menarik pergelangan tangan Gun yang sebenarnya masih sakit akibat perlakuannya terakhir kali. Namun Gun tetap tak bersuara saat Off membawanya ke kamar mereka lewat connecting door di sudut ruang kerja.

Pria itu membawa Gun ke dalam kamar mandi mewah itu. Perasaan Gun menjadi semakin tak enak. Sebenarnya, ada sebuah rumor buruk tentang kepribadian Off dulu. Meski pada awalnya banyak yang tak percaya, termasuk Gun sendiri. Namun setelah mereka menikah, Gun semakin merasa bahwa rumor itu benar adanya.

Our Family { Offgun}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang