19 - He's not Okay, Me too

276 45 1
                                    

Tutt—

Suara putusnya sambungan masih bergantung di telinganya. Jangan tanya bagaimana keadaan Gun saat ini.

Lelaki itu bersandar di lemari yang ada di sisi dapur, masih dengan ponsel yang bergantung di genggaman lemasnya.

Tidak ada air mata, namun kepalanya menunduk, menyembunyikan ekspresinya di balik untaian rambutnya yang kini mulai memanjang.

Berat.

"Papa..?"

Gun segera mengangkat wajahnya, memasang senyum hangat, menyambut Chimon yang mendekat dengan wajah mengantuk sambil menggosok pelan matanya. Baru bangun.

"Jangan gosok matanya, Chi. Nanti merah." Gun menegur.

"Papa nangis?" Chimon bertanya pelan melihat Gun yang lemas, namun Gun segera menggeleng dan menghampirinya.

"Enggak kok. Chi baru bangun? Mana Kak Iwin?" Gun segera mengalihkannya.

"Iwin di sini, Pa." Win yang menyusul juga terlihat.

Gun terdiam menatap kedua putra Off itu. Hatinya semakin berat memikirkan mereka, hubungannya, hingga jalan yang akan ia ambil kedepannya.

Hingga Win tiba-tiba bertanya, "Papii nelpon ya?"

Gun agak terkejut, ia yakin sudah berbicara sepelan mungkin tadi. Namun tampaknya bukan itu yang membuat Win bertanya.

Gun tersenyum dan menjawab jujur, "Iya. Papii rindu kalian loh. Katanya bakal jemput sebentar lagi. Kalian siap-siap ya? Mau makan malam dulu?"

Iwin menggeleng, sedangkan Chimon yang hampir mengangguk akhirnya diam.

"Papa ikut pulang kan?" Win memastikan—meski bisa menerka jawabannya.

Gun menggeleng pelan. Agak ragu, takut mematahkan harapan di mata kedua anak itu.

"Maaf sayang.."

"Papa masih marah sama Papii?" Win lagi-lagi bertanya, namun Gun menggeleng cepat.

"Papa gak marah, Sayang. Siapa yang bilang Papa marah?" Gun mencengkram lembut kedua bahu Win, menatap mata anak itu.

"Kalau gak marah, Papa pasti pulang,kan?"

Kali ini Gun terdiam. Telak.

"Pa," panggil Chimon pelan, berhasil membuat Gun yang tertegun kembali sadar, menoleh pada si bungsu.

"Papii sakit," katanya lagi dengan nada yang sama.

Gun terkejut, namun membiarkannya melanjutkan.

"Papii makin sering batuk. Gak pernah sarapan, makan siang, bahkan makan malam sama kita lagi 3 hari ini."

"Papii sibuk menghindari Mommy. Mommy juga gak pernah urus kita. Mommy gak bisa masak, gak perduli juga sama kita kalau gak ada Papii." Win ikut menambahi.

Gun lagi-lagi kehilangan kata.

Anak-anak ini sudah lama kehilangan sosok 'Ibu'. Tapi, bahkan saat sang Ibu kembali, mereka masih kehilangannya.

Gun menghelah nafas berat. Ia menarik kedua anak itu kedalam pelukannya, dan berkata,

"Maaf sayang. Untuk saat ini, jaga Papii baik-baik ya? Papii pasti baik-baik aja."

Ding—Dong!

Pelukan mereka terurai oleh suara bel rumah yang berbunyi. Gun beranjak untuk mengintip dari lubang di pintu. Ya, siapa lagi jika bukan dia.

"Anak-anak, Papii datang," ucap Gun pada kedua putra Jumpol itu, kemudian mengambilkan barang-barang mereka yang telah ia rapikan di sofa ruang tengah dan menggandeng mereka ke depan pintu sebelum membukanya.

Our Family { Offgun}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang