RM: Si pengantar susu

2.2K 439 50
                                    


REBIRTH :Melting
Lazy_Monkey96

|||

Alternate Universe.

Vote, Komen. Udah itu aja.





----------------------------🌹---------------------------






















"Mulai hari ini aku tidak akan pernah membiarkan kalian berdua memiliki waktu untuk bersama, bersiaplah."



Itu seperti pernyataan, tanda akan dimulainya sebuah peperangan.

Malam kemarin adalah malam paling mengejutkan bagi Ruby Jane Oliver, seperempat malam ia habiskan untuk berpikir dan berpikir. Hebat sekali pikirnya, manusia mana yang bisa mengambil atensinya sampai ia dibuat begitu tertantang untuk memikirkan sesuatu yang jelas jauh dari kata penting. Setelah pulang dari pasar malam hingga pagi kembali menjelang kedua mata Ruby Jane masih terbuka lebar, sorot matanya seolah enggan meredupkan kilat-kilat membara semacam dirinya bisa saja mati jika tidak memikirkan perkataan itu berulangkali.

Kantung mata yang menghitam, rambut yang acak-acakan, gaun yang tadi malam ia pakai bahkan masih melekat pada tubuhnya yang indah. Mengingat Ruby Jane paling benci tidur tanpa mengganti mereka dengan gaun yang lebih halus, sehalus kulitnya. Tentu bukan perkara yang mudah, otak cerdasnya yang dalam setiap kesempatan mampu mencari peluang usaha mendadak kosong. Tidak terpakai, hilang ditelan rasa sebal, mendadak membuat jantungnya berdegup keras.

Excited. Terlalu berlebihan.

Sungguh konyol.

Ruby Jane tak pernah merasa sefrustasi ini, jiwanya meneriaki nama Lady Bruschweiler. Perempuan yang baru sekarang Ruby Jane sadari sangat licik seperti rubah. Kepala Ruby Jane penuh dengan ide. Tentu, ide untuk menyambut setiap senjata yang akan diberikan si gadis bangsawan berkulit pucat.

Ruby Jane geram ingin menjambak rambut konyol mirip sarang lebah milik perawan rumahan itu, sebal mengingat bagaimana Lalisa dengan begitu percaya diri memberinya ancaman telak. Lagipula, sejak kapan kiranya seorang Oliver terintimidasi dengan kata-kata tidak bermutu?

Ya. Jika saja kalimat penuh omong kosong itu bukan keluar dari mulut manis seorang Lalisa Bruschweiler yang begitu tersohor namanya. Tentu Jennie tak perlu banyak berpikir, cukup libas beberapa pesaing yang menganggu. Dia tidak perlu memikirkan berapa banyak emas yang akan dirinya keluarkan, selagi ketenangan jiwanya tak disenggol sampai sifat tak ingin mengalahnya kembali timbul ke permukaan. Sayangnya. Si perempuan jalang kesepian itu, derajatnya begitu tinggi sampai dia tak perlu menutup diri dan dengan berani memberi peringatan pada Ruby Jane.

Kiranya kejadian malam kemarin akan menjadi pengalaman sekali seumur hidup Ruby Jane, menemani Lalisa, menuruti semua kemauannya, sampai Ruby Jane tak diberi kesempatan untuk berdua dengan Lucas Baron. Ruby Jane ingat bagaimana lengannya ditarik menjauh saat Lucas berniat menghampiri, yang lebih parah Lalisa tak segan menendang bokongnya yang cantik agar tak banyak buang waktu masuk ke dalam kereta kuda.

Ya ampun. Hampir Ruby Jane lupa, gelarnya saja bangsawan dan punya wajah menawan. Tingkahnya tak lebih kasar dari kuli panggul di pasar.

“Mari kita lihat, apa yang harus aku lakukan?”

Kedua mata Ruby Jane kembali mengobarkan kilatan api, senyum lebar dicampur gelak tawa aneh pada pagi buta cukup sudah membuat Ruby Jane tampak seperti gadis sinting tak tersalurkan bakatnya. Meraih pena bulu, lalu mencelupkan ujung pena pada lautan tinta dan Ruby Jane baru saja memulai perjalanan panjang penuh imajinasi, membuat rencana balasan untuk Lalisa Bruschweiler yang berada di rumah berbeda, sedang tertidur pulas tanpa beban.

Rebirth: MELTING [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang