BAB 03

292 57 3
                                    

[ Happy Reading ]






Rayyana Zoya Almeera atau yang sering di sapa Rayya itu tahu kalau ada yang tidak beres dengan kedua orang tua nya. Sejak lusa kemarin mereka terus-terusan mengintrosi nya tentang seorang lelaki. Padahal sudah jelas kalau saat ini dia sedang tidak menjalin hubungan dekat dengan seorang lelaki manapun.

Tapi tentu saja hal itu tidak membuat orang tua nya berhenti meracuni nya tentang 'pernikahan'. Dengan embel-embel usia yang sudah cocok untuk menikah, kedua orang tua nya lebih serius lagi untuk menuntut pernikahan kepada nya.

Seperti sekarang ini contoh nya. Hari ini Rayyana atau yang lebih akrab di panggil Rayya itu harus merelakan cuti akhir tahun nya di pakai untuk hari ini. Padahal dia sudah susah payah tidak mengambil jatah cuti bulanan nya agar di akhir tahun nanti dia punya jangka waktu cuti lebih banyak.

Tapi rencana itu harus di kubur dalam-dalam karena keinginan orang tua nya.

"Neng, udah siap belum? Geura atuh kita berangkat ke terminal." itu suara umi nya yang berseru dari luar kamar.

"Sebentar lagi, umi. Tanggung, lagi pakai kerudung." jawab nya menyahut seruan sang ibu.

Tidak butuh waktu banyak bagi nya untuk bersiap diri. Toh, dia hanya akan ke kota untuk mengantarkan titipan Abi dan Umi nya untuk di berikan kepada kerabat dekat orang tua nya. Tidak lain dan tidak bukan adalah Pak Sugandi.

"Ya Allah, kenapa ngnggak pakai baju yang udah umi siapin, neng? Kok malah pakai baju ini sih." celetuk Umi setelah melihat Rayya keluar dari kamar nya.

"Baju yang umi siapin terlalu berlebihan. Aku cuma mau nganterin barang titipan bukan mau kondangan."

"Masa mau ketemu mertua nggak dandan rapi." gumam si Umi tanpa terdengar oleh Rayya.

"Cepet ganti baju nya. Nggak enakan kalau ketemu pak Sugandi dan bu Irma tapi kamu tampilan nya begini."

"Nggak usah, umi. Aku risih kalau pakai baju itu. Nanti malah di lihatin orang se-terminal, dikiranya nanti ada pengantin yang lari pas nikahan."

"Aduh punya anak ngeles nya bisa aja. Ya udah lah terserah kamu aja. Buru sana samperin abi terus minta anterin ke terminal."

"Lho, kalau abi bisa nganterin ke terminal kenapa nggak abi aja yang nganterin titipan nya. Biasanya juga abi sama umi yang ke rumah pak Sugandi."

"Khusus hari ini biar kamu aja yang nganter. abi sama umi mau ada acara di rumah pak Lurah."

Rayya baru akan kembali melayangkan protes nya namun Umi sudah lebih cepat menyuruhnya untuk berangkat.

"Bi, udah atuh ngelap motor nya. Ini anaknya udah cantik tinggal di antar ketemu jodoh nya." ucap Umi.

Abi yang sedang mengelap motor kesayangan nya pun langsung bergegas masuk ke dalam rumah untuk bersiap mengantar Rayya.

"Jodoh apa sih, umi? Bercanda aja deh." celetuk Rayya.

"Ya mungkin aja nanti di kota kamu ketemu sama jejaka kasep yang bakal jadi jodoh kamu."

"Masih aja percaya mitos kayak gitu."

"Bukan mitos doang, neng. Insting umi biasanya tepat sasaran. Jodoh kamu nanti tuh ganteng dan punya karir bagus."

"Iya deh terserah umi aja."

"Ayo, neng. Kita berangkat ketemu jodoh kamu di kota." Abi datang dengan senyum yang cerah.

"Abi sama umi lagi main jodoh-jodohan, ya? Daritadi ngomong nya jodoh terus. Aku kan cuma mau nganter titipan nya pak Sugandi."

"Udah sana cepet berangkat. Kalau telat nanti jodoh kamu di patok ayam."

[7] BEAUTIFUL IN WHITEWhere stories live. Discover now