BAB 04

182 45 6
                                    

[ Happy Reading ]





Hari masih cukup pagi tapi Jamal yang semalam tidak pulang ke rumah sudah mendapat kabar dari rumah sakit kalau Rayya si perempuan berjilbab yang semalam menjadi korban pelecehan sudah tidak ada di kamar rawat nya.

Tidak ada yang melihat Rayya keluar dari kamar rawat apalagi rumah sakit dan tidak ada yang tahu dimana perempuan itu sekarang. Jamal merasa cukup khawatir karena diagnosa dari dokter semalam mengatakan kalau Rayya mengalami trauma yang cukup parah.

Tapi kemana sekarang pergi nya Rayya. Seharusnya kondisi perempuan itu belum memungkinkan untuk pulang. Terlebih dokter juga mengatakan kalau Rayya tidak menghubungi keluarga nya sama sekali.

Masalah perempuan itu kenapa bisa membuatnya tidak nyaman seperti ini. Jamal adalah Kepala Kepolisian yang sebelumnya juga sudah sering menangani kasus seperti ini, atau malah lebih parah dari ini.

Dia tidak melakukannya karena perempuan itu adalah perempuan yang suara nya menjadi penghantar ketenangan untuknya sekarang, kan?

Tok.. Tok..

Suara ketukan di pintu ruangan nya sukses membuat lamunan Jamal buyar. Lelaki itu berseru menyuruh si pengetuk pintu untuk masuk.

"Sibuk banget sampai chat terakhir aku nggak di balas?"

Jamal mendonnggak dan mendapati Agnes sedang berjalan mendekati meja kerja nya dengan bersedekap tangan dan raut wajah yang kesal.

"Beberapa hari ini aku jarang di kantor, sayang. Banyak laporan dimana-mana dan aku harus mendampingi wali kota kunjungan ke beberapa tempat kemarin."

"Cuma balas chat aku kan nggak butuh waktu banyak. Kamu balas cuma 'oke sayang' aja udah bikin aku tenang kok."

Jamal menghela nafasnya lelah. Dia belum sempat istirahat banyak dari kemarin karena pekerjaan nya sungguh sangat menguras waktu dan tenaga. Dia anggak malas menanggapi pacar nya yang tengah merajuk hanya karena chat yang tidak di balas.

"Kalau aku ada waktu bukan cuma chat kamu yang aku balas. Tapi aku bakalan langsung telepon kamu. Sayangnya aku nggak ada waktu cuma buat balas chat lain. Aku sibuk banget, sumpah."

Agnes berdecak malas. Dia berjalan lebih dekat ke arah Jamal.

"Kamu lagi jadi bahan omongan di luar tau."

"Bahan omongan apa?" tanya Jamal dengan dahi berkerut.

"Semalam kamu menangani kasus pelecehan dan pencurian kan? Dan banyak orang yang lihat kamu nggak kayak biasanya. Kamu kelihatan serem banget pas introgasi pelaku, soalnya kamu nggak biasanya pakai emosi. Dan teman kerja aku di rumah sakit juga heboh pas lihat kamu sendiri yang nganter dan menanggung biaya pengobatan korban pelecehan itu. Kamu kenal sama korban nya, Yang?" ujar Agnes panjang lebar.

Jamal tidak kaget, dia sudah mewanti-wanti kalau ini semua pasti akan jadi bahan omongan. Tapi tidak perlu jadi gosip murahan juga. Pasal nya yang dia lakukan semata-mata karena ingin membantu ke sesama.

"Aku lagi capek banget makanya ke-bawa emosi. Tentang korban itu aku nggak kenal dia, cuma pernah dapet bantuan dari dia aja makanya aku merasa harus bertanggung jawab. Lagian aku ini Kepala Polisi nya disini, masa aku cuma diam aja lihat ada korban pelecehan." jawab Jamal. Namun sepertinya jawaban nya tidak cukup untuk memuaskan Agnes.

"Kan bisa suruh bawahan kamu yang lain. Kenapa harus kamu juga yang nanggung biaya dia. Teman-teman kerja aku jadi nyebarin gosip yang macam-macam tentang kamu tau." keluh Agnes merasa jengkel.

"Sayang, aku Kepala Polisi disini. Dan sisi kemanusian aku juga masih ada. Kenapa harus nyuruh bawahan aku kalau aku aja masih sanggup. Lagian ini cuma masalah membantu ke sesama aja kok. Kamu kenapa jadi sensitif gini sih?"

[7] BEAUTIFUL IN WHITEWhere stories live. Discover now