10 (Juu).🖤

435 65 5
                                    

Vote and comment ⭐

~happy reading~

Yeji terduduk lemas di pinggir ranjangnya dengan wajah pucat. Saat tadi pulang sekolah ia berencana ingin makan lalu minum obat dan tidur.

Tetapi beda ekspetasi beda juga realita, sampai di rumahnya tadi Yeji mencari obat-obatan yang memang sering ia siapkan jika dia sakit atau luka. Namun, ia tidak menemukan obat pereda demam.

Yeji merasakan ngilu dan panas dingin serta sakit kepala melandanya sekarang. Terpaksa ia dengan sekuat tenaganya berjalan menuju dapur untuk membuat bubur, sebab Bibi Han asisten di rumahnya itu kebetulan sekali sedang pulang kampung.

Jika dipikir-pikir hari ini ia sangat sial. Tadi pagi ia telat ke sekolah karena Bibi Han selaku asisten rumah tangganya yang sering membangunkannya sedang pulang kampung hanya ada Pak Jung yang menjaga rumahnya.

Saat Yeji sampai di dapur, ia perlahan mengambil beras dan mulai mengolahnya agar menjadi bubur serta memotong sayuran yang memang sudah dia siapkan di lemari pendingin miliknya. Yeji sedikit kesusahan memasak karena keadaan tubuhnya yang kurang baik saat ini.

Lima belas menit Yeji berkutat di dapur akhirnya bubur yang ia buat pun jadi. Dan ia memakannya dengan perlahan karena masih panas.

Tak terasa bubur yang ada di mangkuknya sudah tandas. Yeji dengan cepat membawa mangkuk kotor itu ke dalam wastafel.

"Akhirnya," gumamnya sendiri sambil mencuci mangkuk yang tadi ia gunakan.

"Dan sekarang aku harus ke apotek. Aku harus membeli obat demam," ujarnya lalu berlalu keluar rumahnya. Baru saja Yeji keluar dari pintu gerbang rumahnya seseorang memanggilnya dari depan rumah Jeno.

"Yeji_ah!" panggilnya. Orang yang memangil Yeji tadi adalah Bibi Lee Ibu Jeno yang baru saja keluar dari gerbangnya juga.

"Bibi!"

"Ada apa, Bi?"

"Ah, Yeji kau mau kemana sore hari begini?"tanya Bibi Lee.

"Em ... itu anu em ..." Yeji sedikit gugup ditanya. Ia tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya bahwa ia akan ke apotek membeli obat demam.

Sudah cukup dirinya membebani keluarga Jeno dengan dalih orang tuanya menitipkan dirinya pada keluarga Lee. Walau sebenarnya Bibi Lee tidak merasa disusahkan oleh Yeji karena Bibi Lee sudah menganggap Yeji seperti anaknya sendiri mengingat Yeji dan Jeno akan melaksanakan pertunangan.

"Kenapa kau gugup, sayang?" tanya Bibi Lee lembut namun juga heran.

"A– Ah begini Bi, aku ingin ke apotek membeli obat ... Haid Bi. Iya obat Haid. Hehe ..." jelasnya.

"Wah ... kebetulan sekali. Bibi sebenarnya ingin menanyakan Jeno padamu. Karena Bibi ingin meminta Jeno ke apotek membeli obat herbal," ujar Bibi Lee.

"Dan Bibi baru ingat Jeno ijin akan pulang malam. Jadi bolehkah Bibi meminta bantuan mu Ji?!"

"Boleh Bi. Aku akan membelikannya,"

"Baiklah hati-hati ya. Nanti langsung antarkan ke rumah ya Ji. Bibi sedang membuat kue nanti kau harus mencicipinya," pinta Bibi Lee sambil tersenyum ke arah Yeji.

"Siap Bi. Aku pergi dulu ya," setelah berpamitan dengan Bibi Lee. Yeji dengan cepat bergegas menuju apotek terdekat karena sedari tadi iya menahan tubuhnya yang merasakan sensasi ngilu serta kepalanya yang berdenyut.

Yeji memasuki pekarangan rumah Jeno dengan cepat karena ia harus pulang untuk minum obatnya agar ia bisa beristirahat dan kembali sehat esoknya.

Sorry & Love you [ yejeno]✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz