18. The Power of Hana

22.4K 1.7K 44
                                    

Reghan menoleh saat Hana tak bereaksi apapun saat dirinya berkata mencintai Kinan. Apa ada yang salah dari kata-katanya itu? Hana menatap Reghan dan tersenyum lembut.

"Kamu kok diem aja, sih? Nggak suka ya kalau aku jatuh cinta sama Kinan?" tanya Reghan menatap iris cokelat milik Hana.

Wanita itu menggeleng. "Asal kamu bahagia, Reghan. Aku ikut bahagia."

Reghan tersenyum. Matanya kembali menerawang menatap langit-langit kamarnya. "Hana, nanti kalau bayi di perut kamu keluar, biar aku sama Kinan aja yang rawat, ya."

Reghan menoleh pada Hana. Wanita itu menunduk dalam. Bagaimana mungkin Reghan berkata begitu padanya. Tidak adakah keinginan lelaki itu untuk menjaga perasaannya? Hana ingin menangis dan pulang saja ke rumah orang tuanya.

"Reghan, aku masih bisa terima kalau itu urusan kamu sama Kinan. Asal jangan pisahin aku sama anak aku, Ghan." Hana menggeleng tak mau mengikuti ucapan Reghan.

Reghan menunjukkan raut tak suka. "Waktu itu kamu nggak mau hamil 'kan, dulu kamu bahkan terang-terangan belum siap hamil. Hana, Kinan itu bisa jadi ibu yang baik buat bayi itu nanti."

Hana menatap Reghan dengan tatapan bingung. "Menurut kamu, aku nggak bisa jadi ibu yang baik buat anak aku sendiri?" tanyanya lirih.

Ia menggeleng. Air matanya tak bisa lagi ditahan. Pipi bulat itu kini basah karena air mata. Reghan menatapnya lesu.

"Padahal aku udah rencanain ini semua sama Kinan. Kita bakal nikah setelah kamu lahiran dan bayi itu bakal kita yang rawat. Jadi kamu bisa kejar mimpi kamu yang lainnya, Hana."

"Reghan!" Hana menampar dada lelaki itu pelan. Reghan menoleh saat isakan Hana terdengar.

"Anak aku, akan tetap sama aku! Jangan harap kalian bisa ambil dia dari aku!" tegasnya, lalu pergi menaiki tangga dengan cepat.

Hana terus terisak menangisi sesuatu yang entah akan terjadi atau tidak. Hana tidak akan pernah siap. Ia tak mau dan tak akan pernah rela jika yang dikatakan Reghan akan benar-benar terjadi padanya.

Di ruang keluarga itu, Reghan tersenyum miring. 'Aku tidak peduli kamu menangis meraung sekali pun, Hana. Aku akan tetap pada pendirianku, menikah dengan Kinan dan menjadikan ia istri terakhir untukku. Mau kamu menolak, aku tak peduli. Aku hanya butuh Kinan. Ya, Kinan,' batin Reghan.

Bu Surti tak sengaja mendengar percakapan Reghan dan Hana tadi. Ia sangat terkejut, sisi keibuannya merasa iba melihat Hana yang pasa saat itu langsung berlari ke arah kamar. Sebagai sesama perempuan, ia tahu betul bagaimana perasaan Hana saat ini. Ia bingung apa yang terjadi dengan keluarga majikannya ini. Apakah keduanya menikah tanpa cinta? Mengapa Reghan mudah sekali mengatakan jika ia tengah jatuh cinta pada wanita lain di hadapan istrinya sendiri?

***

Hana terbangun dari tidurnya. Ia mengusap matanya yang tampak bengkak. Ini pasti karena dirinya menangis, lalu tertidur. Wanita yang tengah berbadan dua itu pun menuju kamar mandi dan mencuci wajahnya dengan air dingin agar lebih segar.

Baru saja kakinya menapak ke lantai bawah, Hana sudah dikejutkan dengan tawa yang menggema di ruang keluarga. Wanita itu menoleh ke arah suara. Di sana terlihat seorang lelaki yang tak lain adalah Reghan sedang bersama dengan wanita dengsn dress selutut berwarna biru muda.

Hana tak menghiraukan mereka, ia terus berjalan meski Reghan dan wanita yang Hana ketahui namanya Kinan itu melirik ke arahnya. Ia mengambil air minum, rambutnya ia cepol asal membuat beberapa anak rambutnya berjatuhan. Hana yang sedang memakai kaus berwarna putih itu melirik ke arah ruang tengah. Film kartun kesukaannya diputar di sana. Hana berdecih, wanita modelan Kinan suka animasi seperti itu? Hana bisa bertaruh jika wanita itu hanya pura-pura suka agar bisa terus bersama suaminya.

Istri Terakhir [END]Where stories live. Discover now