..---/---..

2.4K 465 12
                                    

“PERMISI.”

Dinda terhenyak, dia langsung menutup laptopnya. Sebelumnya dia tidak pernah senekad ini untuk meretas apapun di area sekolah. Namun kali ini, karena pesan sialan itu, Dinda melakukannya.

Dinda ingin tahu, siapa pengirim pesan tersebut.

Dinda menetralkan mimik wajahnya, lalu menoleh pada seseorang yang tadi memanggilnya. “Oh, ya?”

“Ini aku udah selesai ngerjain tugas,” cicit seseorang itu yang diketahui adalah murid kelas XII E.

Dinda menghembuskan napas panjang. Barusaja dia hendak berucap, pemberitahuan istirahat pertama berbunyi.

Teng teng tong teng ...
Waktu istirahat pertama telah tiba.

Dinda berdiri dari duduknya. “Jika sudah selesai, kumpulkan di meja. Nanti gue masuk lagi setelah istirahat.”

Mereka hanya membalas dengan anggukkan, ada juga beberapa murid yang keluar kelas mendahului Dinda.

Gadis itu mendelik sinis. Dia mengambil laptopnya, kemudian berjalan keluar kelas.

¤¤¤

“Sumpah, kesel gue di kelas F,” adu An ketika sudah memasuki kantin khusus murid Royal Class.

“Kenapa emang?” sahut Zevan sambil mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi, diikuti oleh An juga murid yang lain.

“Masa waktu gue ngejelasin materi, si Juminten malah ketawa-ketawa. Terus waktu praktik di lapangan, malah bercanda,” jelasnya dengan satu tarikan napas. “Untung gue gak punya riwayat penyakit darah tinggi. Kalau punya, fiks pasti kambuh!” lanjutnya heboh.

Kini Zevan dan Rigel malah saling pandang, kemudian tertawa setelahnya. Menertawakan kekonyolan dirinya sendiri.

Jika An yang kesal kepada murid kelas XII F, maka murid kelas XII B kesal kepada Rigel dan Zevan.

“KALIAN NGETAWAIN GUE?!” sembur An sambil mengarahkan telunjuknya pada Rigel dan Zevan.

Dua laki-laki itu masih tertawa, bahkan sampai ngik-ngok. Sungguh sangat—

“Berisik!”

Entah dorongan dari mana, Rigel dan Zevan meredakan tawanya. Suara Vano yang serak itu berhasil membuat Rigel dan Zevan berhenti tertawa.

Ah, mereka melupakan kalau di sini tidak hanya bertiga.

Beberapa pelayan menghampiri, mencatat pesanan mereka, kemudian kembali pergi.

“Oh, Zev, data peserta yang ikut festival udah di serahin ke Pak Vico?” tanya Adara, karena kemarin dia meminta Zevan yang menyerahkan data tersebut.

Vico Haruan, wakil kepala sekolah Blue High School. Pria itu kini menjadi ketua panitia pelaksaan festival di tahun 2019.

Zevan membalas dengan acungan jempol. “Udah.”

“Enak, ya, jadi ketua kelas. Bisa deket sama guru,” celetuk Arabela.

Zevan mendelik. “Kalian juga udah deket sama guru.”

“Maksudnya, kamu lebih deket sama guru daripada kita,” ralat Arabela.

Kali ini Adara mendengkus. “Jadi ketua kelas itu sulit. Yang namanya pemimpin, pasti dimintai pertanggungjawaban,” katanya.

99,99Where stories live. Discover now