Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan komentar, ya, Bestie 🤸♀
Selamat menikmati :)
*****
Ada hal yang Renata tidak mengerti dari dunia ini. Salah satunya adalah bagaimana cara perasaan lelaki bekerja. Gelar Sp.KJ di belakang namanya seolah pajangan semata jika sudah harus berurusan dengan pria. Banyak teori telah ia pelajari mengenai kaum Adam tersebut, tetapi ketika sudah dihadapkan dengan praktikum secara langsung di kehidupan nyata ... tetap saja pria itu membingungkan.
Sampai saat ini, Renata masih tidak paham kenapa Panca harus berselingkuh darinya. Apa tidak cukup seluruh waktu yang Renata korbankan untuk hubungan mereka berdua? Apa tidak cukup Renata mendampingi pria itu dari awal ia merintis usaha showroom mobilnya?
Dari zaman makan di kaki lima sampai makan di restoran mahal, Renata selalu setia pada Panca. Namun, kenapa justru ini yang menjadi balasannya? Apa yang salah darinya?
Apalagi ... Panca baru melamarnya seminggu lalu.
Apa arti dari semua ini?
Mengapa Renata yang notabenenya bisa membaca kepribadian malah kecolongan sampai diselingkuhi begini?
Apa benar kalau cinta itu membuat manusia menjadi bodoh?
Ya, ampun. Sepertinya Renata harus kembali mendalami catatan-catatan dan laporan kasus lamanya saat pendidikan spesialis dulu. Bagaimana bisa kemampuannya dalam menilai orang jadi tumpul seperti ini gara-gara Panca?
Sialan!
"Jangan melamun gitu, Nduk," tegur Raras, Ibu dari Renata. Saat ini, mereka sedang membeli makan malam di luar sebelum kembali ke ruang rawat inap Hartono. "Ada masalah apa?"
Renata mengerjap. "Ndak, Bu. Renata gak ada apa-apa."
"Ibu iki yang melahirkan kamu, Nduk. Tanpa harus jadi psikiater sepertimu pun, Ibu sudah bisa lihat kalau sedang ada masalah."
Skakmat.
Aduh, mengapa Tuhan menciptakan sensor yang maha dahsyat pada diri seorang ibu?
"Mikirin Ayah?" tebak wanita paruh baya berkacamata itu. "Kondisinya semakin baik, kan?"
"Nggeh, Bu. Ayah sudah stabil," jawab Renata lancar.
"Terus, apa masalahnya?"
Renata pun menunduk bisu. Meskipun tutur kata ibu lembut sekarang, wanita paruh baya itu tetap saja lebih seram jika sudah meyangkut masa depan Renata. Apalagi masalah pernikahan. Membicarakan bahwa ia batal bertunangan bulan depan dengan Panca hanya akan membuatnya diceramahi berkepanjangan dan berujung perjodohan.
Renata tidak mau.
"Ndak, Bu. Nanti saja Renata ceritanya. Lebih baik kita balik ke kamar Ayah. Kasihan si Bungsu sendirian jaga Ayah."
*****
"Weh, brodi! Kenapa buru-buru amat?"
Masih ingat dengan Miko, kawan baik Damian, si dokter anestesi? Pria itu kini tengah mengalungkan lengannya di pundak Damian. "Gue perhatiin, lo kayak dikejar setan. Kenapa buru-buru gitu, sih?"
Damian yang jengah langsung menyingkirkan jeratan Miko dari tubuhnya. "Jangan sentuh."
"Songong banget, lo."
Damian tidak menjawab apa-apa. Masih berjalan ke ruang staf pria untuk membersihkan diri. Jadwal praktiknya di Altheya hari ini lumayan padat. Ia lelah sekali. Rasanya ingin langsung mandi dan tidur saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Z̶e̶l̶ian 3: Definisi Sempurna
Fiksi Umum"Bagi saya, kamu itu definisi sempurna." ***** Itulah yang dulu Damian Arka Narendra--seorang dokter bedah digestif berusia 35 tahun--sering katakan kepada mendiang istrinya. Kata-kata itu tidak pernah menjadi omong kosong belaka karena di mata Dami...