Part 28

1.4K 125 3
                                    

Suasana malam itu mencekam. Hujan deras dan petir terus menyambar. Rumah sakit pun sepi karena kebanyakan para pembesuk sudah pulang atau tertidur di kamar rawat sambil menjaga keluarga mereka. Kini hanya Jisoo dan Sorn yang terjaga. Jisoo mengajukan diri untuk berjaga sebelum Irene kembali karena Adik-adiknya terlihat lelah. Adik-adiknya tertidur di lantai rumah sakit beralaskan selimut. Sementara Irene sedang pergi ke minimarket terdekat untuk membelikan minuman dan makanan kecil untuk mereka semua. Kedua imonya entah pergi kemana. Yang pasti mereka hilang setelah Lisa dipindahkan ke ruang ICU.

Sorn hanya berjaga sendirian karena memang dia tidak memiliki keluarga lagi. Hanya Minnie keluarganya satu-satunya. Melihat Sorn kedinginan, Jisoo pun langsung menyelimuti tubuh kurus Sorn agar dia lebih hangat. Sorn menoleh dan melihat Jisoo yang kini tersenyum padanya. Air mata Sorn mengalir dan membuat Jisoo terkejut. Dengan lembut Jisoo memeluk Sorn dan mengelus lembut punggungnya. Dia mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Sorn sekarang. Mereka kini takut kehilangan. Sorn takut kehilangan Minnie dan Jisoo takut kehilangan Lisa. Didalam sana mereka sedang berjuang untuk kembali pada keluarga mereka.

"Eonnie, maaf." Ucap Sorn pelan.

"Untuk apa minta maaf. Anggap saja aku Eonniemu juga. Jadi jangan sungkan." Balas Jisoo lembut.

"Aku gak mau kehilangan Minnie." Lirih Sorn.

"Aku pun gak mau kehilangan Lisa. Walaupun bukan adik kandung, tapi dia sudah seperti adikku sendiri."

"Eonnie, apa sudah ada kemajuan akan donor jantung Lisa?"

Jisoo menggelengkan kepalanya. "Belum ada kabar dari yang lain. Aku sudah mencari tapi belum ada yang cocok."

Sorn terdiam. Dia baru ingat belum meminta hasil tesnya pada Profesor Park. Mungkin besok dia bisa meminta hasilnya. Karena kelelahan juga, akhirnya mereka berdua tertidur dengan posisi miring. Irene yang tiba dengan membawa minuman dan cemilan melihat keduanya tertidur hanya tersenyum. Melihat mereka berdua tertidur tanpa memakai selimut, Irene pun langsung menyelimuti tubuh mereka agar mereka tidak masuk angin. Saat melihat Sorn, Irene mulai melamun. Sebenarnya dia merasa miris melihat Sorn yang harus menjadi tulang punggung untuk Minnie sampai dia rela berhenti dari sekolah dan bekerja apa saja di usianya yang masih muda demi bisa makan dan pengobatan Minnie. Dan Irene bertekad akan menanggung semua biaya pengobatan Minnie seratus persen agar Sorn tidak perlu repot-repot lagi bekerja.

Irene melangkahkan kakinya menuju ruang ICU dimana anaknya berada. Dia kembali menangis melihat Lisa yang terbaring lemah dan berada di antara hidup dan mati. Di sebelahnya Minnie juga terbaring dengan kondisi yang sama dengan Lisa. Rasanya dia tak sanggup lagi melihat anak kesayangannya menderita sampai seperti ini. Tapi dia juga tidak mau kehilangan Lisa. Irene merasa dia belum bisa menjadi Ibu yang baik untuk anak-anaknya terlebih untuk Lisa. Bangunlah kalian berdua. Jangan menyerah. Batin Irene.

***

Esoknya Joy sedang merenung di gedung tempatnya berkumpul bersama timnya. Joy menghela nafasnya saat melihat semua data yang dia dapatkan. Kejahatan yang dilakukan Park Jung Min benar-benar tidak terbendung. Perdagangan narkoba, senjata api ilegal, obat bius dan penyuapan terhadap jaksa agung dan polisi berpangkat tinggi. Agak sulit ternyata menangkapnya karena para polisi banyak yang berpihak padanya. Batin Joy. Dilepasnya kacamatanya dan memijat kepalanya yang berdenyut. Lisa belum sadar juga dari tidurnya. Begitu juga dengan Minnie. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. So Dam Imo juga polisi kan? Apa mungkin dia juga berpihak pada lelaki itu? Kurasa aku harus mulai menyelidikinya juga. Batin Joy sambil mengetikkan laptopnya dengan cepat.

Tapi belum sempat dia mengklik tombol OK, pintu gedungnya terbuka dan memperlihatkan saudara-saudaranya yang menatapnya dengan tatapan misterius. Joy bingung tapi tetap memasang wajah datar. Dia pun lebih memilih menekan tombol OK. Tanpa menunggu lama, hasilnya sudah dia dapatkan. Joy hanya menghela nafasnya saat melihat laptopnya. Dia pun mematikan laptopnya dan menutupnya setelah termenung lumayan lama.

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang