Part 34

928 86 2
                                    

Pagi tiba dan Lisa masih berbaring di ranjang empuknya yang nyaman. Hari ini dia harus sekolah tapi sangat malas rasanya untuk bangun dan sekolah. Dia tidak mau mendengar celotehan para murid yang mungkin saja akan dia dengar. Berita penangkapan Jimin sudah tersebar di seantero sekolahnya. Dan pasti akan heboh jika dia tetap datang ke sekolah. Rose dan Yeri sudah pasti tidak terlalu terdampak karena gedungnya berbeda. Tapi Jimin adalah teman sekelasnya. Dia mulai bimbang apa harus ke sekolah atau absen padahal dia sudah terlalu banyak absen karena sering keluar-masuk rumah sakit. Saat itulah pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan Irene yang berdiri di depan pintu kamarnya sambil tersenyum.

"Sayang, ayo bangun. Kamu sekolah kan hari ini?" Tanya Irene lembut.

Lisa mengangguk. "Eomma sudah sembuh?"

"Sudah lebih baik sayang. Ayo mandi. Setelah itu sarapan. Jangan lupa minum obat ya."

Lisa kembali mengangguk. Dia pun menyingkirkan selimut tebalnya dan berjalan menuju kamar mandi. Dibawah guyuran shower, Lisa kembali merenung. Sampai kapan aku harus bertahan? Sampai aku mati? Atau sampai perusahaan Eomma bangkrut? Jika begitu lebih baik kalau aku mati saja. Batin Lisa. Saat itulah dia melihat bekas luka operasi di dadanya yang masih membekas. Aku hanya beban di keluarga ini. Harusnya aku mati saat aku masih kecil. Batin Lisa lagi. Sudah merasa kedinginan, Lisa langsung keluar dari kamar mandi dan segera mengenakan seragam sekolahnya. Dia tidak mau membuat semuanya menunggu.

Saat hendak menuruni tangga, dia mendengar pintu kamar yang ada disebelahnya terbuka. Lisa menoleh dan melihat Joy yang keluar tanpa memakai seragam sekolah dan melangkah melewatinya dengan santai. Lisa hanya menatap punggung Joy lalu mengikuti Joy menuju meja makan. Joy langsung mengambil tempat di sebelah Rose. Bukan di sebelah Seulgi seperti biasanya. Lisa pun mengambil tempat di sebelah Seulgi yang kosong. Irene mulai menyantap sarapannya diikuti anak-anak dan Seulgi. Sarapan selesai dan mereka langsung bersiap untuk bekerja. Seulgi berangkat lebih dulu untuk bertemu dengan Naeun. Sementara anak-anak Irene menatap Eomma mereka yang sedang mencuci piring kotor sendirian.

"Eonnie, apa ini saatnya?" Tanya Lisa.

Jisoo mengangguk. "Hanya ini cara kita untuk membantu Eomma."

"Aku gak keberatan. Kalian semua juga sudah melakukannya kan?" Kali ini Jennie yang bicara.

Mereka semua mengangguk. Joy menaruh kopor hitam yang terlihat berat itu ke meja ruang tamu.

"Aku sudah menaruhnya disana. Kalian juga kan?" Tanya Joy.

"Kemarin aku sudah menaruhnya." Sahut Jisoo.

"Kami juga."

"Semoga dengan ini kita bisa membantu Eomma."

"Jika perlu aku akan kerja part time setelah pulang sekolah."

Mereka semua mengangguk. Akhirnya Irene selesai mencuci piring dan dia merasa heran saat melihat anak-anaknya berkumpul di ruang tengah ditemani kopor hitam yang berada di meja ruang tengah.

"Kalian belum berangkat? Ini sudah siang. Cepat berangkat. Nanti terlambat." Ucap Irene.

"Eomma, terimalah ini. Ini dari kami untuk Eomma." Jisoo berdiri dan memberikan kopor coklat tadi pada Irene.

"Apa ini?" Tanya Irene.

"Buka saja Eomma. Maaf hanya ini yang bisa kami berikan sekarang untuk Eomma."

Irene menatap keenam anaknya sebentar lalu menaruh kopor hitam itu ke meja dan membukanya. Betapa terkejutnya Irene saat melihat tumpukan uang yang terikat rapi dan memenuhi kopor itu. Ditatapnya keenam anaknya dengan pandangan bertanya.

"Kalian dapat uang ini dari mana?" Tanya Irene.

"Eomma, maaf hanya ini yang bisa kami lakukan untuk membantu Eomma." Jisoo mulai bicara.

I Want To Be LovedWhere stories live. Discover now