32. Aneh

31 3 0
                                    

"Gak punya tempat lain yang bisa dikunjungi? Misalnya tempat favorit Echa?"

Nadia menutup pintu mobil dan memasang sabuk pengamannya sembari berbicara dengan Langit.

Ia melirik kearah Nadia sekilas, menutup matanya dan menghela nafas berat, "enggak." 

"Sebenarnya hubungan lo sama Echa itu apaan sih?"

Pertanyaan yang sarkas itu membuat Langit membuka kedua kelopak matanya, membiarkan pemandangan jalanan memasuki seluruh pandangannya.

"Gue juga gak tau."

"Hah? Terus sikap lo selama ini apaan Langit?"

"Gue udah ngomong suka sama dia. Terus mau gimana lagi?"

Kalau saja tangan Nadia tidak digunakan untuk memegang kemudi ini, mungkin saja kepala Langit sudah sedikit memar karenanya.

"Gini nih kalau otak kelebihan muatan. Makanya jangan rumus doang yang lo makanin."

"Kayaknya lo ngomongin diri sendiri." Balasan dari Langit hampir membuat Nadia ingin mempertemukan kepalanya dengan dashboard mobil.

"Cewek kalau cuman dibilang suka, termasuk gue nih yang otaknya sama kayak lo. Ya tetap bakal biasa ajalah kalau gak ada pembuktian."

"Apa sih quotes yang pernah gu baca hari itu?" Nadia menggumamkan beberapa kalimat yang tidak dipahami oleh Langit, "yang setia bakal kalah sama yang selalu ada. Tuh dia. Sekalipun lo setia nungguin Echa buat sama lo, bakalan kalah sama yang selalu ada buat dia. Contohnya temen lo yang bawak martabak ke rumah Echa juga hari itu."

"Bumi?"

"Nah. Mending gercep deh. Entar nyesel nangis-nangis lagi." Ia sengaja memelankan kalimatnya diakhir sehingga Langit tidak bisa mendengarnya.

"Lo sendiri?"

"..."

"Sok nyuruh orang gercep, padahal masih jones."

Sepertinya kali ini Nadia tidak bisa lagi menahan untuk memberhentikan mobilnya dan membenturkan kepala Langit dengan jendela mobil di sebelahnya, "Lo apaan sih!"

"Maaf, refleks tangan gue lagi bermasalah."

"Cih."

"Mending diem aja kalau gak tau alasannya." Mobil kembali berjalan menuju ke rumah mereka.

"Yaudah kasih tau."

"G."

"Idih kayak cewek."

"Enggak, sebenarnya gue transgender." Kalimat itu terdengar serius membuat Langit sedikit bergidik mendengarnya.

"Se-serius?"

"..."

"Pfftt.....HAHAHAHAHA. Muka lo, sumpah. Kayak nahan boker 5 hari."

"Jadi seriusan apa enggak?"

"Ya enggaklah. Mau periksa?"

"NADIA GAK WARAS."

"HAHAHAHA."

|||||🌌🌌🌌🌌🌌|||||

Sebenarnya Bumi sedikit menyesal karena sudah berjanji kepada Dinda untuk ikut membawanya bertemu dengan Echa. Dia sudah menduga, pasti gadis itu juga membawa ekor yang tidak pernah diharapkannya sebelumnya.

Baru saja Bumi membuka mulutnya, Dinda sudah memotongnya, "lo udah janji sama gue 'kan?" Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan yang menuntut dari Dinda, dan lagi-lagi kalimatnya terpotong oleh Juna, "Dinda dan Kanda. Tidak bisa dipisahkan," Jarinya terarah ke dirinya dan juga Dinda. Hal itu juga lagi-lagi membuat Bumi menganggukkan kepalanya dengan pasrah.

LANGITDonde viven las historias. Descúbrelo ahora