Sekitar 30 menit yang lalu sekolah sudah memulangkan siswa-siswinya. Namun masih ada seorang siswi yang menunggu kedatangan seseorang. Tidak lama setelah itu, ada satu motor yang mendatangi dirinya. Tapi bukan itu orang yang ia tunggu.
"Pulang bareng gue aja," ucapnya manis.
"Ogah, kita kan gak serumah. Lo mau ngapa-ngapain gue, kan?"
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum. Lalu ada sebuah mobil yang mendatangi mereka berdua. Sang pengendara mobil keluar dan menghampiri mereka berdua. Sadar akan salah satu pihak yang cukup dikenalnya membuatnya menggeram.
"Lo?"
"Bang Agal kenal?"
Agal mencoba menahan amarahnya karena masih ada Echa disampingnya. Lagipula kejadian itu sudah lama berlalu. Ia memejamkan matanya sebentar lalu berbicara pada Echa, "kita pulang ya." Dia menarik tangan Echa dan membukakan pintu untuknya.
Tapi sebelum itu ia perlu berbicara dengan Bumi, "Lo ada urusan apa?" Tanyanya pada Bumi dan ia sudah mulai sedikit tenang, "Gue mau minta maaf Bang."
"Iya nanti gue sampaikan."
"Tapi gue juga perlu jelasin semuanya."
"Iya nanti gue yang jelasin."
"Gue juga mau berteman lebih baik sama Echa, Bang."
"Lo yakin?"
Bumi menganggukan kepalanya.
"Yakin walaupun Echa penyakitan?"
"Setahu gue, lo gak mau tuh ngerepotin diri buat berteman dengan orang sakit," lanjut Agal. Bibirnya sangat lancar mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan seperti itu.
"Apa Echa belum sembuh juga?"
Agal menatap kasihan pada Bumi, tampaknya rasa bersalah itu memang benar-benar melekat pada dirinya. Terlihat jelas dari tatapan sendunya, Agal menepuk pundak Bumi dan menjelaskan sesuatu padanya.
"..."
Sementara Echa yang didalam mobil tidak dapat mendengarkan apa-apa, Agal sengaja menghidupkan musik yang kuat dan menahan pintu mobil dari luar dengan tubuhnya
Menyebalkan, kenapa semua orang merahasiakan sesuatu darinya padahal harusnya dia yang pertama kali mengetahuinya. Pada akhirnya dia juga akan tahu. Dinda dan Agal mengenal Bumi, tapi mengapa dia tidak mengingat apapun tentang Bumi?
|||||🌌🌌🌌🌌🌌|||||
Setelah pulang sekolah, seperti biasa ruang makan hanya terisi 3 orang saja. Saat ini mereka sedang makan dengan tenang dan menikmatinya. Agal dan Vera saling melirik seolah mengisyaratkan agar salah satu dari mereka membuka pembicaraan. Tapi yang mereka lakukan hanyalah menghela nafas.
"Ehm....Cha---"
"Ma, Aku mau konsultasi ke dokter dong. Soalnya udah lama juga, kan," sela Echa, ternyata ia tahu apa yang hendak dibicarakan kedua orang dihadapannya ini.
"Eh, oh iya."
"Kalau gitu Echa ke kamar dulu ya."
Echa menaiki tangga menuju kamarnya, menghempaskan diri ke tempat tidur dan mengambil ponselnya. Entah kenapa jika masalah seperti ini yang ia ingat hanyalah Langit. Hanya karena pinky promise dengan Papanya.
Konyol memang, tapi mau bagaimana lagi ia butuh orang yang ia percayai agar setidaknya ia yakin bisa menjalani hidup dengan baik.
Nomor Langit yang sudah ia dapatkan di grup kelas, ia membuka kotak percakapan yang masih kosong itu.
BINABASA MO ANG
LANGIT
Teen FictionPERINGATAN‼️ Cerita ini bisa membuatmu gregetan, campur aduk❗ Diharapkan anda berada di sekitar benda yang aman untuk dipukul❗ Mending gak usah baca kalau gak kuat. ___________________________________________ Blurb: Pertemuan dan perpisahan adalah h...
