10 ¡! A Little Night Talk

110 13 2
                                    

💌 Now playing: One Direction - Little Things 💌

"...You'll never treat yourself right, darling, but I want you to
If I let you know, I'm here for you..."

👔

Eryth merasa kenyang malam ini. Baru saja ia keluar dari restoran Italia terenak yang berada di Hollywood Boulevard dan saat ini ia memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke apartemennya dibanding memesan taksi—yang tentunya akan mengeluarkan lebih banyak lagi uang setelah ia menghabiskannya untuk makan malam. 

Terang dan warna-warninya lampu dari bangunan-bangunan di sekitar Eryth mampu membuatnya merasa senang di malam hari ini, tak peduli meskipun suara berisik kendaraan di jalan di sampingnya memekikkan telinga, ia tetap menyukai saat ini.

Ia berjalan dengan santai melewati bangunan-bangunan besar, pusat perbelanjaan, teater, dan sampai di Hollywood & Highland Shopping Center. Gadis itu memutuskan mengambil jalan pintas melalui tempat itu untuk bisa sampai lebih cepat ke apartemennya. 

Walaupun ini malam hari, di mana seharusnya pandangan sekitar akan kurang terlihat dibandingkan siang hari, tetapi Eryth masih bisa melihat dengan jelas kondisi sekitarnya. Bahkan matanya juga mampu menangkap postur tubuh si rekan kerja terhormat yang terlihat kacau—entahlah?—di sana dan pria itu sedang duduk termenung di anak tangga. Sendirian.

Oh, sungguh, dia Henry Addison?

Merasa tak percaya, Eryth melangkah dengan perlahan ke arahnya. Secara agak terang-terangan, ia menelengkan kepalanya seraya menyipitkan mata, memastikan bahwa pria dengan setelan jas yang sama dengan hari ini serta rambut lurus yang acak-acakan di hadapannya ini adalah Henry.

Pria itu sepertinya sedang hanyut dalam pikirannya sehingga ia masih belum menyadari kehadiran Eryth yang berada pada jarak beberapa langkah. 

Eryth ingin sekali tersenyum saat melihat Henry malam ini di sana, tetapi ia tidak bisa karena melihat kondisi Henry yang sepertinya buruk, pria itu pasti sedang tidak baik-baik saja. Eryth tidak bisa meninggalkan Henry di sana kalau hal itu memang benar. Maka, ia memutuskan untuk menemaninya.

"Hey, Henry." Suara serak basah bercampur lembut khas Eryth terdengar menyapa Henry.

Pria bermata amber itu tersadar dari lamunannya, lalu menoleh ke arah Eryth. Eryth tak akan berbohong jika ia mengatakan kedua manik mata Henry langsung berbinar setelah bersitatap dengannya.

"Erythrina…?" Henry bergumam pelan.

Eryth mengangguk. "Ada apa denganmu? Kau tidak sedang tidak apa-apa saat ini."

"Benarkah?" Henry menunduk melihat dirinya sendiri. Kancing kemejanya dibiarkan terbuka begitu saja, ada bercak noda di sana. Ia juga melepaskan jasnya. "Apa aku terlihat begitu kacau?"

"Ya," Eryth mengulum bibirnya sejenak, "maksudku, tidak sekacau itu, tapi untuk seorang Henry Addison, ini adalah hal yang mencengangkan."

Henry menghela napasnya dan mereka sama-sama terdiam.

"Oh, sebentar dulu." Eryth hendak melangkah pergi, namun secara mengejutkan, tangan kekar Henry meraih lengan kanan Eryth dan menahannya.

"Jangan pergi dulu."

Dengan tangan lain yang bebas, Eryth menunjuk ke arah toko minuman di seberang sana. "Aku hanya akan membeli minuman di sana, lalu kembali ke sini. Aku haus."

Henry melepaskannya dan membiarkan gadis itu pergi selama beberapa menit sampai ia kembali dan membawa dua buah minuman segar. Eryth ikut duduk tepat di sebelah Henry di anak tangga.

Alarm of The Heart-ProgramWhere stories live. Discover now