25 !¡ Dark Thoughts

55 7 2
                                    

💐 Now playing: One Direction - I want to Write You A Song 💐

🏩

Lionel Louie tidak punya persepsi apapun dalam pikirannya ketika ia mendapati Erythrina, gadis itu, duduk di kursi bar kasino yang menjadi tempat favorit Louie bermain dan tengah menunggu minumannya sambil berbicara dengan bartender di sana malam hari ini.

Ia terkejut—tentu saja! Pertama, karena Eryth yang ia kenal selama enam tahun terakhir bukanlah gadis yang suka pergi ke kelab, kasino, atau tempat semacamnya. Dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan baris-baris kode pemrograman di komputer atau eror pada sistem. Kedua, Eryth tidak suka minum. Dia tidak pernah habis meminum seperempat gelas minuman kerasnya. 

Namun sekarang lihatlah di sana, gadis itu sepertinya agak mabuk--atau baru saja ingin mabuk? Entahlah, karena penampilannya cukup kacau--lalu dia menerima gelas wine yang diberikan si bartender dan meminumnya perlahan sampai tinggal setengahnya.

Louie tidak memiliki pilihan lain selain menyelamatkan gadis itu dengan menghampirinya, lantas merebut gelas yang Eryth pegang dan mengamankannya.

"Argh, apa yang kau laku-Louie?" Eryth menyipitkan mata saat melihat lelaki berambut terang yang sebaya dengannya itu.

Louie menarik kursi di sebelahnya tanpa mengembalikan gelas wine milik Eryth dan duduk di sana. "Harusnya aku yang bertanya, apa yang sedang kau lakukan di sini, Rina?" 

Eryth memutar bola matanya. "Jawabannya sama sekali bukan urusanmu."

"Terserah kalau kau berpikir begitu." Louie mengalihkan dirinya pada bartender di sana dan meminta segelas minuman baru untuk mereka. Dua gelas koktail yang memiliki lebih sedikit kandungan alkoholnya.

Eryth hanya menghela napas saat Louie menukar wine miliknya dengan menggeser gelas koktail itu kepadanya. Ia tak ingin protes karena sedang tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan orang lain saat ini. Pikirannya tengah kacau. Ia hanya membutuhkan sesuatu untuk bisa menenangkan diri—ya, walaupun Eryth tahu ini bukanlah cara yang sehat untuk melakukannya.

"Kau tidak pergi dari sini?" tanya Eryth ketika menyadari Louie masih duduk di sebelahnya dan menikmati koktail itu.

Louie mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Aku tidak melihat ada papan peringatan kalau aku tidak boleh berada di sini," ujarnya. "Jadi, kau tidak boleh mengusirku."

Eryth tersenyum kecil. 

"Lalu, kau tetap tidak mau menjawab pertanyaanku tadi? Sedang apa kau di sini sebenarnya?" 

Eryth mengangkat bahu, tak mau menjawab, karena ia sendiri juga tidak tahu mengapa langkahnya memutuskan untuk singgah di kasino ini. 

"Baiklah." Louie meneguk koktailnya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu sampai kau terlihat murung begitu, tapi aku yakin kau membutuhkan teman di sini. Aku akan menemanimu."

"Terima kasih, Lou," ucap Eryth pelan. 

Gadis itu melirik Louie yang tengah menyesap minumannya. Awalnya, ketika menyadari kehadiran Louie di sana tadi, Eryth merasakan jantungnya berdebar—selain karena terkejut. Namun sekarang, jantungnya berdetak lebih baik meskipun ia menyadari perbedaan bahwa saat ini perasaannya terhadap Louie telah normal. Ia tak lagi merasa tegang dan kagum pada lelaki itu, tak seperti dulu. Eryth yakin, semua itu karena Henry yang telah merebut hatinya dari Louie.

Mengingat nama Henry yang muncul di benaknya, hatinya kembali terasa sakit. Matanya panas dan berair; Eryth buru-buru menghapus sudut matanya karena ia tidak ingin Louie melihatnya menangis.

Alarm of The Heart-ProgramWhere stories live. Discover now