Bab 22: Giving Up

4.5K 501 25
                                    

Yang mau ikutan LINE OPEN CHAT bisa di sini ya http://tiny.cc/gcgeng00

Follow juga igku di (at)pichidichi.wp

===

Alika menahan napas. Kepalanya benar-benar pusing bukan kepalang. Ia seperti diserang sesuatu bertubi-tubi. Matanya panas, tubuhnya gelisah. Bagaimana mungkin seorang Zoey melakukan hal tersebut? Ia bahkan tak bisa berpikir jernih.

Gadis itu marah. Marah pada Zoey. Marah pada semua orang.

Sebuah telepon menyentak Alika. Perempuan itu mendesis melihat si penelepon adalah pengirim dari video tersebut. Ia mengepalkan tangannya erat seraya mengangkat panggilan tersebut.

"Ha--"

"--Apa maksud lo?" teriak Alika tanpa ampun.

Si penelepon, Rei hanya terkekeh dari seberang. "Al, gue udah bilang berapa kali sama lo, cowok lo itu bukan anak baik-baik. Lo nggak liat apa?"

"Rei!" pekik Alika frustasi.

Kekehan masih terdengar dari seberang. "Lo nolak gue, demi cowok bajingan kayak gitu? are you crazy, girl? Dia bahkan main di belakang lo! Lo nggak tau kira-kira berapa banyak cewek yang udah dia ajak tidur pas lo berdua pacaran!"

Alika terasa sesak. Dadanya seperti tercabik-cabik.

"Anyway, daripada lo mikirin dia, mending lo dateng ke party gue hari ini. Lo masih simpen kan undangannya di email lo?" Rei berkata santai.

Alika menarik napas. Rei memang bajingan, tetapi, ia benar-benar butuh lari dari kenyataan.

"Nggak ada jawaban, berarti, oke dong, ya?" Rei tertawa. Ia terdengar menggumam sebentar. "Gue suruh driver gue jemput lo ya?

Alika mendengus. "Terserah lo deh!"

Tawa riang terdengar dari seberang. "So, see you in an hour, Al!"

Alika menengok ke arah jendela. Menatap rumah Zoey dari kejauhan. Brengsek. Ia membatin pelan. Lo brengsek, Kima.

Sementara Zoey benar-benar seperti orang kesetanan. Ia benar-benar ingin mengamuk sekarang. Laki-laki itu menarik napas panjang sambil membuka surelnya.

Hari ini, Rei mengadakan pesta jam sepuluh malam di salah satu hotel di Jakarta Selatan. Seperti biasa, laki-laki itu tak lupa memesan beberapa obat lagi.

Cowok itu mengepalkan tangan kesal. Kalau begini, rasanya semua yang dilakukannya jadi sia-sia. Video itu. Video itu diambil minggu lalu, tepat ketika Zoey dicekoki obat racikannya sendiri oleh Rei. Sial! Zoey sendiri saja bahkan tak mengingat apapun yang terjadi. Yang dirinya tau, ia sudah bangun di sebuah kamar hotel dengan kepala pusing setengah mati.

Apa yang telah dilakukannya? Berapa banyak video yang direkam Rei? Semua itu merasuki benaknya.

Zoey mendengus sambil mengambil tasnya lalu mengambil kunci mobil sambil berlarian ke garasi. Hari ini ayah dan bunda-nya sedang ada urusan di Bandung. Cukup untuk membuat laki-laki tersebut leluasa bergerak.

Zoey mencengkram setir kemudinya sambil bersumpah serapah sepanjang perjalanan. Laki-laki itu sampai ke tempat lokasi nyaris satu jam kemudian. Ia menunjukan ponselnya pada penerima tamu di depan pintu yang memindai QR codenya sebelum masuk.

Ya, pesta ini hanya eksklusif untuk kalangan tertentu saja. Tidak ada yang dapat masuk sembarangan.

"Per-permisi," ucap si penerima tamu tiba-tiba.

Zoey tersentak. 

Si penerima tamu memberikan sebuah kartu. "Ini kamar malam ini. Semua orang dapat satu."

PLUMERIAWhere stories live. Discover now