Chapter 15

5K 536 25
                                    

POV Lisa

 
Sepanjang sore, Jennie sama sekali tidak bergerak kemanapun dari area tepi danau.

Dia juga belum makan apapun, dan tentu saja, kami tidak berbicara satu sama lain selama beberapa jam yang telah berlalu dengan kelambatan yang sangat menjengkelkan.

Namun, aku merasa kesepian tanpanya.

Tetapi aku juga tahu jika saat ini dia hanya ingin sendiri, jadi aku hanya bisa berdiam diri di kamp darurat kami yang terletak di tepi sungai sampai menunggu matahari terbenam.

Kemudian ketika hari sudah mulai gelap, aku memutuskan untuk berjalan dengan langkah ringan menuju ke danau untuk melihat bagaimana keadaan Jennie.

Sesampai di sana, aku perhatikan jika dia masih tidak bergerak dari tempat sebelumnya. 

Aku lantas berjalan mendekatinya.

Jennie yang mendengar langkahku, langsung menengok dan menatapku dengan sedikit ragu.

Tatapannya seolah-olah mengatakan kepadaku bahwa dia akan membuatku pusing jika aku mulai berbicara dengannya.

"Hai." aku mencoba untuk memulai pembicaraan dengannya, namun Jennie hanya diam tanpa menjawabku.

Dia bahkan membatasi dirinya dengan cara mengalihkan kembali pandangannya ke danau. 

"Hari sudah mulai gelap." aku berkata lagi padanya, namun tidak ada jawaban apapun... hanya ada kesunyian di antara kami. "Apakah kamu yakin akan tetap disini?"



"Aku sudah menyiapkan makanan untukmu." kataku setelah beberapa saat Jennie membisu dalam kesunyian,

Kemudian dia berdeham dengan tidak nyaman.

"Mengapa kau menyiapkan makanan untukku?"

"Tentu saja... karena sepanjang hari kamu belum makan apapun, aku tidak ingin kamu sakit."

"Kenapa kau peduli padaku?"

Aku menghela nafas pada perilakunya yang menurutku seperti anak-anak.

"Aku memang peduli padamu Jennie...  semua tentangmu penting bagiku."
 
"Tidak Lisa, aku sama sekali tidak penting bagimu."

"Cukup Jennie."

Jujur saja aku muak jika terus menerus bertengkar dengannya.

"Berhenti berbicara padaku seperti itu, Berteriaklah padaku jika kau mau, tapi berhenti berbicara seolah-olah aku tidak menganggapmu penting dalam hidupku!"

Setelah mengatakan itu, aku tiba-tiba merasa gugup saat melihat tatapan Jennie padaku.

Aku tidak mengerti bagaimana perasaannya. 

Aku tidak tahu apakah dia marah, kesal, sedih atau kecewa.

Aku hanya bisa melihat Jennie menatapku dengan matanya yang bersinar karena menahan air matanya.

Dan detik berikutnya, satu tetes air mata jatuh ke wajahnya dan pada saat itu juga aku benar-benar ingin memeluknya.

Aku merasa bersalah dengan apa yang aku katakan, aku benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya Jennie rasakan.

Namun ketika aku memutuskan untuk bergerak mendekatinya, aku dihentikan oleh tiupan angin yang diikuti oleh suara yang datang dari baling-baling besar.

"Apakah itu suara…?" Jennie mengerjapkan matanya kemudian dia segera berdiri lantas berlari mengejar suara itu.

Suara yang kami yakini adalah sebuah helikopter yang akan menyelamatkan kami dari hutan ini.

YOU BROKE ME FIRST (G!P)Where stories live. Discover now