dua

3.7K 810 23
                                    

Basil membanting pintu mobilnya, lalu berjalan dengan langkah lebar meninggalkan kan area parkir masuk menuju ke dalam hotel.
Penjaga di depan pintu utama sedikit membungkuk saat melihatnya.
"Selamat siang tuan Basil." Sapa mereka hampir bersamaan.
Basil mengangguk, tidak membalas senyum mereka karena dia memang bukan mudah tersenyum, diantara saudara-saudara nya, Basil lah yang terkenal paling sombong.

Arkaan seorang dokter dan dia dituntut untuk menjadi sosok yang ramah, apalagi sekarang dia sudah menikah, punya dua anak yang mengemaskan dari wanita yang sangat dicintainya.
Cyrus bekerja sebagai fotografer dan dia terkenal supel.
Draka si sempurna adalah aktor yang sangat terkenal, senyumnya menghiasi layar televisi dan majalah.
Dan Etacia, membayangkan si bungsu saja sudah membuat dada Basil berdenyut oleh rasa sayang yang tidak bisa diukur lagi.
Etacia yang lembut, penyayang tapi kerasa kepala akan tersenyum pada semua orang baik dia kenal atau tidak.
Dan Ayah mereka Rayyan WAffi akan menebar pesonanya pada semua orang hanya untuk memancing cemburu bunda mereka Soha yang begitu lembut dan tenang, berada di dekat sang bunda sudah cukup bagi Basil untuk menghilangkan segala keluh kesahnya.
hanya Basil yang terlihat muram, dan karena hobinya melukis, sang Ayah dengan kurang ajarnya menganggap dia tidak akan punya masa depan dan memutuskan melanjutan jalannya perusahaan menjadi tanggung jawab Basil.

Apakah Basil marah dan kecewa karena orangtua nya tidak mendukung cita-cita dan bakatnya.?
Tidak. Tentu saja tidak.!
Basil bukan orang bodoh, dia mewarisi otak ayahnya jadi tentu saja dia tahu kalau bakat dan hobi nya itu tidaklah spektakuler atau mengagumkan, lukisannya indah tapi tidak istimewa.
Jadi dia senang-senang saja melanjutkan perusahaan, Lagipula dua kembarannya juga terlibat dalam perusahaan meski tidak aktif.!

"Ah akhirnya, tuan Basil datang juga.!" Seorang manajer memdekati Basil yang terus melangkah.

"Apa Tante Amanda masih mengunci diri di dalam.?"
Tanyanya pada si manajer wanita setengah baya yang sudah bekerja di hotel ini saat Basil masih kecil.

"Tentu saja.!" Jawab manajer tersebut memutar mata.

Basil tidak tahu apakah dia harus marah atau tertawa karena ulah tante Amanda yang lagi-lagi merajuk dan mengurung diri di salah satu kamar hanya karena cemburu pada paman Ben yang masih saja suka menggoda wanita.
Siapa yang harus di salahkan, ntah Om Ben yang tidak bisa menghilangkan kebiasaan nya itu atau Tante Amanda yang masih saja tidak bisa sabar atau tidak mengambil pusing sikap suaminya itu yang jelas-jelas hanya mencintai Tante Amanda.

"Tante apa kau di dalam.!?" Basil mengetuk pintu kamar, melirik jam tangan memastikan supaya dia tidak terlambat bertemu dengan Lia yang terus mendesak agar Basil bertemu teman baiknya.

"Aku tidak mau keluar.!" Bentak Tante Amanda dari dalam, kelihatan sekali sudah menunggu seseorang membujuk nya keluar.
"Mana si keparat Ben itu.?"

"Om ben ikut Ayah, ada meeting dengan Ilhan Omer.!"
Jawab Basil datar.

"Ilham Omer.?" Pekik Tante Amanda yang lupa pada umurnya.
"Pantas saja si Ben tidak mau repot membujukku. Dia tidak ingin aku bertemu Ilhan Omer, hanya Ilhan omer yang dianggap bisa mengalahkan ketampanannya, bahkan ayahmu Rayyan WAffi tidak dianggap oleh si bajingan Ben.!"

Mau tidak mau bibi Basil tersenyum mendengar omelan Tante Amanda.
"Bibi tolong keluar, kamar ini sudah di booking, satu jam lagi orangnya sampai.
Aku tidak mau kita dituntut dan harus menbayar sepuluh kali lipat hanya karena kau cemburu.
Berapa kali sudah kukatakan, jangan bawa urusan pribadi ke dalam pekerjaan.!" Tekan Basil.

Grendel pintu terdengar, Tidak lama pintu terbuka dan sosok Tante Amanda yang tidak terlihat sedih keluar.
"Bahkan Rayyan dan Soha tidak pernah bicara seperti ini padaku.!"
Kesal nya yang tiba-tiba saja menangis memeluk Basil.

Basil memberi kode pada yang lain agar pergi, dia balas memeluk dan mengusap punggung sang Tante.
"Satu jam lagi meeting nya selesai.  Kau boleh menunjukkan kuasamu pada Om Ben." Bujuknya.

Tante Amanda terus memeluk Basil.
"Aku ada janji di lobby bawah dengan seorang kenalan.
Tapi make up ku berantakan.
Terus peluk aku, bawa aku ke toilet di bawah sana.!"

Itu bukan permintaan tapi perintah dan tanpa berdaya Basil melakukan apa yang disuruh.
Tante Amanda terus memeluk Ben sampai mereka masuk ke dalam lift yang meluncur membawa mereka turun ke lobby dengan Tante Amanda yang tidak berhenti memaki Om Ben.

Mereka langsung menuju arah Toilet, orang-orang mulai menjadikan mereka sebagai objek pandangan, para pekerja atau staf tentu Tahu apa yang terjadi dan siapa mereka berdua tapi para tamu terlihat berkerut kening.

Toilet kosong saat Basil mau tak mau masuk ke dalam toilet wanita dimana tante Amanda masih memeluk nya dan menangis.
"Aku akan bercerai dari Ben. Aku akan terus bersamamu saja. Kau jauh lebih baik darinya."

Basil memutar matanya.
"Kau sudah sering mengatakan itu."

"Kali ini aku serius.!" Bentak Tante Amanda melepaskan pelukan, melotot pada Basil yang tidak serius menganggap amarahnya.
"Kalau saja Ben pengertian seperti mu.
Kalau umurku dua puluh tahun lebih muda, aku akan jadi kekasih mu."

Basil tersenyum.
"Ya. Aku juga mencintaimu.!"

Amanda tertawa, memeluk Basil dan menepuk punggung pemuda yang sudah seperti anaknya sendiri.
Basil akhirnya ikut tersenyum lebar dan balas memeluk erat tante Amanda nya.

Saat itu salah satu pintu toilet yang paling ujung terbuka.
Basil mengangkat pandangan ke arah wanita yang keluar dari sana.
Mata mereka bertemu, dan entah kenapa Basil merasa darahnya berdesir tidak nyaman.
Wajah si perempuan terlihat malu segera berpaling, tidak mau melihat pada Basil dan tante Amanda yang masih berpelukan.
Reflek Basil melepas pelukannya saat wanita itu mendekati wastafel untuk mencuci tangan.
"Aku di luar saja." Katanya pada Tante Amanda, tanpa menunggu jawaban sang Tante, Basil lalu keluar meninggalkan Tante Amanda.

Basil berdiri di lorong, meredakan debaran jantung nya yang aneh.
Sesaat kemudian, wanita itu keluar mata mereka kembali bertemu, Basil tergagap saat merasakan darah dan jantungnya bekerja secara aneh.
Wanita itu sempat menatap Basil dengan tatapannya yang tenang tapi seperti sedang menghakimi Basil.
Basil sempat berpikir untuk menjelaskan kalau perempuan yang tadi dia peluk adalah Tantenya, teman baik orangtuanya tapi lalu dia menahan diri, diam bergeser saat wanita yang dingin itu berlalu melewatinya begitu saja.
Basil terus menatap punggung wanita tersebut sampai hilang di pandangannya.
Begitu wanita itu tidak terlihat lagi, magic nya langsung hilang.
Basil kesal sendiri dan menghela napas keras.
Kenapa dia jadi aneh begini.?
Kenapa dia malu dan merasa bersalah.?

Ketika akhirnya Tante Amanda keluar, wanita itu tersenyum menepuk punggung Basil.
"Pergilah, aku tahu kau ada janji. Maaf jika aku membuatmu terlambat, tapi aku senang kau masih mau meluangkan waktu untukku.
Sekali lagi terimakasih, aku mencintai mu."
Tante Amanda memeluk dan mengecup pipi Basil.

Bukannya membalas pelukan tante Amanda, Basil malah menjaga jarak, menoleh ke ujung lorong, takut perempuan yang tadi kembali dan melihat apa yang Tante Amanda lakukan.

"Ada apa.?" Tanya Amanda saat melihat Basil seperti waspada.

Basil menggeleng, langsung membalas pelukan tante Amanda.
"Tidak ada." Jawabnya.
"Ayo kita kembali.!" Ajaknya kesal dan mulai merasa marah pada wanita yang tidak dikenal olehnya tapi malah membuatnya merasa buruk.

Basil harap dia tidak bertemu wanita itu lagi yang membuat Basil tidak nyaman hanya dengan sorot matanya yang tenang tapi seakan sedang menjatuhkan hukuman mati pada Basil.!

Perempuan yang tidak pingsan atau memegang dada dan tidak juga melongo saat melihatnya bisa digolongkan Langka tapi bisa saja wanita itu bukan cuma langka tapi juga berbisa.

***************************
(17122021) PYK

(Repost) Acacia                                           (Waffi's Famili # 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang