18

1.1K 160 30
                                    

Bastian yang sudah sampai sekolah langsung bergegas menemui anggara dan satya yang sedang mengobrol dengan murid lain. Ia bahkan langsung bertanya tanpa basa-basi.

"Dimana elvano?" tanya bastian.

Anggara melihat bastian untuk menjawab pertanyaannya.

"Di belakang sekolah, tadi katanya mau ke sana. Kenapa?" Tanya anggara penasaran.

"Nggak papa, cuma ada perlu aja. Ya udah kalau gitu, thanks infonya ya" jawab bastian, kemudian pergi tanpa menunggu jawaban mereka.

Bastian mencari elvano ke belakang sekolah dan menemukannya sedang duduk membelakanginya sambil mendengar musik dengan earphone. Awalnya ia mau langsung menghampiri, tapi ucapan elvano membuatnya menghentikan langkahnya.

"Al- al, lo itu emang bego banget jadi orang. Bisa-bisanya lo nggak curiga sama gue" kekehnya. " lo pikir emang siapa yang hapus tuh rekaman kalau bukan gue, secara cuma gue yang orang terakhir yang tau rekamannya.

"Kasihan banget sih lo, papa jadi semakin nggak suka sama lo" elvano tertawa puas dengan apa yang terjadi pada alvaro, tanpa ia tau kalau ada bastian di belakangnya dan mendengar apa yang ia ucapkan.

"Dasar licik" bastian mengepalkan tangan dengan emosi mendengar semua ucapan elvano.

Bastian berjalan menghampiri elvano yang masih asik mendengarkan musik. Dengan kesal bastian melepaskan earphone yang terpasang di telinga elvano sampai elvano reflek melihatnya.

"Lo kenapa sih, bas? Ganggu aja,lo!" Elvano melihat bastian tidak suka.

Bastian memicingkan bibirnya dengan senyum ejek melihat elvano.

"Kenpa?" Elvano yang melihat ekspresi bastian langsung bertanya.

"Gue nggak nyangka, lo tega banget sama alvaro" bastian melihat elvano dengan tangan yang berada dalam saku celana.

"Tega sama alvaro, Maksud lo apa ngomong kayak gitu?"

Bastian tertawa ejek." Udahlah nggak usah pura-pura bego, gue bukan alvaro yang bisa lo begoin dan percaya sama semua yang lo omongin" kata bastian membuat elvano bingung.

"Maksud lo apasih, bas? Gue bener-bener nggak ngerti maksud lo?" - elvano.

"Nggak usah sandiwara gitu! Gue denger apa yang lo bilang tadi, el!" Ucapan bastian membuat elvano menelan salivanya dengan wajah tegang.

"Kenapa? Kenapa lo setega itu sama alvaro? Dia itu saudara kembar lo, al" tanya bastian dengan tatapan tajam.

Elvano yang tadinya tegang perlahan menarik salah satu sudut bibirnya dan tertawa ejek setelahnya.

"Karena gue benci sama dia" kata elvano dengan santai.

Bastian berdecih mendengar ucapan elvano.

"Nggak kaget sih, karena gue udah lama curiga sama lo. Lo itu nggak sebaik kelihatannya, bahkan alvaro sendiri aja nggak tau kalau kembarannya sebusuk ini!" Bastian melihat elvano dengan tangan mengepal menahan emosi.

"Terserah sih lo mau ngomong apa, bas. karena sebenernya juga gue tau kalau lo nggak suka sama gue. Lo berteman sama gue cuma karena gue kembaran alvaro, kan?" Elvano tersenyum remeh.

"Gue akui lo hebat dalam menilai orang. Gue juga salut sama lo yang perduli banget sama alvaro, tapi sayangnya lo nggak akan bisa berbuat apapun buat bantu alvaro karena bokap gue nggak akan percaya sama lo.

"Lagian alvaro di mata bokap gue itu bengal, susah di atur dan suka ngelawan, jadi wajar kalau sering di hukum. Selain itu dia emang bego karena udah percaya sama gue, sampe nggak sadar apa yang udah gue lakuin biar dia terus di benci bokap gue" kekeh elvano setelah bicara.

The Truth Untold ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang