22

1.3K 169 43
                                    

Bastian, satya, anggara, wira dan juan  duduk di ruang rawat alvaro. mereka diam dengan pikirannya masing - masing. Mereka melihat alvaro yang masih belum sadar walaupun kondisinya sudah stabil.

"Bas, emang apa yang terjadi?" Tanya satya penasaran karena ia datang bersama anggara setelah bastian memberitahu kalau alvaro di rawat di rumah sakit.

"Apa alvaro berantem sama elvano? Kenapa lo larang kita buat kasih tau elvano kalau alvaro di rawat?" Sambung anggara.

Bastian menghela nafas panjang, kemudian menceritakan semuanya tanpa ada yang di tambah atau pun di kurang pada juan, wira, satya dan anggara.

"Gue nggak nyangka, elvano sejahat itu" - satya.

"Gue juga nggak nyangka, padahal selama ini dia itu baik dan selalu belain alvaro dari papa nya" anggra bicara dengan rasa tidak percaya.

"Sebenarnya aku juga nggak percaya, tapi aku pernah lihat sendiri elvano memasukan obat pencahar di minuman alvaro.

"Sejak saat itu, aku sadar kalau elvano nggak sebaik kelihatannya" ucap juan membuat bastian melihatnya.

"Obat pencahar, apa maksud mu, kak?"- bastian.

"Kamu ingat nggak bas, saat alvaro pingsan karena diare dan muntah?"- juan.

Bastian mengangguk karena saat itu dialah yang membawa alvaro ke uks.

"Kenapa, kak?" - bastian.

"Saat alvaro sadar dan aku tanya kenapa dia bisa sampai diare dan muntah, dia cuma jawab kalau habis minum jus punya elvano.

"Jus yang sebenernya emang buat alvaro, tapi elvano bilang itu punya dia biar alvaro nggak curiga kalau jus itu udah dia kasih obat pencahar" jawab juan.

"Kenapa kakak nggak bilang sama aku?" - bastian.

"Alvaro yang melarang, dia yakin kalau apa yang terjadi sama dia bukan karena elvano. Dia malah bersyukur karena udah menghabiskan jus milik elvano, dengan begitu bukan elvano yang sakit" jawaban juan membuat bastian berdecak kesal.

"Jadi semua hal buruk yang terjadi sama alvaro itu ulahnya elvano"  gumam satya.

Selama ini satya  sangat dekat dengan elvano, tapi ia tak menyangka, bahkan tak menyadari kalau elvano sejahat itu. Bastian beranjak dari duduk dan mendekati ranjang dimana alvaro terbaring.

"Bangun, al!  Lo harus buat perhitungan sama orang yang udah nyakiti hati dan fisik lo!. Gue tau lo kuat, jadi tolong bangun dan buktikan kalau lo itu bukan anak yang bengal seperti yang bokap lo pikir" bastian melihat alvaro dengan mata berkaca-kaca.

Bastian membisikan sesuatu ke telinga alvaro.

"Bangun, jangan tidur terus kayak gini! Lo nggak sendiri, masih ada gue dan yang lain yang akan membantu dan jagain lo" bisiknya, kemudian kembali melihat alvaro dengan sendu.

"Bangun!" Bastian menggenggam tangan alvaro yang tidak di infus.

Rasanya ia ingin berteriak di telinga alvaro agar ia bangun saking kesal dengan alvaro yang tidak punya keinginan hidup.

"Al" ucapnya saat merasakan jari alvaro bergerak.

"Bagus, akhirnya lo sadar juga" bastian tersenyum melihat alvaro yang membuka mata.

"Tck, kenapa harus kucing liar ini sih yang gue lihat saat buka mata" alvaro berucap lirih, tapi bastian masih mendengarnya.

"Dasar bego, di suruh selesaikan masalah malah sekarat!" Omel bastian. " Tck, seharusnya gue tau, hamster kayak lo nggak akan bisa bergerak sendiri buat selesaikan masalah" lanjutnya yang tetap mengomel.

The Truth Untold ✅Where stories live. Discover now