02. Renjun

770 73 4
                                    

Cuaca yang cerah, di sertai dengan ayam berkokok lantang menandakan bahwa kini sudah di waktu pagi hari. Suasana di dalam setiap rumah yang memiliki anak mulai ricuh sebab sudah saatnya mereka para pelajar untuk memasuki sekolahnya.

"Renjun ... Kakak menunggu di dalam mobil, ya," teriak Lee Taeyong dari arah luar rumah lalu mulai memasuki mobil miliknya.

Buku buku sudah ia masukkan ke dalam ranselnya, mencoba berpikir apakah ada yang tertinggal. Di rasa Renjun sudah lengkap, ia sesegera mungkin bergegas menjemput sang Kakak yang berada di dalam mobil tetapi ketika kaki jenjangnya melangkah, saat itu juga Papa-Nya memasuki kamar miliknya. Kali ini tanpa membawa ikat pinggang, Renjun menerka apa yang akan terjadi selanjutnya,

Plak ...
Plak ...

Sang Papa menampar kedua pipi Renjun, terasa sangat perih karena tamparan yang cukup kencang dan pasti bukan main sakitnya. Ia hanya bisa terdiam ketika Papa-Nya melakukan kekerasan terhadap dirinya. Bulir bening yang hampir keluar dari kedua kelopak matanya segera ia tepis dengan mengusapkan tangannya di pipi.

"Ingat Renjun, kerjakan yang teliti!" Pesan Papa-Nya, sedangkan Renjun hanya mengangguk sembari menahan pedih di pipi.

Setelah aksi tadi yang membuat Renjun hampir meneteskan air matanya, kini ia sudah di perbolehkan untuk keluar dari kamarnya. Ia segera memakai kedua sepatunya lalu bergegas menuruni tangga untuk menjemput Taeyong di dalam mobil.

Perjalanan di lalui dengan hening, tanpa ada pembicaraan. Keduanya enggan untuk membuka mulut, dan ketika sudah sampai pada tujuan, Taeyong berniat untuk menjemput Adiknya ketika pulang sekolah nanti. Ia pun mulai membuka sedikit pembicaraan pada adiknya yang berada disebelah kanan dirinya.

"Nanti jam berapa kamu pulang sekolah?" Tanya Taeyong dengan netra dan alis tajam menatap saudaranya yang hendak keluar dari pintu mobil.

"Sekitar setengah empat, Kak," ucap Renjun setelah itu ia keluar dari mobil dan bergegas untuk masuk ke dalam gerbang sekolah.

"Di setiap usaha pasti ada perjuangan, dan dengan itulah kakak akan selalu berusaha untuk menjaga Renjun. Masa lalu yang kelam takkan pernah terulang kembali," monolognya sembari menyetir mobil dengan satu tangan.

"Kakak akan berjuang, sampai di mana kakak tidak lagi dapat melihat senyumanmu," lanjut Taeyong, lalu ia mulai menyetir mobilnya.

Di kelas Renjun,

Renjun terkena guyuran air yang berisi pada sebuah bak kecil setelah ia membuka pintu kelasnya, Renjun menatap teman-temannya yang tertawa. Pakaiannya basah, ia memegang erat gagang pintu kelas. Berusaha agar air matanya tak mengalir. Segala gelak tawa mereka keluarkan, entah dendam apa mereka dengan dirinya.

Tiba-tiba yang semulanya tertawa menjadi hening, ia segera menatap teman-temannya lalu mulai menatap ke belakang, ternyata ada seorang guru yang sudah berdiri dibelakang punggung dirinya.

"Kenapa pakaianmu basah?" tanya sang guru dengan mata menatap seperti di interogasi.

Renjun hanya menundukkan kepalanya, ia tak berani menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh gurunya.

"Ulah siapa, Renjun!" sang Guru mendesak Renjun, sementara dirinya sendiri tetap menggelengkan kepalanya ; tidak ingin menjawabnya karena mewanti-wanti supaya tidak mendapatkan aksi yang lebih dari ini.

Karena terlanjur geram, Gurunya itu segera menarik paksa pergelangan tangan Renjun dan membawanya ke hadapan kelas,

"Siapa, Renjun?" Paksa Guru tersebut dengan setelan formal ; kemeja putih, dasi, celana hitam, dan jas hitam. Ia menatap tak suka pada seisi kelas.

Akhir Dari Semuanya ; Renjun[END]✔Место, где живут истории. Откройте их для себя