18. Renjun

231 21 0
                                    

Renjun terbangun dikamar Jaemin yang masih terlihat rapih, ia bahkan masih belum mengenakan pakaian alias naked.

"Sh-shh ..." Renjun meringis dikala ia akan duduk namun kegiatan semalam membuatnya susah untuk menggerakkan bagian bawahnya.

"Hi, prince. Sudah bangun ya. Butuh sesuatu?" tanya Jaemin saat melihat Renjun yang meringis; kesakitan akibat kegiatan semalam.

"A-aku ingin mandi .."

"Pakai kamar mandi disini saja."

Jaemin melihat Renjun yang menatapnya dengan tatapan mata yang tajam, ia merasa bingung. Apa yang salah dari ucapannya, pikirnya.

"Aku tidak bisa jalan, ish!" kesal Renjun, ia melemparkan bantal disampingnya ke arah Jaemin.
Jaemin segera menangkap bantal itu lalu ditaruh kembali ke kasurnya, ia langsung membopong tubuh Renjun yang ringan namun bau sperma.

"Tubuhku lengket! Gara-gara kamu .." rengek Renjun.

"Tubuhmu menggodaku untuk melakukannya, kan." jawab Jaemin lalu mengecup bibir Renjun yang terasa kenyal. Jaemin segera menaruh Renjun di bathtub.

"Bisa mandi sendiri atau dimandikan?" candanya, lalu dengan kesal Renjun segera mengusir Jaemin dari kamar mandi.

Renjun mulai menyalakan keran bathtub dan berendam selama hampir 1 jam.
Seusai membersihkan tubuh, Renjun keluar dari kamar mandi menggunakan kimono.

Renjun membuka almari pakaian, mencari baju yang cocok dengannya. Namun, semua sama saja, bajunya terlalu besar dan tidak cocok dengan badan mungilnya.

Setelah memilih-milih pakaian yang cocok, Renjun segera tengkurap diatas kasur.

Renjun lama kelamaan merasa bosan karena Jaemin tidak ada dirumah.
Renjun berjalan secara tertatih menuju ruang tamu, ia duduk sebentar.

"Huh .. Aku melakukan hal yang menyimpang." Monolog pendek Renjun lalu mengusap wajahnya kasar. Merasa bersalah tetapi ia menikmati aksi salahnya.

Renjun segera keluar dari rumahnya dan berjalan menuju minimarket terdekat untuk membeli beberapa camilan. Namun, saat dijalan Renjun tak sengaja bertemu dengan Eunha, teman sekolahnya dahulu.

Renjun berhenti dan begitu juga Eunha, mereka bertatap–tatapan cukup lama. Hingga Renjun yang memulai pembicaraan.

"Eunha .. kabar mu bagaimana?" tanyanya lalu menggandeng tangan Eunha untuk duduk didepan market yang kebetulan dekat dan ada kursinya.

"Kabarku baik. Oh, ya. Apa kau sudah mengetahui jika hyung mu masuk ke rumah sakit?"

"Tidak. Aku bekerja dan pisah tempat tinggal."

"Bodoh."

"Maksudnya?"

"Taeyong terkena Leukemia. Sudah tidak bisa disembuhkan dengan obat obatan. Sekarang ia sedang berbaring dirumah sakit, pergilah menjenguknya sebelum kau menyesalinya."

Bahu Renjun terlihat turun 3cm,

"Aku gagal menjaga hyung .."

"Tapi, hyung tidak gagal dalam menjagamu, kan? Jangan bersedih, mau menjenguknya bersama?" tawar Eunha yang dibalas anggukan oleh Renjun. Mereka berdua segera bergegas ke rumah sakit untuk menjenguk Taeyong yang sedang berbaring.

Sesampainya dirumah sakit, Renjun memasuki ruangan yang dimana Taeyong tempati. Renjun dengan segera memeluk Taeyong dengan erat, Taeyong yang saat itu belum tertidur terlihat senang karena Renjun menjenguknya.

Renjun segera duduk di kursi,

"Hyung, kenapa hyung engga bilang ke Ren kalau hyung sakit?" tanya Renjun dengan lemas.

"Maaf .."

"Kak Taeyong, Eunha hanya ingin berbicara sesuatu .. mungkin sudah terlambat karena kondisi kak Taeyong karena ... Eunha menyukai kak Taeyong ..." Diakhir kalimat, Eunha sempat mengecilkan suaranya.

"Eunha .. maaf. Tidak seharusnya kau menyukaiku, aku mempunyai tanggung jawab besar terhadap kehidupan Renjun. Lupakan cinta mu, kejar cita-citamu. Aku hanyalah seseorang penyakitan yang dibiarkan hidup."

Braakk!!

"Papa .." Renjun merinding, ia tidak siap untuk disiksa lagi untuk kali ini. Cukup sampai malam itu saja, jangan terulangi untuk yang kedua kalinya.

"RENJUN! KAU-" Sang papa menarik lengan Renjun untuk keluar, Renjun yang tahu jika Eunha akan membelanya memberikan kode kepada Eunha,

"Jangan menghubungi ku lagi, mengerti?"

Eunha yang mengerti itu tidak melakukan pembelaan terhadap Renjun, meskipun lengannya digoyangkan berkali-kali oleh Taeyong karena ia tak tega sang adek diperlakukan seperti itu oleh Papa nya.

"Papa .. lepas, ah! .. pergelangan tangan ku sakit!" Renjun berusaha melepas cengkraman tangan Papa nya dan berhasil.

"Renjun." Panggil Papa nya.

"Iya, Pa .."

"Kau harus ikut Papa ke luar negeri. Tidak ada bantahan. Tak usah kemasi barang-barang mu, disana sudah lengkap."

"Tapi, Pa. Aku boleh, kan, membawa bingkai Mama, aku, dan hyung Taeyong? .." izin Renjun, menurutnya, seseorang yang menemaninya harus ikut kemanapun ia pergi. Dan, yang dimaksud Renjun ialah bingkai keluarganya tanpa seorang ayah. Karena, pada saat itu hanya mereka yang mengenang masa itu tanpa Jaehyun.

"Ya, terserah mu. Intinya, esok kau harus ikut Papa ke Canada." ucap Jaehyun.

Renjun mengeluarkan ponselnya, menelepon Jeno untuk menjemputnya dirumah sakit tempat Taeyong dirawat.

Tak lama, Jeno datang. Saat itu juga Jaehyun keluar dari ruang rawat Taeyong, Jaehyun berdiam diri dihadapan Renjun kemudian menatap manik-manik mata Renjun.

"Anak yang paling ku sayangi seharusnya tidak usah menjaga mu. karena mu, anak ku, Taeyong. Harus menjalani perawatan itu. Memang, kau anak pembawa sial dan tidak seharusnya juga aku mengadopsi mu dulu." Kalimat itu tak sengaja terucapkan dari bibir seorang ayahnya sendiri, Jaehyun.

"Permisi tuan Jaehyun, saya izin membawa Renjun kembali ke rumah." ucapan Jeno tak bisa dibantah, Jeno dengan cepat menggenggam pergelangan tangan Renjun dan mulai berlalu dari hadapan Jaehyun yang berstatus sebagai sang ayah dari anak yang bernama Renjun.

"Huang sialan Renjun! Berhenti!!"
Teriak Jaehyun ketika Jeno menarik Renjun dengan sangat amat kasar.

"Kakak ... Ayah memanggilku," cicit Renjun.

Namun, Jeno bagaikan tuli, ia sama sekali tidak ingin mendengarkan apa yang Renjun katakan tentang ayahnya. Ia segera membawa Renjun ke dalam mobil lalu mulai membelah jalanan perkotaan menuju rumahnya yang terlihat seperti rumah mewah itu.

Akhir Dari Semuanya ; Renjun[END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang