He's come back.

1.3K 90 2
                                    

"Indeed, your soul is my curse, honor me."

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Semalaman tertidur dalam tangisan hujan. Tangisan hujan yang membuatku tidak sadar, bahwa setelah itu, hidupku akan terus bersama-sama dengan hujan. Mendung. Gelap.

Masih tersisa sedikit luapan manis rasa rindu itu. Masih kurasakan kecupan singkat Atlantis.

Sebelum akhirnya, semuanya menjadi hambar. Memudar, kemudian menghilang. Pucat. Pelukan hangat Atlantis tidak lagi aku rasakan.

Aku paham saat penciumanku menangkap aroma tanah basah sehabis hujan, bercampur dengan samar samar wewangian lavender.

Aroma yang sangat ramah untukku, dan membuat otakku memutar semua hal paling menyedihkan di hidupku. Lalu membuat rasa benci, kesakitan, timbul di hatiku.

  Dingin. Kulitku dingin. Tubuhku dingin. Mataku terbuka secara perlahan dan semua prasangka buruk kemarin malam adalah benar nyatanya.

Mulutku kelu. Dingin yang hanya menyapa kulitku, kini terasa menusuk tulang rusukku. Meremukkannya secara perlahan.

Semuanya terlalu cepat untukku, sungguh hatiku belum siap.

Mataku memanas. Ruangan ini, bukanlah tempat hangat saat Atlantis dapat memelukku dengan bebas. Bukanlah tempat nyaman dibalik pintu putih.

Aku menangis, terisak, memukuli dadaku—mencoba menghalau rasa sakit itu.

"Hanya untuk semalam, oh.. Atlantis, hanya untuk semalam kamu memenangkanku.."

Diluar sana hujan, angin masuk melalui jendela besar dan menghibaskan rambutku. Gelap. Ruangan ini sudah gelap, tetapi diluar mendung, membuatnya semakin gelap.

"Aku belum siap Atlantis.. aku masih sakit."

Aku tahu dia datang. Aku tahu sosok itu berjalan kearahku, dari balik pintu besi itu. Aku tahu dia mendengarku menangis. Pundak kokoh itu, berjalan dengan gagahnya saat aku masih terus terisak.

Angin berhenti menghibaskan rambutku, saat tubuh tegapnya berdiri di depanku.

"Keys, kekasihku yang hilang."

Suara baritonnya menggema di ruangan ini. Dia merengkuh diriku, membawa diriku kedalam dekapannya.

Saat dia mendekapku, hatiku menghangat. Tubuhku perlahan ikut menghangat. Aroma maskulinnya sangat nyata setelah satu minggu lebih tidak kurasakan. Serta wewangian lavender yang melekat di tuxedonya. Lavender kesukaanku.

Dia tidak berbicara. Dia hanya diam dan terus memelukku selama aku terisak.

Perlahan tangisanku mulai mengecil. Entah mengapa ada sepercik rasa rindu saat dia memelukku. Meskipun rasa sakitnya mendominasi.

"Samu," Aku menepuk dadanya dua kali, memberi tahunya untuk melepaskan pelukannya.

"Kamu menangis semalaman." Laki-laki itu, Samu, mengelus suraiku dengan masih mendekapku erat.

"As usual."

"Hum, Aku menjagamu saat Atlantis tertidur."

"Kamu akan selalu begitu." Aku tersenyum kecut. Tahu persis bagaimana laki-laki ini tidak mau kalah atas dirinya sendiri, Atlantis.

"Hell nah, I'm not the bastard Atlantis. Listen my Keys, aku tidak akan pernah membiarkan gadisku terjaga dan menangis semalaman."

"Kamu egois." Aku mendorong dadanya kuat, membuat pelukan kami terlepas.

"I'm."

Tatapan kami saling bertemu. Dapat aku lihat mata sayunya menatapku sendu. Di dalam sana, ada curam kerinduan. Dia merindukanku, laki-laki ini merindukanku lebih dari Atlantis, aku tahu itu.

Samu kesakitan. Sorot matanya mengatakan semuanya.

"Aku sakit, Samu. Jiwaku sakit karena mu. Aku membutuhkan Atlantis untuk memulihkanku." Entah keberanian dari mana, kata-kata itu terucap begitu saja dari mulutku.

Aku memang sakit, hatiku sangat sakit saat mengingat apa yang telah di perbuat oleh Samu satu minggu yang lalu. Tetapi melihatnya terluka karena ucapanku barusan, dapat membunuh jiwaku.

"Tidak. Kamu milikku. Hanya milikku, tidak akan pernah aku biarkan jiwa lain memilikimu lagi. Termasuk Atlantis."

Samu berucap rendah, rahangnya mengeras tetapi mata sayunya masih menatapku kesakitan.

Atlantis mencintaiku seperti lautan api di dasar gunung berapi. Tetapi cinta Samu atasku layaknya tsunami yang dapat menenggelamkan seluruh isi bumi. Cinta Samu padaku, adalah cinta keserakahan.

Aku menggeleng keras, lalu mulai terisak. Rasa sakit di dadaku membuatku melompat dari kasur besar ini, lalu berlari sekuat tenaga. Berlari untuk kesia-siaan.

Karena Samu akan menangkapku. Samu akan selalu mendapatkanku meskipun harus melawan Atlantis.

Tangan kokohnya meraih pinggangku. Samu, memelukku dari belakang. Sangat erat.

Aku terus berusaha memberontak, tetapi sia-sia. Dia terlalu kuat untukku. Juga cintanya atasku.

Dikecupinya terus menerus suraiku, disaat aku tidak memiliki tenaga untuk memberontak lagi.

Aku pasrah. Terisak, sementara kecupannya menggerayapi pelipisku lalu leherku. Sangat dalam, dia bahkan menutup matanya saat terus mengecupku.

Samu menggeram rendah. Kecupannya membuat sekujur leherku basah.

"Damn it. I miss you so fucking badly, darling."

• • •

Cursed,
Keys.

TBC.

KeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang