Shocked confession.

804 74 0
                                    

"There are many confusing things that make me feel so sick, but in the end they burn my head."

• • •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• • •

Sejak awal aku memutuskan untuk kembali, aku tahu Atlantis lah yang membuat semua kekacauan.

Atlantis lah yang menyiksa Eksa, membuat semua orang menangis tak berdaya untuk akhirnya memohon agar aku kembali.

Karena jika itu Samu, yang akan aku temui adalah jasad Eksa—atau mungkin semua orang yang ada di sekitarnya.

Aku tidak tahu apa yang telah di perbuat Atlantis sehingga dia dapat menguasai raganya selama aku pergi.

Malam dimana aku menangis sejadinya, memukuli diriku sendiri setelah Samu memenggal kepala seorang laki-laki tak bersalah, dan mengakui bahwa dia juga melakukan hal yang sama kepada kedua orang tuaku.

Malam itu, ketika aku puas menangis, ketika semua sakit hatiku berkurang, Atlantis lah yang datang, dan tertidur dalam dekapanku. Untuk akhirnya Eksa datang, membantuku pergi sejauh mungkin.

Karena jika Samu yang muncul saat itu, jangan harap satu minggu, satu langkah keluar dari dekapannya saja, sangat mustahil.

"Madam, are you okay?"

Aku terjolak kaget. Mataku melirik sosok laki-laki berkaca mata tebal yang setia berdiri di sampingku, sejak tiga jam yang lalu ketika Samu pergi begitu saja, dan aku berujung melamun di ujung jendela dengan gaun ungu yang masih kukenakan.

Aku memilih menghiraukan ucapan pria paruh baya tersebut, dan kembali berkutat pada pikiranku.

Hujan masih belum berhenti.

Entah mengapa tempat ini sangat sering hujan. Batas pandanganku hanya sampai pada pepohonan tinggi yang melingkupi tempat ini, dari ujung jendela. Tempat yang sering mendung.

Aku menghela napas. Entah dimana sekarang aku berada, dan bagaimana Samu membawa diriku ke tempat yang tidak aku kenali hanya dalam semalam.

"Madam, anda dapat mengganti gaunnya, supaya lebih nyaman."

Laki-laki itu berucap lagi. Aku kembali menoleh ke arahnya, dia masih setia menatapku, ada sedikit garis lengkungan di ujung bibirnya.

Siapa pula pria ini, aku sama sekali tidak mengenalinya. Aku bahkan tidak tahu namanya, identitasnya sekalipun. Tetapi dapat aku tebak, dia adalah orang terpercaya Samu.

Karena hanya pada saat Samu menguasai raganya lah, pria ini muncul. Dan segala sesuatu yang ada di tempat ini, semuanya masih terlalu abu-abu untukku.

Termasuk Samu sendiri.

Aku menggeleng, lalu berdiri menghadapnya. "Kemana Samu pergi?"

Tanganku menunjuk dadanya yang terbalut tuxedo hitam. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa pula dia harus menyuruhmu memata-mataiku?"

Aku terkekeh pelan. Wajahnya datar, pria itu tidak menjawab, membuatku muak.

Aku berbalik badan, lalu berjalan membelakanginya, saat kutunggu hingga beberapa menit, pria itu tetap mengunci mulutnya.

"Mengapa pula semua orang di sini sangat monoton dan kaku, membuatku semakin muak saja." Aku bergumam kecil, sembari memegangi kepalaku. Sungguh, kepalaku rasanya ingin pecah!

"Madam, you need to stay. Don't go anywhere." Orang bodoh itu, sudah seperti robot. Entah apa yang telah dia terima dari Samu, hingga sangat patuh seperti itu.

"Master said, you need to stay, please, ma'am." Astaga, orang ini!

"Mengapa pula aku harus menurutinya? Memangnya siapa dia?" Aku terus berjalan, di depan sana ada sebuah pintu mini menuju bagian selatan ruangan rumah ini. Aku muak di kamar ini.

"Anda segalanya untuknya." Sungguh lucu penuturan pria kaku tersebut, membuat tawaku menggema di ruangan ini.

Dia tidak bersuara lagi, juga tidak mengejarku, hingga saat tanganku mencapai engsel pintu, pria itu berucap dan mampu membuatku mematung saat itu juga.

"You need to stay. Karena anda harus tahu, bahwa tuan menangisi anda dalam kesakitannya, saat ia harus berperang dengan dirinya sendiri ketika anda pergi."

• • •

Cursed,
Keys.

TBC.

KeysWhere stories live. Discover now