Bagian 22

197 47 9
                                    

Bukankah kita semua punya orang spesial? seperti keluarga, atau teman. Sekuat-kuatnya orang tangguh dan mandiri, dia masih memiliki kerapuhan di dalam dirinya.

Kita sering bertanya-tanya, apakah orang yang kita temui adalah orang baik atau bukan. Semuanya seperti permainan, ketika kamu salah tekan pilihan, kamu akan kalah.

Itu yang Aenlee rasakan setiap kali sendirian. Jika dia bersama Jake, apa dia akan aman? Jika dia bersama Sunghoon, apa dia akan aman? Jika dia bersama Sunoo, apa dia akan aman?

Cukup kepergian sang ibu yang membuatnya menangis hebat, jangan sampai ada lagi yang membuatnya seperti itu.


-


"Sudah ku katakan jangan beri siapapun masuk! kalian ini kenapa sih?!"

Aenlee dapat mendengar bentakan Jake walaupun suaranya masih sedikit terpendam, tetapi makin lama makin menjelas pendengarannya. 

Penglihatannya yang berawal hitam itu terbuka dengan rabun sebentar, lalu jernih setelah dia berhasil sadar dan berkontak mata dengan perawat yang sedang mengganti infus.

Sang perawat menyentuh pundaknya, "Nona, apa bisa mendengar saya?"

Aenlee mengangguk.

"Syukurlah, luka mu tidak begitu dalam dan sudah kami jahit. Hanya masih basah, jadi kami menyarankan untuk rawat inap," ucapnya dan segera pergi setelah Aenlee mengucapkan terima kasih dengan penuh usaha.

Sekarang dia bisa merasakan rasa nyeri di pinggangnya, gila. Barusan dia kira dia sudah mati. Dia melihat tubuhnya dengan pakaian rumah sakit, ada kursi di sebelahnya dengan jas yang menggantung di sandarannya. Aenlee menyimpulkan bahwa suara Jake yang tadi bukanlah hayalan atau dari alam bawah sadarnya saja.

Jake benar-benar ada disini.

"Tuan, di lobby banyak wartawan. Keberadaan anda dan nona Ryu sudah tersebar, aku masih mencari tahu siapa penyebar berita tersebut sampai membuat keramaian begini."

Aenlee bisa mendengar jelas asisten Han berbicara pada Jake di balik tirai. Mendengar hal tersebut Aenlee menjadi agak takut karena berpikir setelah ini pasti banyak sekali tantangannya. Entah itu dari skandal, atau berita yang tidak senonoh, dan lain sebagainya yang membuat keberadaan mereka disini perlu dijelaskan ke publik.

"Aku curiga dengan Serim. Oh ya dan juga, aku dengar rupanya ada senior Aenlee di sini. Jay Bae, katanya dia menginap di hotel milik Serim, jadikan mereka berdua tersangka dahulu."

Ah Aenlee lupa, saat Jake menyebut nama Jay, dia jadi ingat waktu itu Jay mengobrol dengannya di hari yang sama saat Jake menghadiri acara minum-minum dengan Serim.

Jay bilang padanya bahwa Jake sebenarnya pernah tidur dengan Serim, itu sebabnya kakak adik ini bertengkar di malam itu juga. Mau itu bertengkar tentang hubungan mereka, pun juga dengan cara menyikapi.

"Aku akan memperketat keamanan supaya nona Ryu dan anda bisa kembali ke Korea dengan aman, tuan."

Setelah mendengar suara pintu tertutup, Aenlee bisa mendengar Jake menghela nafas. Tapi tidak lama pun laki-laki itu datang dan terkejut melihat sang adik yang rupanya sudah sadar.

"A— Aenlee, aku kira kamu belum siuman," Jake menaruh kedua tagannya di sisi Aenlee dan menatapnya, "Apa ada yang sakit? apa ada yang kurang nyaman?" tanyanya khawatir.

Aenlee yang tadinya masih sedikit marah karena pertengkaran mereka itu jadi hilang, awalnya dia tidak ingin berbicara dengan sang kakak. Tapi ini bukan saatnya untuk berpikir seperti itu. Hatinya kembali luluh hanya dengan tatapan Jake.

Keep it DISGUISE [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora