Prolog

526 33 1
                                    

Brak!

Ishana menutup pintu lokernya kuat-kuat saat lagi-lagi menemukan benda asing di dalamnya. Setelah hampir dua Minggu ini coklat, boneka dan bunga tak pernah absen mampir di sana, kali ini bahkan ada buket bunga dari uang! Ia tidak habis pikir pada laki-laki yang dengan begitu ulet mengejarnya selama dua Minggu ini.

Diaz Zachary.

Begitulah nama laki-laki itu tertera rapi dalam card yang terselip di antara nominal uang seratus ribuan itu.

Ishana menghela napasnya gusar dan mencengkram kuat buket uang di tangannya. Makin hari, seniornya itu makin gigih saja mengusiknya. Tapi, jangan kira Ishana akan kalah gigih untuk menjauh.

Dengan senyum penuh arti, gadis itu membawa buket uang di tangannya keluar dari fakultas Seni menuju fakultas Ekonomi.

Dengan buket besar di tangan, Ishana mengamati area pelataran Fakultas Ekonomi yang nampak lengang. Saat melirik jam tangan, rupanya baru jam 06.25 WIB. Mungkinkah terlalu pagi untuk Diaz dan teman-temannya membuat keramaian? Mengingat Diaz dan teman-temanya itu bagaikan gula di kampus mereka. Beberapa kali Ishana bahkan melihat sendiri bagaimana ketiga cowok itu meramaikan halaman fakultas hanya karena menempati salah satu meja dan kursi beton di sana.

Nampaknya Ishana terlalu pagi juga sampai di kampus. Lalu apa kabar dengan kurir misterius yang selalu berhasil menjejalkan hadiah di loker Ishana lebih pagi lagi dari kedatangannya? Hhh ... entahlah. Memikirkannya saja masih membuat Ishana kesal. Bisa-bisanya Diaz memberinya buket bunga seolah-olah uang bisa meluluhkan hatinya dengan mudah. Seolah Ishana semurahan dan semudah itu untuk didapatkan hatinya.

Jika pengabaian dan penolakannya tak dihiraukan seperti ini, maka tidak ada salahnya bukan jika Ishana membalas dengan caranya? Cowok itu harus melihat sendiri bagaimana hadiah-hadiah pemberiannya itu tak akan pernah sampai padanya. Apalagi untuk menyentuh hatinya.

Ishana terus menunggu di sudut pelataran Fakultas Ekonomi yang tertutupi pohon cemara untuk menunggu targetnya memasuki gedung. Pokoknya harus wanita cantik yang kemungkinan besar berada di circle Diaz. Jika benar ketiga cowok itu benar-benar penggila wanita cantik, seharusnya tak sulit mencari target yang tepat. Gadis dari Fakultas Seni seperti dirinya saja bisa ditargetkan dengan mudah, pasti banyak gadis di fakultas ini yang berusaha keras untuk berada di posisi Ishana sekarang.

Setelah hampir 15 menit menunggu, sepasang mata bulat ishana berbinar senang. Seorang mahasiswi berjalan melintas di hadapannya menuju gedung Fakultas Ekonomi dengan anggunnya. Parasnya cantik, tampak elegan dan sepertinya sih populer.

Dengan senyum tersungging di wajah, Ishana menghampiri mahasiswi cantik itu bak kurir jasa antar barang.

"Pagi, Kak?" sapa Ishana ramah berusaha menarik perhatian wanita itu.

"Ya? Siapa ya?"

"Saya Amanda, Kak dari Fakultas Pendidikan," jawab Ishana. Sengaja ia tidak menyebutkan nama asli dan fakultasnya.

"Okay ...," Mahasiswi itu nampak mengerutkan keningnya heran untuk sesaat. Tapi, ekspresi wajahnya seolah langsung mengerti maksud tujuan Ishana menghampirinya begitu melihat buket yang dibawanya. Nampaknya mahasiswi cantik itu sudah biasa mendapat kiriman dari penggemar seperti ini.

Dan Ishana sendiri tidak mau membuang waktu lebih lama lagi. Ia langsung menyodorkan buket bunga uang itu pada mahasiswi di hadapannya dengan senyum ciptadent.

"Saya diminta Kak Diaz untuk memberikan buket ini ke Kakak," ujar Ishana bersemangat.

Seketika mahasiswi itu menutup mulutnya terkejut sembari menerima buket pemberian Ishana dengan senang hati.

Satu Alasan UntukmuOnde histórias criam vida. Descubra agora