20. Tanda-tanda

97 15 0
                                    

Jika menginginkan kehadiran seseorang saat ini juga dapatkah itu dikatakan rindu?

Ishana mengakhiri kegiatan learning by dance yang dilakukannya bersama anak-anak desa tepat pukul 10 pagi. Ketika tidak mendapat tugas membeli atau memasak makanan untuk panitia, ia memang sering diminta oleh penanggung jawab sospro untuk mengedukasi anak-anak desa yang kebetulan tengah libur sekolah.

Begitu mendudukkan diri di teras rumah sewaan, sebuah notifikasi panggilan mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur.

"Ya, Can?"

"Ada yang mau aku kasih lihat deh, Kak."

Candy langsung mengubah panggilan telepon menjadi video call.

Ishana mengerutkan kening melihat tubuh seseorang yang terasa familiar tengah tengkurap di atas karpet bulu dalam kamar Candy.

"Itu Kak Diaz?"

Layar kembali menampakkan wajah segar Candy.

"Kesurupan sesuatu kayaknya dia. Malam-malam tiba-tiba ngajak begadang nonton film Enola Holmes. Sekalinya aku ikut nonton, dia malah molor."

Ishana terkekeh melihat raut kesal Candy.

"Kayaknya gak ada Kak Nana, Mas Diaz jadi gabut deh. Kapan pulang sih, Kak? Kalau sampai Mas Diaz besok nginep lagi di kamarku, bisa-bisa aku yang stres sendiri. Tidurnya dia tuh berisik tau. Ngorok."

Lagi-lagi Ishana hanya terkekeh mendengar gerutuan Candy. Gadis itu terlalu melebih-lebihkan. Suara dengkuran Diaz tidak sekeras itu untuk mengganggu orang.

"Besok Kakak pulang kok. Kakak juga kaget kegiatan social projectnya diperpanjang dua hari."

"Beneran besok, Kak?" Seketika kedua mata gadis belia itu berbinar girang.

"Iya, besok. Mungkin ... jam 6 sore Kakak udah sampai di kosan."

"Beneran kamu pulang besok, Na?"

Ishana dan Candy kompak mengerutkan kening kala mendengar suara Diaz. Candy mengarahkan kamera pada wajah kuyu Diaz.

Ishana hanya mengangguk saja menjawab Diaz. Sementara cowok itu mengucek matanya untuk melihat Ishana lebih jelas.

Tanpa sadar keduanya menghela napas lega. Sejak kemarin mereka tidak berkomunikasi sama sekali karena kesibukan Ishana.

"Hati-hati di jalan ya." Hanya itu yang Diaz ucapkan. Dan entah mengapa Ishana ingin mendengar lebih banyak lagi kalimat dari Diaz.

"Hm. Sana mandi." suruh gadis itu dengan senyum tipis. "Wajah Kakak jelek banget kalau bangun tidur."

Diaz balas tersenyum. Dan kemudian suara dehaman Candy terdengar.

"Tolong kalau ingin mencurahkan rasa rindu dan mesra-mesraan pakai hp sendiri-sendiri ya."

Kali ini Ishana tertawa dan segera mengakhiri panggilan.

"Besok aku pulang. Sampai ketemu besok."

Begitu layarnya berubah gelap, lagi-lagi ia menghela napas. Kali ini telapak tangannya terangkat menyentuh dada kirinya yang berdegup kencang.

Rasanya sia-sia saja hampir 5 hari berada di desa untuk menjernihkan pikiran. Nyatanya selama di sana pikirannya selalu tertuju pada Diaz. Ia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana Diaz bisa tidur tanpanya atau apa yang dilakukan cowok itu saat Ishana berada jauh darinya. Tak jarang kekhawatiran bahwa cowok itu melakukan sesuatu yang tidak-tidak di belakangnya mengusik pikiran gadis itu.

Dan seringnya, Ishana berharap Diaz tiba-tiba muncul di sekitarnya sebagaimana yang sering cowok itu lakukan ketika mereka berada di kampus.

Jika menginginkan kehadiran seseorang saat ini juga, dapatkah itu dikatakan rindu?

Satu Alasan UntukmuWhere stories live. Discover now