Mimic (Nie Huaisang PoV)

265 21 0
                                    

Dalam beberapa hal, semua orang menyembunyikan sesuatu dari orang lain. Entah aib besar ataupun hal yang ia tanggap memalukan. Itu semua tampak normal bagi orang-orang. Semua orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik dan sangat merasa ingin diandalkan, membuktikan statusnya lebih tinggi dari siapapun. Begitulah manusia. Tapi ini bertentangan dengan Nie Huaisang.

Kini Nie Huaisang tengah duduk di singgasananya. Duduk di kursi, tepat di belakangnya simbol binatang buas yang menjadi ikon dari sektenya. Ia duduk di tempat yang cukup megah sebagai ketua sekte. Tapi ucapan dan perilakunya sama sekali berkebalikan di tempat ia duduk.

"Aku tidak tahu...! Sungguh!... Errrr bisakah kamu mengirim laporanmu pada sekte lain... Hah!? Aduhh... Bagaimana bisa jadi seperti ini!"

Nie Huaisang dengan cemas menggaruk tengkuknya sambil sebelah tangannya mengipasi dirinya sendiri. Keringat dingin keluar, ia benar-benar merasa terpojok, sampai akhirnya wakilnya memutuskan untuk menghentikan rapat itu.

Segera setelah rapat itu ia tahu, tidak akan ada siapapun yang akan menghargainya. Bisik pelan desas desus warganya mengenai pemimpin tidak berguna, si penggeleng kepala, dan pemimpin yang kikuk benar-benar mewarnai dirinya saat orang mendengarkan namanya disebut.

Mau bagaimana lagi? Nie Huaisang tidak peduli akan hal itu, terlebih ada sesuatu yang lebih penting daripada citranya sendiri.

Nie Huaisang beranjak dari tempat itu, berjalan dengan santai menuju kamarnya dan dengan cepat mengunci pintu. Kemudian ia melirik kamarnya, potongan tangan yang sangat besar dan dipenuhi dengan energi negatif tergeletak di sana. Tentu saja itu sudah ditempel dengan jimat tapi ia tahu itu tidak terlalu berguna.

"Dage... Aku kembali..."

Tangan itu, tangan kakaknya. Entah kenapa datang sendiri dengan mengejutkan, menyerang siapapun yang didekatnya kecuali Nie Huaisang sendiri. Di sanalah ia tahu kalau itu adalah kakaknya.

Ia berjalan dengan tergesa-gesa sambil menarik dan memeluk lengan itu di tangannya. Ia menyentuhnya dengan penuh perasaan dan berhati-hati takut menyakitinya. Hanya tangan saja, ia sungguh merasa sesak. Jika bisa, ia ingin memeluk tubuh kakaknya kembali. Sebelum itu, ia harus menemui Wei Wuxian. Bagaimanapun caranya, ia akan merencanakan sesuatu yang besar. Terlebih, pada orang yang membuat kakaknya menjadi seperti ini, San-ge tercintanya, Jin Guangyao.

Darimana ia tahu semua itu? Ia tidak sebodoh itu. Ketika semua orang berlomba-lomba menjadi yang terhebat dan terpintar, dirinya justru menghancurkan citranya sendiri dengan berpura-pura bodoh. Ia mampu menipu semua orang dengan skenario yang ia buat dengan cukup baik. Setidaknya tidak sekarang, bukan waktunya untuk ia menunjukkan semua yang dibalik topengnya.

"Dage... Maafkan aku... Aku benar-benar akan memenuhi keinginanmu sebagai ketua sekte yang baik ... Tapi Dage... Tunggu aku membalaskan dendammu terlebih dahulu..."

Bisiknya lembut pada sepotong tangan yang sedikit bergerak dengan perlahan, jemari itu menempel pada pipinya, seolah mengusap air mata yang mengalir di sudut Netra kecoklatan Nie Huaisang.

Point of View (Mo Dao Zu Shi Drabble)Where stories live. Discover now