01. Air Mata di balik Hujan

96 12 2
                                    

scan barcode for more fun experience

___________

Kisah ini berawal di penghujung tahun 2019. Yang setiap hari selalu di selimuti hujan dan juga awan gelap.

📍📍📍
20 Desember 2019

Seorang gadis sedang berjalan dengan payung hitamnya. Hari memang sudah malam namun dia masih asyik berjalan di bawah hujan sembari bersenandung ria.

Gadis dengan wajah berseri-seri itu tak henti-henti tersenyum. Bahkan dia terus menyapa orang-orang yang ada di jalanan. Berjalan sembari melompat-lompat kecil padahal jalanan sangat licin saat itu.

Semua orang berjalan sambil membawa payung ataupun memakai mantel untuk melindungi diri dari hujan. Kecuali seorang lelaki yang sudah basah kuyup tertimpa hujan yang terus berjalan dengan tatapan kosong.

Apakah lelaki itu baik-baik saja? Batinnya. Bibirnya nampak pucat membiru serta matanya yang sembab. Apa lelaki itu baru saja menangis? Beberapa pertanyaan mulai timbul di dalam benak gadis itu.

Saat berpapasan dengan lelaki itu. Dia menghadangnya kemudian mengangkat payungnya lebih tinggi agar bisa melindungi mereka berdua dari hujan. Jika kalian bertanya mengapa gadis itu berani menghadang jalan orang asing di depannya ini jawabannya hanya satu, mereka memakai seragam yang sama.

"Kenapa kamu berjalan di tengah hujan seperti ini?" tanya gadis itu dengan penuh rasa khawatir. Lelaki itu hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

Tangannya menepuk-nepuk baju lelaki itu untuk mengurangi kadar air dari sana dan mengusap rambut orang yang berada dihadapannya ini. "Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya.

Lelaki itu masih diam, enggan menjawab. Namun tidak menghentikan kegiatan tangan mungil yang berusaha mengeringkan dirinya.

"Apa kamu sudah makan?" tanya gadis itu lagi. Entahlah, mengapa seorang di depannya ini sangat memperhatikannya.

"A ... Lupa." Dia menepuk dahinya sendiri. "Aku pasti membuatmu bingung," ujarnya.

"Namaku Asmara, kamu bisa memanggilku Rara. Aku pikir kita bersekolah di tempat yang sama." ujarnya. Lelaki itu baru menyadari bahwa seragam yang mereka kenakan sama.

"Namamu." Dia melihat nametag yang tertera di seragam lelaki itu. "Arjean? Hanya itu? Kamu tidak memiliki nama panjang?" tanyanya dengan heran.

Jean hanya mengangguk menanggapi pertanyaan gadis itu.

Rara menghela napas senang. "Aku kira hanya aku yang tidak punya marga di sekolah. Namaku Asmara Carmia, nama yang aneh. Aku sendiri tidak tahu artinya," jelasnya.

"Daripada mengobrol di tengah hujan seperti ini, mungkin lebih baik jika berteduh di sana." Dia menunjuk sebuah minimarket di tepi jalan dengan dagunya. Jean hanya menatap tempat yang ditunjuk oleh Rara tanpa ada sedikit keinginan pun untuk ke sana.

Kesal menunggu jawaban Jean, tanpa basa-basi lagi Rara langsung menarik lelaki itu menuju depan minimarket. Mereka berdiri di sana hanya untuk berteduh.

"Apa aku boleh bicara lebih santai? Sepertinya kita seumuran," tanya Rara. Sedari tadi dia berbicara dengan bahasa yang formal dengan lelaki itu.

Hati dan 100 Hari Where stories live. Discover now