Dua tahun yang lalu terjadi penyerangan sekelompok orang tak dikenal yang entah apa tujuannya, tapi mereka jelas menjadikan Jean sebagai target utama mereka. Selain Jean, sebenarnya banyak korban lainnya. Hanya saja Jean yang menjadi korban terparah kala itu. Dan karena kejadian itulah, Jean sempat kehilangan sebagian ingatannya. Dia bahkan pernah melupakan namanya sendiri. Jika bukan karena Nathan, Jean mungkin takkan pernah mengingat sebagian ingatannya yang telah hilang itu.
Terlepas dari itu, kehilangan ingatan yang dialami Jean, tidak menghilangkan kemampuan Jean dalam belajar dan materi yang pernah dia terima sebelumnya, ternyata masih ada dalam ingatannya. Normalnya, saat ini Jean tengah menempuh pendidikan strata pertamanya bersama Nathan, tahun ketiga di salah satu universitas di Dublin. Karena aturan dari Nathan, Jean tidak pernah lagi keluar untuk melanjutkan studinya. Sebenarnya, dia juga tertinggal beberapa tahun karena koma yang dia alami. Namun, sudah beberapa bulan ini, Nathan sengaja mendatangkan seorang pengajar berpengalam sekaligus salah satu guru besar di salah satu universitas bergengsi di Kota Limerick. Namanya Mr. Jeffrey, pria jenius yang bergelar profesor. Dia akan datang setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu.
Sabtu pagi ini, Jean sudah duduk di ruangan khusus penuh buku bersama Mr. Jeffrey. Kedua orang itu duduk berhadapan dengan beberapa kertas, buku, dan sebuah laptop di atas meja yang menjadi penyekat antara keduanya. Mr. Jeffrey sebenarnya tidak terlalu tua. Malah terhitung muda untuk ukuran seorang profesor sekaligus guru besar. Ya, kecuali kaca mata tebal, baju yang dia pakai, dan cara berpikirnya. Jean kadang bingung dengan pikiran kolot Mr. Jeffrey. Tapi, setidaknya pria berusia 27 tahun itu mengajarnya dengan baik.
"Sir. Apa hari ini Anda bisa meninggalkan laptop anda di sini?"
Pertanyaan dari Jean membuat Mr. Jeffrey mendongkakkan kepalanya. Dia menatap Jean dengan tatapan aneh. Tangannya terlihat meremat sebuah kertas yang dipegangnya sejak tadi. Dia bahkan menelan ludahnya dengan kasar setelah membenarkan kacamata berlensa tebal yang bertengger di hidungnya.
"Ada beberapa tugas yang mungkin tak bisa saya selesaikan hari ini. Jadi, saya memerlukan laptop ini lebih lama. Saya akan mengerjakannya, setelah anda pulang dari sini." sambung Jean.
Mr. Jeffrey masih tak merespon apa-apa. Dia malah melirik pintu kayu yang tertutup rapat di ruangan itu, kemudian lirikan matanya berakhir pada jam tangan yang melingkar di tangannya. Dia kembali menatap Jean dengan kikuk. "Jean. Sebenarnya hari ini adalah hari saya untuk beribadah. Saya harus segera pergi. Dan untuk tugasnya, kamu bisa kerjaan di pertemuan berikutnya." ucapnya.
Jean menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia menatap jengah Mr. Jeffrey yang mulai mengemasi barang-barangnya kembali. Pria itu begitu tergesa, seakan ada hal yang mengejarnya. Dia memasukkan setiap buku dan kertas yang dibawanya dengan asal. Bahkan laptop yang ada di depan Jean diambil begitu saja. Satu pertanyaan Jean saat ini. Kenapa hanya sabtu ini Mr. Jeffrey pergi beribadah. Bukannya, sabtu-sabtu sebelumnya tidak pernah ada alasan semacam itu untuk mengakhiri kelasnya dengan cepat.
Setelah semua barangnya kembali masuk ke dalam tas besarnya, Mr. Jeffrey segera keluar dari ruangan itu, meninggalkan Jean yang masih duduk di kursinya.
"Sir! Tunggu!"
Suara Jean menghentikan langkah kaki Mr. Jeffrey. Dia menatap sebuah benda berbahan kulit hewan yang tergeletak di atas kursi. "Dompet anda tertinggal." ucap Jean. Dia segera menyodorkan dompet berwarna hitam itu pada Mr. Jeffrey.
Mr. Jeffrey dengan cepat mengambil dompetnya dan kembali berjalan tergesa untuk benar-benar meninggalkan ruangan yang dipenuhi buku-buku itu. Inilah alasannya, kenapa Jean tak bisa menaruh harapan pada Mr. Jeffrey. Orang itu jelas-jelas berada di bawah pengaruh Nathan. Sekalinya telah menjadi anjing mainan Nathan, akan selalu dan tetap menjadi anjing peliharaan Nathan.

YOU ARE READING
Nathan's Rule
Fanfiction[SELESAI] Jean tak mengerti kenapa Nathan selalu melarangnya keluar rumah. Bahkan untuk sekedar mengambil surat kabar yang datang ke mansion mereka. Awalnya, Jean patuh akan aturan bodoh itu. Namun, kejanggalan demi kejanggalan terus terjadi. Hingga...