Gemercik air hujan yang membasahi rerumputan di depan mansion, menambah suasana aneh pagi saat ini. Di ambang pintu besar mansion, Nathan masih setia dengan posisinya. Bibirnya masih mengatup sempurna, meski Jean terus mengobrak-abrik tubuhnya. Tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir tipis itu. Rasa sakit di lengan kirinya bahkan tak terasa sama sekali. Padahal, dia sudah kehilangan banyak darah dari luka tembakan itu.
Pikiran Nathan malah berkelana jauh. Matanya menerawang tanpa arah. Dia jadi teringat akan ucapan Jean dua tahun yang lalu. Ucapan Jean melalui telpon tepat seperti saat ini, saat pagi hari dengan kemercik hujan yang mulai menyapa.
"Na, proyek robot manusia ciptaanku diluncurkan malam ini. Kau harus datang, Evelyn dan kelurgaku juga datang. Mereka merindukanmu."
Begitulah ucapan Jean yang terakhir kali Nathan dengar, tepat 13 jam sebelum tragedi penyerangan itu terjadi. Malam Tahun Baru kala itu benar-benar menjadi sebuah penyesalan besar bagi Nathan hingga sekarang. Jika saja Nathan tidak datang pada acara itu, mungkin kini Jean masih dengan bangga memamerkan manusia ciptaannya.
"Nana! Apa kau kehilangan kemampuanmu untuk bicara?!"
Teriakan Jean mengembalikan pikiran Nathan yang berkelana sesaat. Nathan mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia menggelengkan kepalanya dengan ribut.
"Je... Aku bukan pembunuh. Itu kecelakaan. Benar-benar kecelakaan. AKU BUKAN PEMBUNUH!" Nathan berteriak histeris. Tubuhnya bergetar ketakutan.
"Lalu di mana keluargaku? Nathan di mana keluargaku? Kenapa kau mengurungku di sini. Apa salahku padamu?" Jean tak kalah berteriak, membalas teriakan Nathan dengan terus mengguncang tubuh Nathan.
"A-aku bukan pembunuh, Je." Nathan kembali menggelengkan kepalanya. Sorot matanya tak bisa berbohong, pupilnya bergetar hebat. Pemuda itu begitu ketakutan.
Namun, si jubah hitam kembali mendekati Jean dan Nathan. "Kau yakin bukan seorang pembunuh?" tanyanya.
Jean dan Nathan menolehkan kepala mereka berbarengan. Menatap manusia tiruan berambut pirang itu. Di sana, si jubah hitam malah merangkul Jean dan mendekatkan wajah mereka berdua di depan Nathan.
"Baiklah, Na... Kita anggap itu sebagai kecelakaan. Tapi, bisakah kamu jelaskan kenapa wajah kita berdua sama percis?" tanya si jubah hitam itu.
Bukannya menjawab, Nathan malah menyerang Jean. Nathan menghujani pemuda itu dengan pukulannya. Jean tak tinggal diam. Dia membalas pukulan Nathan dengan pukulannya. Hingga mereka kedua bergulat hebat seakan ingin membunuh satu sama lain. Saat Jean tersungkur, Nathan tak menghentikan pukulannya. Pukulannya malah makin membabi buta. Nathan menindih tubuh Jean agar pergerakan Jean terhenti. Hingga akhirnya, Nathan menusuk dada Jean dengan belati yang entah sejak kapan ada di tangannya.
"Hahahaha!" Si jubah hitam tertawa geli saat melihat kelakuan keji Nathan pada Jean di bawah sana.
Meski sudah ditusuk beberapa kali, Jean masih memiliki kesadarannya. Dia tersenyum menatap Nathan yang masih menghujani tubuhnya dengan belati itu. "Na... Apa ini wujud aslimu?" tanya Jean.
Tapi, lagi dan lagi. Nathan tak mengeluarkan satu kata pun. Jean tersenyum remeh, pandangannya menurun. Tapi kedua mata Jean terbelalak saat tusukan belati di tubuhnya tidak menciptakan aliran darah, tapi malah percikan api dari kabel-kabel yang terputus dan mencuat ke luar.
"Nathan, sebenarnya aku apa?"
Itulah pertanyaan terakhir yang Jean ucapkan sebelum pandangannya menjadi hitam dan tak merasakan apa-apa lagi.
Prok! Prok!
Tepuk tangan si jubah hitam menyudahi tusukan belati Nathan pada tubuh Jean. "Pertunjukkan yang seru. Apa dia juga gagal sepertiku?" tanyanya.
Nathan bangkit, meninggalkan tubuh Jean yang sudah tak bergerak sama sekali. Dia mendekati si jubah hitam itu dan langsung mencengeram wajah si jubah hitam dengan kuat dan penuh emosi. "Jean, kau selalu mengagalkan ciptaanku!" erangnya.
Si jubah hitam menepis kasar tangan Nathan. Dia kembali terkekeh. "Karena kau tidak dilahirkan untuk mencipta, Nathaniel Darren Dylon. Sudah berapa Jean yang kau ciptakan setelah membuangku?" tanyanya.
Nathan tertegun. Dia mengeratkan genggaman tangannya pada belati di tangannya.
Si jubah hitam menodongkan laras panjang yang merupakan tangan kanannya tepat ke kepala Nathan. "Na, sadarlah. Seberapa banyak pun Jean yang kau ciptakan. Tak merubah fakta bahwa kau sendiri yang telah membunuh Jean!"
•°•
To be continued...
Tolong beri komen dong tentang cerita ini 😿

YOU ARE READING
Nathan's Rule
Fanfiction[SELESAI] Jean tak mengerti kenapa Nathan selalu melarangnya keluar rumah. Bahkan untuk sekedar mengambil surat kabar yang datang ke mansion mereka. Awalnya, Jean patuh akan aturan bodoh itu. Namun, kejanggalan demi kejanggalan terus terjadi. Hingga...