Prolog

387 70 115
                                    

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata, tidak ada unsur kesengajaan."

©Story of 'Waktu dan Takdir' by @IraKarrella

.
.
.
.
.

.

Kenapa kita seakan selalu menginginkan hal yang seharusnya sudah dilepaskan?

*****

Lelaki itu melangkah sedikit demi sedikit pada kotak kecil yang ada di depan, pada sebuah lemari yang tertinggali sebuah misteri, membuatnya selalu tertuju ke sana.

Pemandangan itu seringkali membuat dia bertanya-tanya. Namun, saat itu ia lebih memilih untuk tak terlalu memperdulikan.

Kini, entah angin apa yang membuatnya begitu ingin menghampiri dan melihat isi kotak tersebut. Setelah semua yang terjadi, berharap dapat menemukan sesuatu yang dapat menyelesaikan segalanya.

Segala masalahnya, tentu saja.

Menghela napas, ia mengambil perlahan kotak berwarna hijau muda itu dan membukanya perlahan. Terdapat sebuah surat dan gelang dengan hiasan berbentuk kupu-kupu.

Surat itu telah sedikit lusuh. Dia mengamati setiap detailnya. Hingga, angin dari celah jendela memaksa untuk membuka dan menampakan tulisan dari kertas lusuh itu.

Dear waktu dan takdir...

Apa mungkin waktu dapat mengubah Takdir?

Pertanyaan itu seakan selalu membayangi kita...

Kita yang menginginkan bahagia, kita yang masih ingin bersama, tetapi kita, saat ini tidak lagi berarti apa-apa.

Jika semua ini sudah berkaitan dengan ingin-Nya. Maka kita bisa apa?

Meski masih terlintas rasa ingin bersama. Namun, semua sudah terlihat tidak mudah, akan ada hati yang kembali patah, akan ada harapan semu yang tercipta dan akan ada cinta yang hanya berujung sia-sia.

Maka, saat saat ini kita hanya mampu pasrah akan segala kehendak-Nya. Karena, bersama mungkin hanya akan jadi sebuah cerita yang tidak akan pernah jadi nyata.

-Nhd

Itu kalimat terakhir dan penutup dari isi kertas tadi. Seketika dia itu berpikir; siapa yang menulisnya?

Siapa yang menulis hal yang tampak menyakitkan itu?

Dan, untuk apa?

***

"Kamu mau menyerah dan kembali pada orang yang sama, kan?"

Perkataan itu seketika membuat Hanifa menelan ludah. Rasanya menyakitkan, menyesakkan. Semua hal yang menjadi takdir dalam hidupnya seolah tidak jalan untuk berdamai dengan keadaan.

Hanifa hanya ingin bahagia, bersama seseorang yang memang dia inginkan. Namun, kenapa salah?

"Kalau aku bilang iya, kamu mau apa?" Hanifa menatap orang yang sama, pada lelaki yang terlihat selalu menginginkan kebahagiaannya. "Kamu tetap mau di sini? Alasan apa lagi yang mau dipakai. Kamu gak cape, Zah?"

Namun, tetap saja. Kehadirannya justru hanya mampu membawa luka pada lelaki itu.

"Zah? Apa mungkin waktu dapat mengubah takdir? Mengubah rasa yang ada di hati kamu, agar gak mencintai aku sama sekali?" Air mata Hanifa jatuh membasahi pipi kirinya, sesaat setelah itu kalimat terucap.

Lagi, dia hanya luka bagi seorang lelaki bernama Hamzah Al Fatih.

Bersambung...

Tarakan, 04 November 2023













Bismillah.. Haloo 👋

Assalamualaikum.. Cerita baru! Eh bukan deng:v (ini sebenarnya cerita saya yang udah lama, pernah dipublis juga sebelum akhirnya diunpublis lagi, tentu udah direvisi dan ada perubahan alur. Dan ya, ini adalah spin off dari cerita Jalan Cinta yang Tertunda) tapi biarpun gitu, semoga cerita ini juga bisa memberi manfaat dan menghibur kalian.

Jangan lupa dukungannya juga oke? Dengan cara tinggalkan jejak di setiap partnya. Terimakasih💙

See you !

Waktu, dan TakdirOnde as histórias ganham vida. Descobre agora