Chapter 18 : Kedepannya

11 2 0
                                    

DOBRAKAN pintu oleh Sagara menbuat Yohan menghela napasnya. Saga sepertinya kembali absen dari militer karena mendengar kabar Sava hampir ditabrak.

Sementara pelakunya yang tak lain adalah Rega telah ditangkap oleh pihak kepolisian dan ditahan dalam sel isolasi. Sepertinya hukuman Rega akan dikurangi karena gangguan jiwa gadis itu.

"Pah! Udah aku bilang kan? Aku di rumah aja! Jaga Sava!" Sagara menghembuskan napasnya dengan kasar, "Lihat! Hampir aja Sava ketabrak Pah!" lanjut Saga.

Yohan menghela napasnya, dia menatap putra sulungnya itu. "Saga, kita harus obati penyakit kamu, kalau kamu mau jaga Sava." kata Yohan memegang pundak Sagara.

Sagara menepis tangan Yohan, "Pah!!" dia membentak ayah kandungnya itu, "Aku ga sakit!" kata Sagara.

"Sagara!" Yohan meninggikan nada suaranya, "Kamu tahu benar alasan Papa kirim kamu ke militer!" ujar Yohan.

Sagara berdecih, dia memalingkan wajahnya sesaat kemudian kembali menatap Yohan. "Aku udah sembuh!" kata Sagara.

"Sagara!" Yohan kehabisan kata-kata.

Sagara menghela napasnya, dia berusaha menenangkan dirinya. "Pah, Aku udah sembuh." tekannya pada Yohan.

Sagara pergi untuk menemui Sava, sementara Yohan memijat keningnya yang pening karena Sagara.

•••

Gara cemas, ini sudah yang kedua kalinya Sava hampir pergi jauh. Jelas Gara tak menginginkan hal itu, matanya sedari tadi tak fokus, dia terus-terusan berjalan bolak-balik bak setrika saat ini.

Bagaimana kalau tiba-tiba terjadi hal yang sama lagi pada Sava? Tidak, itu tidak boleh terjadi. Bisa gila Gara kalau Sava pergi meninggalkannya.

Belum lagi penculik aslinya belum terungkap, Gara harus melakukan sesuatu agar dia tidak kehilangan Sava. Pertama dia harus memastikan siapa pelaku aslinya melalui Angga.

Sekalipun dia harus membunuh Angga, dia akan melakukannya dengan senang hati.

•••

Langkah Winda menjadi buru-buru ketika dia tersadar kalau dia sedang diikuti. Winda sudah menebak dia akan ketahuan, tapi apa boleh buat, semuanya sudah terjadi.

Srek! Dug!

Winda menahan napasnya, Gavin mengurungnya, menatapnya tajam.

"Lo pasti di suruh sama Rega 'kan?" tebak Gavin.

Winda kaget, dia tak berani menatap Gavin, "Eng-engga kok!" elak Winda yang jelas tak berguna.

"Ngaku aja udah," kata Gavin malas berdebat.

Winda menatap tajam Gavin setelah beberapa saat terdiam, "Iya! Kenapa?!! Gue butuh uang!!" kata Winda.

"Mama sialan lo itu! Dia ngehabisin semua harta Papa gue! Gue bahkan ga bisa berobat! Sialan lo ga inget yang buat kaki gue diamputasi siapa?!!" bentak Winda.

Winda mendorong Gavin, "Lo anjing! Lo! Keluarga parasit lo! Ngehancurin hidup gue!!!" pekik Winda.

Gavin mengusap wajahnya, "Itu kecelakaan, salah lo kenapa ada di sana waktu itu." kata Gavin.

Winda mendengus mendengarnya, "Salah gue?! Gue baru pulang dan jalan ke kamar gue, terus Mama lo itu datang-datang dorong gue dan injek-injek gue. Salah gue?!!!" Winda berteriak diakhir.

Gavin menghela napasnya, "Pergi lo dari hidup gue!" katanya.

"Lo yang pergi parasit! Mama sialan lo itu! Bawa pergi, gue ga jamin amarah gue kalau lihat dia ngambil hak gue lagi!" ucap Winda kemudian pergi dari sana.

Gavin menghela napasnya, dia mengusap wajahnya karena frustasi.

"AARRGGHHH!!!" pekiknya kesal.

•••

Sagara mengelus kepala Sava yang sedang tertidur, lagi-lagi hampir saja dia kehilangan adiknya. Sagara makin sulit rasanya untuk meninggalkan Sava sendirian.

Gavin dan Gara yang secara diam-diam maupun terang-terangan mendekati Sava, benar-benar membuat Sagara cemas. Dua orang itu bisa saja membawa orang berbahaya untuk Sava.

Rega contohnya, sudah beberapa kali Rega membuat Sava terluka dan kali ini hampir saja membunuh Sava.

"Tidur yang nyenyak cantik," ucap Sagara kemudian mengecup singkat pucuk kepala Sava dan pergi.

Sagara duduk berhadapan dengan Gara di ruang tamu rumah Gara. Walaupun agak tidak rela, tapi Sagara harus memastikan keamanan Sava.

"Lo bisa jagain Sava 'kan?" tanya Sagara.

Gara mengangguk, "Gue bakal cari pelaku sebenernya, yang culik Sava." jawab Gara.

Sagara mengangguk setuju, "Gue bakal bantu sebisa gue, tolong jagain adek gue aja." ujar Sagara.

"Soal itu tenang aja, gue bakal selalu ada di samping Sava." kata Gara.

To be continued...

Don't Trust AnyoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang