Target BULLYING

266 10 0
                                    

Hakikat kuat itu bukan dari fisik
Tapi dari hati.
Seekor kerbau tak pernah
Memangsa burung kuntul yang
Hinggap di atas kepalanya

Hari pertama aku lewati tanpa ada masalah. Rasa senang membuncah di dalam hati. Teman baru, suasana baru. Aku berharap kejadian yang aku alami di masa SMP tak kan terulang lagi. Semoga lebih baik setelah hari ini.

Aku memarkirkan motor metic ku di pekarangan rumah. Disana ada ibuku yang tengah menjemur pakaian. Aku menghampiri wanita yang amat ku sayangi itu sembari tersenyum.

"Assalamualaikum, Bu"
Meraih tangan ibu lalu mengecup punggung tangan itu. Telapak tangan yang kasar. Pertanda wanita hebat ini pekerja keras.

"Waalaikum salam. Eh Ade udah pulang.. gimana sekolah baru nya?" Tanya ibuku antusias.

"Luar biasa, Bu. Super mewah. Semua fasilitas ada disana. Mayoritas orang berada yang bersekolah disana, hehe.."

"Ade harus bersyukur. Bisa lolos dengan jalur beasiswa. Duduk di bangku kelas IPA 1 lagi. Ibu bangga, de"

"Makasih bu. Hehe. Yaudah aku masuk dulu ya. Mau ganti baju"

"Oh iya de. Klo mau makan, lauknya udah siap. Di meja makan di dapur ya"

"Iya Bu" jawabku sambil berlalu.

Aku berganti pakaian. Perlahan melepas baju seragam. Mengamati tubuh telanjang ku dengan seksama di balik cermin. Cungkring. Dari sudut manapun kelihatan cungkring.

Aku mencoba mengacak-acak rambutku.. menatanya sebisaku. Hmm.. GK jelek jelek banget kok. Kenapa ya, semua teman SMP ku seolah memandang jijik ketika melihatku.

Tapi ya sudah lah. Itu sudah berlalu. Saatnya aku membuka lembaran baru.

**
20.00

Kami sekeluarga berkumpul di meja makan. Tengah menikmati makan malam. Abangku menyantap makanan dengan lahap. Begitu juga dengan ibu dan ayahku. Kehangatan ini yang akan aku rindukan nanti setelah hidup mandiri. Semoga kedua orang tuaku selalu diberikan kesehatan dan umur panjang.

Setelah makan, ayah pergi ke beranda rumah. Jam segini biasanya beliau ngaso.. setelah bekerja seharian. Pasti sangat lelah. Sementara abangku masuk ke dalam kamarnya. Ibu seperti biasa merapikan kembali meja makan bekas kami. Aku biasanya membantu ibu terlebih dahulu. Baru setelah itu belajar di kamar.

"Eh de, kamu buatin kopi buat ayah aja ya. Ada singkong rebus di atas kompor, sekalian kasih buat ayah."

"Eh iya Bu"

Aku mengambil piring bersih. Kemudian mengambil beberapa potong singkong rebusnya. Meletakan di atas piring tadi. Tidak lupa, menyeduh satu saset kopi hitam instan. Lalu beranjak menuju beranda rumah, dimana ayah sedang duduk sambil menghisap rokok di tangannya.

"Yah, ini kopi sama cemilan nya. Ade taro disini ya"

"Iya de. Makasih ya"

Setelah itu, aku masuk ke kamar bang zeen. Hendak meminjam buku rumus matematika yang pernah dia pakai. Karena wali kelas ku seorang guru matematika, otomatis nilai ku harus lebih menonjol di mapel ini.

TRANSFORMATION (gay to Straight)Where stories live. Discover now