Tak Terduga

225 9 0
                                    

Jika kehidupan membuat diri menangis, ingat ada ribuan kenangan indah yang membuat kita tersenyum

*
*
*


Hari ini, seperti biasa.. aku membantu ibu bebenah rumah. Tidak ada kata malas malasan buatku. Hari libur ataupun tidak, tetap saja bangun pagi sudah menjadi kebiasaan ku.

Ku lihat, ibu tengah sibuk berkutat di dapur. Mengerjakan segala aktivitas memasak. Sementara aku, bebenah rumah. Menyapu, nge pel lantai, nyapu halaman, menyiram tanaman aku kerjakan dengan hati gembira.

Ku lihat ayah masih berada di dalam kamar. Tumben sekali, biasanya juga jam segini dia sudah berada di beranda rumah bersantai sambil baca koran. Apa jangan-jangan dia sakit? Seketika rasa cemas menyeruak dalam pikiran. Ku beranikan diri masuk ke dalam kamarnya, mengecek kondisi nya.

Ayahku terbaring di ranjang. Matanya masih tertutup rapat. Dengkuran halus terdengar lirih di telinga. Dengan hanya bertelanjang dada, setengah tubuhnya tertutupi selimut.

"Ayah?? Yah?"
Panggilku sembari menggoyangkan sedikit badannya.

Dengkuran nya masih stabil. Artinya beliau sama sekali tidak terusik mendengar panggilan ku.

Telapak tangan ku mendarat di keningnya. Mencoba mengecek suhu tubuhnya. Tidak demam. GK panas juga. Kenapa ayah belum bangun ya? Apa semalam ayah begadang?

Eh, kok? Selangkangan ayah menggelembung? Ada bercak air disana. Masa Ayah pipis di celana. Apa aku cek aja ya.. hmm.. sebaiknya begitu.

Perlahan ku singkap selimut yang menutupi tubuh bawah ayah. Setelah tersingkap sepaha, mataku melotot dibuatnya. Mulutku menganga lebar. Seolah tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Bagaimana tidak, rupanya ayahku tidak mengenakan sehelai benang pun selain selimut tadi yg menutupi tubuhnya. Apa jangan-jangan ayah begadang karena anu..

Segera ku benahi posisi selimut yang aku singkap tadi. Setelah itu, bergegas keluar kamar. Menutup pintu dengan rapat.

Setelah di ruang tengah, aku menghirup nafas dalam. Lalu menghembuskan nya secara teratur. Rasanya dada ku sesak barusan. Hutan terlarang ayah yang hanya terdapat satu batang besar didalamnya telah ku lihat. Astaga.. apa yg sudah ku perbuat.

"De!!"

"Ehh..maaf ayah"

"Ayah?"

Mendengar suara bariton itu, membuat aku menoleh seketika. Rupanya bang zeen.

"Eh, bang.. hehe" aku tersenyum kikuk.

"Kamu kenapa de? Loh kok muka kamu pucat sih de?" Tanya bang zeen menatapku khawatir.

"Enggak kok bang. Aku cuma kaget aja tiba2 ada yg manggil." Dalihku

"Gitu ya. Oh ya, ikut Abang yu. Jogging. Mumpung hari libur nih"

"Boleh bang"

"Cepetan siap-siap gih. Abang tunggu di teras ya"

"Oke bang"

Aku beranjak pergi ke kamar. Mengganti dengan setelan celana training panjang beserta kaos oblong putih. Ku ambil sepatu yang biasa aku pake untuk olahraga. Setelah itu, berjalan ke dapur. Mencari ibu, hendak pamit. Takutnya beliau nyariin nanti.

Setelah pamit, aku menghampiri abangku di teras rumah sambil mengenakan sepatu yg aku tenteng.

***

Suasana di pagi hari amat menyejukkan mata dan telinga. Menjernihkan pikiran. Dengan berlari kecil begini, tubuh cungkring ku mengeluarkan keringat. Badan pun jadi sehat .

Ahhh .. rasanya sudah lama sekali aku tidak jogging di pagi hari. Klo bukan karena Abang ku yg ganteng ini mengajak tadi, sudah pasti aku hanya berkutat di dalam rumah.

"De, beli minum yuk! Abang lupa bawa air tadi"

"Abang tunggu aja di bangku taman sana, biar Ade yg belikan minum" tawarku.

"Ya ampun.. baik banget sih Ade Abang yang unyu ini" sambil mencubit pipi perawanku.

"Aishhh.. sakit tau"

"Hehe.. gumush deh. Sini peluk dulu" sambil merentangkan tangannya yang hanya memakai kaos buntung.

"Iiuuuhhh.. bau!!"

"Masa sih?" Sambil mengendus keteknya sendiri. Aku hanya terkekeh geli.

Setelah itu, aku pun pergi ke kedai sebrang taman di ujung jalan sana. Sementara bang zeen duduk menungguku di kursi taman yang aku tunjuk Tadi.

"Eh culun..!! Buset dah sial amat gua pagi ini ketemu lu" ujar suara menggema di belakang ku. Seketika aku berbalik badan, memastikan suara siapa barusan. Rupanya dedengkot si Daniel, temen sekelas ku yang hobinya bikin onar. Sok paling jagoan (emang jagoan sih).

"Jefri? Kok bisa disini?" Tanya ku basa basi dengan senyum se ramah mungkin.

"Menurut Lo?" Sentaknya sambil mendelik kesal.

Duh firasatku mulai enggak enak nih. Selama 6 bulan terakhir ini batinku sudah cukup lelah sebenarnya menghadapi sikap perilaku mereka yang sewenang-wenang terhadapku. Padahal perjalanan ku mengukir cerita di masa putih abu-abu masih sangat panjang. Aku gak mau perjalanan ku di bangku sekolah terakhir ku ini penuh dengan cerita kelam seperti masa SMP ku.

"Woy!!! Napa jadi lu yang bengong, Jing!" Ucap Jefri kasar sambil menoyor keningku. Hampir saja badan cungkring ku terjengkang ke belakang. Mana sekarang aku lagi menenteng minuman.

"Eh, lu ngaca deh.. badan lu udah cungkring gini.. so so an jogging lagi. Yang ada badan lu makin kerempeng"

Segala macam cacian, Jefri lontarkan kepada ku. Tak peduli kondisi sekitar lagi rame. Membuat siapa saja yang berlalu lalang memperhatikan kami.

"Cukup ya Jef! Aku gak pernah ngusik kamu. Gak pernah nyusahin kamu. Tapi kenapa kamu selalu ganggu aku? Gak bisa ya bikin aku tenang, barang sebentar aja"

"Karena lu ganggu pemandangan gua. Lu cupu. Orang-orang kayak lu Gak pantas hidup. Gua benci sama lu"

Jefri mendorong tubuhku, hingga tersungkur ke jalanan. Otomatis minuman yang aku pegang tumpah. Jefri menyiram minuman yang ada di tangan nya. Tubuhku basah kuyup dan lengket karena minuman itu. Setelah itu, dia pergi. Ingin rasanya aku nangis. Tapi gak mungkin aku nangis di tempat umum. Segera aku bangkit berdiri. Menahan rasa malu akibat perbuatan Jefri tadi.

Aku memesan kembali minuman yg sudah tumpah tadi. Kasian bang zeen udah nunggu lama. Pasti ia sangat kehausan.

Setelah minuman ku bayar, aku bergegas pergi, menghampiri abangku yang tengah duduk di kursi taman sambil memainkan ponselnya.
Aku berusaha menyembunyikan kesedihan ku. Agar bang zeen tidak khawatir.

"Nih bang minumannya. Maaf ya lama, hehe.."

"Gpp de, sini duduk di samping Abang"

"Makasih bang" aku segera duduk di samping nya.

"Eh de, kok baju kamu kotor. Basah juga. Bau amis lagi. Kenapa bisa gini?"
Tanya bang zeen baru menyadari keadaan ku .

"Tadi jatuh bang. Kesandung batu. Minuman yg aku bawa tumpah di bajuku. Jadinya aku beli lagi tadi. Makanya lama"

"Ya ampun Ceroboh banget sih de. Yaudah abisin minuman nya ya. Abis ini kita langsung pulang aja." Ucap bang zeen sambil mengusap rambutku.

Rasanya aku bersyukur. Meskipun aku sadar banyak kekurangan, banyak hal tak terduga yang terjadi, tapi setidaknya aku masih punya keluarga yang sangat menyayangiku. Terima kasih Tuhan. Di balik kesedihan ku, engkau selipkan kebahagiaan yang tak ternilai harganya..

NEXT CHAPTER
Perlakuan Keji

TRANSFORMATION
Bullying Victim

TRANSFORMATION (gay to Straight)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang