Teman Laknat

6 3 0
                                    

"Ran, ini jadi evaluasi gak sih? Lebih baik pulang aja kalo gak jadi evaluasi," bisik Hana pada Rani.

"Gak tau, yang lain juga santai aja."

Bukannya apa-apa, Hana hanya malas saja jika menghabiskan waktu dengan percuma seperti ini. Lebih baik izin pulang jika tidak jadi evaluasi.

Pak Doni pun juga nampak santai. Beliau itu tipikal pembina yang menyatu dengan anggotanya.

"Coba kamu tanya Dimas. Via chat," saran Hana pada Rani. 

"Bateraiku low, pake punyamu aja."

Hana mulai mengetikkan sesuatu pada layar gawainya. Namun, sayangnya sinyal sama sekali tidak mendukung. Butuh waktu lama lambang jam kotak berubah menjadi centang.

|| Assalamualaikum
|| Udah boleh pulang belum nih? Kalo boleh aku izin pulang.

"Kamu gabut, Han? Cuma ngirim salam?" cetus Dimas dengan nada keras. Pria yang menjabat sebagai ketua itu dengan lantangnya mengucap demikian.

"Itu di bawahnya belum terkirim. Tunggu dulu aja," tutur Hana menahan rasa malu.

Gara-gara sinyal yang mengajak berantem!

Wajar jika Dimas menganggap Hana gabut. Pasalnya mereka berada di ruang yang sama. Malah mengirimf pesan. Padahal bicara langsung saja bisa.

"Pak, Hana mau izin pulang tapi malu," cetus Dimas menunjukkan ponselnya pada Pak Doni.

Hana yang merasa disebut namanya langsung melotot mendengar pernyataan temannya itu.

Jujur saat ini dia malu.

Ia hanya bisa tertawa tuk menutupi malunya.

"Duh punya temen gini amat!"

~~~

Tulisan kedua dari tema izin, karya daizi_afshin

Liburan ProduktifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang