16. Menjadi Sekertaris.

178 13 2
                                    


Daniel duduk lemas di sofa kantornya. Wajah pria itu terlihat sangat pucat.

Sudah berkali-kali dia keluar masuk ke toilet membuat tubuhnya begitu lemas tak bertenanga.

Daniel terbaring di sofa di ruangannya.

"Masuk!" Sahutnya lemah saat mendengar suara ketukan di pintu kantornya.

Dengan susah payah Daniel mencoba duduk.

"Dan kamu baik-baik saja?" Jenny yang masuk ke ruangan Daniel, bertanya dengan cemas begitu melihat keadaan dari bosnya itu.

"Tidak apa-apa?" Jawab Daniel lemah. Dia memang sudah merasa lebih baik sekarang.

"Benarkah? Tapi wajahmu terlihat pucat? Haruskah aku memanggil Alvin?" Tanya Jenny. Alvin adalah salah satu sahabat baik Daniel yang berprofesi sebagai seorang dokter.

Jadi Jenny berpikir untuk membiarkan Alvin datang dan memeriksa keadaan Daniel.

"Tidak usah, aku sudah merasa lebih baik. Hanya sedikit lemas."

"Kamu yakin tidak apa-apa?"

"Ya. Tapi aku ingin istirahat sebentar, jadi tolong batalkan semua jadwalku hari ini, Jen."

"Baiklah aku mengerti. Oh ya Dan ada  yang ingin aku katakan." Jenny yang ingin pergi mengurungkan niatnya dan berbalik menatap Daniel.

"Ada apa Jen?" Tanya Daniel dengan alis bertaut.

"Apa kamu sudah mempunyai kandidat untuk menggantikanku?"

"Menggantikanmu?"

"Maksudku menggantikanku sebagai sekertarismu. Steven sudah menyuruhku agar berhenti bekerja kamu tahukan bagaimana Steven..."

"Ya aku mengerti." Daniel tahu apa yang di maksud Jenny.

Pasti Steven yang mendesak Jenny agar secepatnya berhenti bekerja.

Kepala Daniel terasa pusing saat menyadari belum menemukan kandidat yang cocok untuk menggantikan istri sahabatnya itu.

Selama ini dia sudah nyaman bekerja bersama Jenny.

Sulit menemuka pengganti yang bisa menggantikan Jenny.

Wanita yang bekerja dengan baik tanpa harus mencari perhatian darinya.

Siapa wanita yang bisa menggantikan Jenny?

Sebuah wajah tiba-tiba melintas di benaknya.

"Dan?"

"Hm. Jen, aku sudah kandidat yang cocok untuk menggantikanmu. Tapi aku harap kamu melatihnya dulu, sebelum kamu berhenti."

"Baguslah kalau begitu. Kalau begitu nanti aku akan bicara pada Steven lagi. Kalau begitu aku permisi, Dan. Istirahatlah dulu, panggil aku kalau kamu membutuhkan sesuatu."

Daniel kembali ke rumahnya larut malam.

Dengan langkah gontai Daniel memasuki rumahnya.

Ketika masuk keadaan rumah telah sepi dan gelap gulita. Sepertinya wanita itu sudah tidur.

Daniel tanpa sadar menghela nafas lega, untungnya dia pulang terlambat jadi dia tidak perlu makan malam dengan masakan yang di buat oleh Yuuki.

Masih segar dalam ingatannya bagaimana lemahnya tubuhnya karena diare tadi pagi.

Daniel menekan sakelar lampu. Dan seketika ruangan yang semula sunyi berubah terang benderang.

Saat itulah Daniel terperanjak kaget melihat sesosok wanita mengenakan gaun putih dengan rambut yang tergerai.

Fake FianceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora