[10] Melamar

20.1K 1.3K 6
                                    

Seorang pria memperbaiki setelan jasnya. Menyisir rambutnya ke belakang agar tampak rapi sebelum kemudian keluar dari mobil mewahnya disusul sepasang paruh baya. Serta rombongan orang-orang yang membawa banyak bingkisan mahal.

Mereka semua melangkah memasuki sebuah mansion dengan penuh antusias. Pemilik rumah pun menyambut mereka dengan layak. Kedua belah pihak telah mempersiapkan acara yang sudah direncanakan jauh hari. Yaitu sebuah prosesi lamaran yang tak pernah sekalipun seorang perempuan itu bayangkan dan inginkan. Perempuan itu menghembuskan nafasnya kecil ketika gilirannya untuk berbicara. Tentunya sesi penentuan apakah lamaran itu berhasil atau tidak. Dan sesuai rencana, perempuan itu menerimanya.

Namun ada seorang perempuan yang sangat keberatan akan keputusan ini. Saudari kembarnya. Ia tak sudi melihat saudari tercintanya akan menikah dengan pria bajingan seperti Kenan. Ia takkan pernah bisa merestui walaupun disogok dengan emas berkilo-kilo yang tentunya bisa saja ia beli sendiri.

Sedangkan pria yang melamarnya tersenyum lebar mendengarnya. Ia tak bisa menyembunyikan kebahagiannya sampai hampir ingin memeluk pujaan hatinya. Hatinya seperti bunga yang sedang mekar.

"Terimakasih sayang."

Amelia tak menjawab. Kembali menundukkan pandangannya tak sudi menatap pria itu. Dilanjutkan acara berikutnya. Suasana acara tidaklah meriah. Itu karena ia tak ingin malah disorot awak media. Ia sedang berusaha menghindari awak media akhir-akhir ini. Tak ingin memancing berita yang malah membuat semua semakin runyam. Hingga tiba acara bertukar cincin, Amelia menerima cincin dari pria itu dengan berat hati. Namun sebaliknya, pria itu menerima cincin yang dipasangkan di jemarinya dengan suka cita. Suasana kembali riuh dengan tepuk tangan.

Belum selesai acara sebuah telepon harus membuat Amelia beranjak dari tempatnya. Sebelum itu meminta izin untuk mengangkat sebentar. Menjauh dari orang-orang yang membuatnya hampir pingsan. Jujur saja ia sudah lelah fisik dan batin. Ingin sekali keluar dari masalah ini dengan cepat.

"Hallo!"

Suara bariton yang sangat ia rindukan terdengar. Sudah cukup lama tak menerima telepon dari pria tersebut. Amelia menghirup nafas panjang sebelum kemudian membuka bicara.

"Kak Gibran," ujarnya setengah parau. Dari tadi ia sudah berusaha menahan untuk tak menangis. Namun kali ini cukup sulit untuk menahannya.

"Apa-apaan ini.. apa maksudnya acara lamaran mendadak? Bisa kau jelaskan?"

"A..aku.."

"Kau kenapa Amelia? Apa ada masalah?"

Tentu saja.. kakaknya sangat peka terhadapnya. Walaupun pria itu dingin namun dia sangat hangat pada keluarga dan satu perempuan yang mencuri hatinya sejak kecil. Amelia merapatkan bibirnya supaya suaranya tak terdengar bergetar.

"Tidak kak.. Amelia hanya bahagia. Sangat bahagia.." Bohong.. ia hanya ingin kakaknya tak menghawatirkannya. Ia tak ingin kakaknya pulang tanpa membawa perempuan spesial itu.

"Pembohong.. kakak ingin video call sekarang."

"Tapi kak.. acaranya belum selesai."

"Tak perlu banyak alasan. Aku ingin melihatmu."

"Tapi kak.. emm.."

"Sayang tak apa.. biarkan kakakmu melihat wajah cantik adiknya," sergah seorang pria tiba-tiba.

Amelia segera membalikan badan terkejut. Kenan. Pria itu mendekat dengan senyum lebarnga. Seakan tanpa beban tak seperti dirinya. Benarkah ini pria yang dulu kau sangat cintai itu? Cih! Jika bukan karena demi nama baik keluarganya ia tak sudi memberikan kesempatan kedua.

"Siapa itu Mel?" tanya kakaknya diseberang sana.

"Enghh.."

Kenan dengan cepat merampas ponsel Amelia. Mengganti menjadi videocall. Amelia segera mempersiapkan ekspresi wajah bahagia di hadapan kakaknya walau rasanya dongkol dengan kelakuan pria itu.

"Perkenalkan aku calon suami adikmu. Namaku Kenan."

"Kau?!"

"Hai kakak Gibran!" sahut pria itu santai.

"Kenan Efran. Jadi kau?" serunya tak percaya.

"Ya Gibran. Aku akan menjadi calon adik iparmu."

"Tak bisa dipercaya."

"Kau harus percaya."

Amelia menghela nafas pelan. Ia sudah tahu kedua pria itu saling mengenal.

"Bagaimana bisa kau?"

"Nanti akan kuceritakan kawan. Well, sungguh mengejutkan kita tak hanya partner bisnis. Kita akan menjadi keluarga baik. Semoga kau bisa datang ke pernikahan kami."

"Amelia.. kau tak boleh menikah dengannya!"

Deg!

To be continued...

NOT MY EX ✓ (COMPLETED)Where stories live. Discover now