Hai, Vren!
Vren, aku targetin 5K vote dan 5K komen yaa buat next part🤗🧡
Absen jam berapa kamu baca part ini!
Lengkara saat ini sedang berdiri di depan cermin yang berada di dalam kamar mandi sekolah. Gadis itu mengoleskan dengan tipis foundation di pelipisnya yang membiru. Sesekali ringisan terdengar keluar dari mulutnya.
“Masih keliatan gak yah?” tanya Lengkara pada dirinya sendiri sambil melihat wajahnya dari berbagai sudut pandang di cermin.
Lengkara menghela napas pelan dan beranjak keluar dari kamar mandi setelah memastikan lebam di wajahnya tertutup sempurna. Baru saja berjalan beberapa langkah, perhatian gadis itu teralihkan ke segerombolan siswi yang berjalan sambil berbisik-bisik menatapnya dari arah berlawanan.
Dan benar saja, saat mereka berpapasan, salah seorang siswi di antara gerombolan itu dengan sengaja menabrakkan bahunya dengan bahu Lengkara dengan kasar.
Lengkara mendecak kesal sambil memegang bahunya, gadis itu menatap tajam kakak kelas yang baru saja menabraknya. Satu gerombolan yang terdiri kurang lebih sepuluh orang itu berhenti dan balik menatap remeh ke Lengkara.
“Apa liat-liat?” ketus seseorang dengan name tag ‘Lauren’ di seragamnya. Ia adalah ketua dari gerombolan itu.
Lengkara menghirup napas dalam-dalam, tak mau tersulut emosi. Ia kemudian kembali membalikkan badannya dan berjalan menjauh tanpa memedulikan orang-orang itu.
Namun tarikan di rambutnya membuat langkah gadis itu kembali terhenti, disusul sebuah dorongan di punggungnya gadis itu akhirnya terjatuh ke lantai yang dingin dan kotor itu.
Pandangan Lengkara naik menatap tajam orang-orang yang mencari masalah dengannya itu. Mata gadis itu seketika melebar ketika Lauren maju dengan sebotol air mineral genggamannya.
Pyuuur!
“Ups, sorry.” Seringai mengerikan muncul di bibir Lauren. “Gue ga sengaja.”
“Bibir lo gak sengaja!” balas Lengkara Emosi. Gadis itu berdiri dari lantai dan langsung merebut botol air dari tangan Lauren.
Dengan segera Lengkara menyemprotkan air yang tersisa di dalam botol ke arah gerombolan itu.
“Shit!” Berbagai makian keluar begitu saja dari mulut mereka.
“Berani lo sama kita?” tanya siswi dengan name tag ‘yuni’, ia maju dan mendorong bahu Lengkara.
Tatapan Lengkara turun melihat logo kelas di lengan kiri Yuni. “Kakak kelas?” ucap Lengkara, lalu kemudian mendengkus geli.
Lauren merotasikan bola matanya. “Harusnya lo jangan kurang ajar sama kita-”
“Bacot!” potong Lengkara. “Gue ada masalah apa sama lo semua?” tanya gadis itu langsung. Masalahnya kini sudah sangat banyak, ia tak ingin menambahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
01.00
Teen Fiction"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ••• "Akan aku jadikan kamu tokoh terfavorit dalam hidupku." - Lengkara Putri Langit ••• "Kamu adalah...