Part 4

5.5K 571 9
                                    

"Daddy!"

Suara khas anak-anak langsung memenuhi studio Karan. Pukul 3 sore dan anak-anak baru sampai setelah dibawa oleh supir pribadi Nalla.

Gaia dan Giva, anak perempuan Nalla dan Karan. Kedua anak itu langsung berlari memeluk Karan yang tadi membukakan pintu. Sudah lama mereka tidak bertemu sang ayah karena kesibukan Karan serta tidak cocoknya waktu Karan serta Nalla untuk bertemu membawa anak-anak mereka bermain.

"Ah! Little babies! I miss you so much my babies."

Anak berusia 5 tahun dan 3 tahun itu berakhir di dalam pelukan sang ayah. Lalu mereka bermanjaan di sofa ruang pameran. Meninggalkan Nalla yang menggelengkan kepala tak percaya karena anaknya yang melupakan keberadaan Nalla.

Ia berjalan keluar studio itu dan menemui sang supir, mengatakan terimakasih untuk mengantar putrinya juga memberitahu jika supirnya itu bisa pulang karena Karan yang nanti malam akan mengantar mereka pulang.

"Daddy, kemarin...."

Mereka sibuk menceritakan semua hal pada ayahnya dan Karan dengan setia mendengar cerita kedua putrinya. Sesekali tangan Karan terulur mengusap kepala Gaia ataupun mencubit pipi Giva dengan gemas.

"Oh iya, Girls, tunjukkin dong ke daddy. Gimana kemarin nyanyinya?" tanya Nalla pada kedua putrinya.

Mendengar itu, Gaia dan Giva langsung berdiri dan menjauh dari sang ayah. Membuat Karan kebingungan. "Mama, tolong putar musiknya," pinta Gaia.

Nalla membuka ponselnya dan mencari musik yang Gaia maksud. Tidak butuh waktu lama, Karan tertawa melihat penampilan kedua putrinya yang berduet sambil bernyanyi.

Lagu yang mungkin akan sangat muak terdengar bagi orangtua dengan anak seumuran Gaia dan Giva. Salah satu lagu yang dibawakan dalam animasi Disney, Frozen.

Let It Go.

Seharusnya Karan sangat bosan dan muak mendengarnya. Tapi penampilan kedua putrinya ini tidak bisa dilewatkan serta sangat menghibur dirinya. Gaia dan Giva sangat menghayati pembawaan lagu itu seakan mereka penyanyi aslinya dengan mimik dan tarian yang ada.

Tepuk tangan Karan dan senyumnya tak pudar saat lagu itu selesai dibawakan. Ia merentangkan tangannya, meminta Gaia dan Giva memeluknya.

"Anak daddy pintar, ya."

"Iya dong! Aku kan mau jadi penyanyi. Kayak Aunty Sari," celetuk Gaia dengan polosnya merujuk pada teman baik sang ibu yang merupakan penyanyi ternama di negara ini.

"Oh, ya? Nanti daddy boleh dong nonton konser Kakak?" tanya Karan.

"Boleh! Daddy sama Mama duduk paling depan. Harus datang ya, Daddy," pinta Gaia dan Karan mengangguk mengiyakan dengan semangat mimpi dari putri tertuanya itu.

Ia mencium kening Gaia dan berpindah pada sang adik. Karan memangku Giva yang setelah bernyanyi hanya diam.

"Kalo Dedek gimana?" tanya Karan pada Giva.

"Dedek mau sama Daddy aja. Daddy jangan pergi tinggalin Mama, Kakak, sama Dedek," jawab Giva.

Jawaban anak berusia tiga tahun itu membuat Karan terdiam. Mungkin ini kali pertama sejak awal perceraian mereka dulu, ketika si kecil Giva menangis keras saat ibunya membawa Gaia dan Giva pindah rumah dan menjauh dari sang ayah.

Butuh waktu lumayan lama untuk Giva menerima jika ia tidak seleluasa dulu bertemu ayahnya karena perpisahan orangtua mereka serta kesibukan orangtuanya. Karan kira bayi kecilnya ini sudah mulai menerima. Tapi ternyata tidak.

Setelah Kita Berpisah [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang