PART 1 : ANAK YANG MEMALUKAN

2K 164 13
                                    

Sebelum membaca cerita ini aku mau kalian absen dong dengan nama daerah asal kalian.

Kalian tahu cerita ini dari mana? Tiktok, Ig, rekomendasi wattpad, rekomendasi temen atau cerita sebelumnya?

Dan jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca!

HAPPY READING
________________________________

HAPPY READING________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 1 : ANAK YANG MEMALUKAN

Tidak ada manusia yang bisa memilih bagaimana ia akan dilahirkan.

"Kamu semalam keluyuran kemana, Aksara?"

Sebuah pertanyaan terlontar diiringi derap langkah kaki berbalut sepatu pantofel yang menuruni tangga, membuat kunyahan cowok yang tengah menyatap roti di meja makan itu memelan.

Seorang lelaki dengan setelan jas yang melekat pas di tubuhnya yang masih tampak segar bugar dan atletis meskipun rambutnya telah beruban, duduk bergabung di meja makan. Tangan dengan jam tangan seiko yang melingkari pergelangannya tersebut langsung mengambil roti yang telah diolesi selai oleh sang istri.

"Habis pulang sekolah langsung pergi lagi, subuh baru pulang kayak anak nggak pernah dididik aja."

"Kenapa tidak dijawab? Bingung mau cari alasan apa lagi?" Sebuah dengusan keluar dari hidungnya diiringi senyum miring. "Papa sudah hafal kebiasaan kamu."

"Aksara kemarin bantuin anak-anak siapin bahan makanan buat bazar besok, Pa. Terus semalem Aksa tidur di rumah Tara. Aksara juga udah WA Mama," jawab lelaki berkulit sawo matang itu santai.

Aksara Garvi Danantya. Anak tengah dari pasangan Haidar dan Nilam.

"Bantuin urus bazar?" Haidar melempar tawa mengejek.

Kepalanya lantas menggeleng kecil dan berdecak. "Papa heran sama kamu Aksara, kamu itu ketua OSIS, ketua angkatan, bukannya mimpin anggota dan angkatan kamu malah ikut urusin bazar."

"Pantes aja kepala sekolah nyuruh Arka nge-handle perayaan dies natalis tahun ini orang ketua OSIS-nya aja nggak bisa apa-apa kayak kamu gini." Haidar mengucapkan kalimat itu tanpa berpikir apakah akan menyakiti putranya.

"Coba kamu contoh kakak kamu, Arka. Dia pintar, juara umum setiap tahun, walaupun udah jadi mantan ketua OSIS dan beberapa bulan lagi udah lulus, tapi masih aja diandelin loh. Benar-benar anak yang membanggakan."

Ada binar kebahagian yang terpancar dari bola mata hitam milik Haidar kala menyebutkan prestasi anak sulungnya itu. Membuat Aksara membuang pandangannya.

"Setiap anak itu memiliki potensinya sendiri-sendiri, Pa. Nggak bisa disamain. Papa jangan terus-terusan bandingin Aksara sama Kak Arka. Walaupun sedarah kami jelas beda, Pa," ucap Aksara berhasil memancing emosi Haidar.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang