Setelah berjalan cukup jauh, Aya dan Dante tiba di sebuah warung makan yang terdiri dari sebuah tenda sederhana sepanjang 10 meter. Area utara tenda, merupakan dapur terbuka tempat berlangsungnya kegiatan memasak yang dilakukan oleh tiga orang koki berusia pertengahan 30an dengan kemampuan yang setara koki restoran bintang lima.
Rasa masakan warung makan ini sudah terverifikasi selama tiga generasi, dengan resep rahasia yang sudah turun-temurun dipertahankan dan mendapat tempat di hati para pelanggan. Warung tenda tersebut juga memiliki tiga orang pramusaji berusia 20-an awal, salah satunya seorang wanita cantik yang terlihat cukup lembut dan sopan. Diketahui wanita tersebut merupakan anak kedua pemilik warung makan yang tidak pernah tergiur untuk membuka franchise di beberapa pusat kuliner kota Jakarta lainnya.
Selama tiga generasi, mereka selalu bertahan dengan satu warung makan yang bahkan tidak pernah berpindah tempat, atau setidaknya memperluas are makan bagi para pelanggan yang selalu rela berdiri untuk mengantri sambil menunggu pelanggan lainnya menyelesaikan santap malam mereka.
Di belakang meja kasir terdapat seorang wanita paruh baya yang cekatan menggunakan kalkulator dan merapikan nota tagihan para pelanggan. Ia bahkan menjadi suara yang bertugas memastikan semua pekerjaan karyawan-karyawan yang terdiri dari anak maupun menantunya itu berjalan dengan baik.
Di sisi lain tenda, berjejer beberapa meja berukuran sedang dan masing-masing terisi empat buah kursi plastic berwarna merah terang. Benar-benar warung makan kaki lima yang menawarkan rasa masakan restoran bintang lima. Tempat makan favorit Aya sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau SLTP.
Malam itu suasana cukup ramai, beberapa pelanggan sibuk bersantap malam dengan berbagai menu yang ditawarkan. Dari luar tenda, Aya dan Dante dapat melihat sosok yang tak asing duduk sendirian dengan hidangan lengkap di hadapannya.
"Rey," gumam Aya tepat saat Rey menatap ke arahnya sambil melambaikan tangan.
Berbeda dengan Rey yang tersenyum senang seakan penantian panjangnya terbayarkan. Aya merasa sedikit tidak nyaman sambil memandang Rey dan Dante bergantian.
Mengetahui apa yang dirasakan Aya, Dante hanya tersenyum dan menarik Aya untuk duduk bersama Rey.
"Dari tadi?" tanya Dante sambil menarik kursinya dari bawah meja.
"Belum lama..."
Dante menatap makanan di hadapan Rey yang belum disentuhnya sama sekali.
"Lo lagi nunggu orang lain?"
Rey menggeleng, namun tatapannya beralih pada Aya yang merasa canggung akan situasi itu. Dante tahu bahwa Rey memiliki perasaan khusus pada Aya terlepas dari kedekatan mereka yang seperti keluarga kandung. Rey juga menyadari, bahwa perasaannya diketahui oleh Dante sejak pertemuan pertama mereka di kampus.
Saat itu, Aya yang belum menyadari perasaan Rey, memperkenalkan Dante sebagai pacarnya. Namun, Rey malah menunjukkan perhatian yang cukup berlebihan untuk sebatas sahabat dan membiarkan perasaannya diketahui oleh Dante.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Love
Romance[ Complete] Dengan banyaknya wajah cinta, AYA tahu, banyak pula cara mengekspresikannya. Namun tak pernah ia sangka, sulit untuk memahami dan menerimanya. Seperti saat AYA mengetahui fakta, bahwa PAPI yang membesarkannya seorang diri dengan penuh k...