Chapter 13: Karate

1 0 0
                                    

Jam sudah menunjukkan bel pulang sekolah. Semua murid yang penat seharian penuh melakukan pembelajaran di dalam kelas akhirnya dapat bernapas lega. Terlihat semua murid keluar dari ruang kelas mereka, ada beberapa yang masih tinggal karena ada piket, atau menunggu ekstrakuliker.

Disya dan Andika keluar dari ruang kelasnya. Di depan kelas sudah ada Andacha yang mau salat Asar dulu bersama sahabatnya sebelum rapat ambalan dimulai. Mereka berdua mengikuti pramuka dan menjadi anggota ambalan sejak kelas X. Andika juga terdapat latihan karate.

*****

Setelah shalat ashar, Andika menuju aula utama yang ada dilantai atas. Ia berjalan menaiki tangga, tanpa disadari dibelakangnya sudah ada kak Reihan, atau yang biasa dipanggil dengan kak Rei, orang yang mengajaknya bergabung ke ekstrakulikuler karate.

Mereka berdua memasuki aula yang telihat masih sepi. Mereka kemudian ganti pakaian karate mereka.

"Aku nggak nyangka ternyata kamu udah shodan loh Dik, keren!" ucap kak Rei sambil ganti baju di luar aula. Biasanya cowok-cowok suka ganti baju di dalam aula, sedangkan cewek lebih memilih ganti baju didalam toilet aula.

"Makasih kak Rei," jawab Andika yang juga ganti baju.

"Aduh, cowok-cowok nih kalau ganti selalu aja diluar, nggak ada akhlak banget," ucap kak Putri yang baru sampai dengan beberapa tim karate yang lain. Kak Putri adalah kakak kelas XII IPS 4.

"Udah deh, Put, nyinyir mulu dari zaman Rei masih jadi embrio," timpal Shafa.

"Tapi kalau Oppa Dika nggak apa-apa." Putri tetap melanjutkan kalimatnya, tanpa peduli dengan Shafa.

"Dasar ganjen nih anak. Udah gitu, adik kelas dipanggil opa, apa maksudnya coba. Emang dia kakek-kakek!" Shafa tetap ingin membalas perkataan Putri.

Ia merasa senang sekali kalau berdebat dengan Putri yang suka ceriwis se-anggota klub karate. Sayangnya ia tidak pernah nyambung jika ada orang sudah berbicara tentang Korea apa lagi K-Pop, karena Shafa bukan penggemarnya.

"Ih, Shafa! Bukan kakek-kakek, kalau nggak tahu tentang oppa mending diem deh, kamu menistakan oppa aku tahu!!"

Shafa memutarkan kedua bola matanya, pusing menanggapi teman satu ekskulnya yang sudah menjadi K-Popers, sedangkan dia adalah sobat ambyar sejati.

"Kalau mau ngajak gelut sini, ayo!" tambah Putri lagi.

Seketika kedua gadis tingkat sabuk biru itu sibuk bertengkar dengan menggunakan teknik karate. Reihan tidak mau ambil pusing dan memilih mempersilakan masuk adik-adik kelas yang syok melihat tingkah kakak kelasnya. Mereka sebenarnya tidak serius, begitulah cara berantem mereka yang tidak biasa.

Tak berapa lama senpai Briyan datang. Untungnya kakak kelas yang berantem tadi sudah berhenti gelut-gelutan. Mereka ngos-ngosan dan memilih istirahat dulu, karena akan melakukan latihan.

*****

Masjid SMABUD terlihat sepi. Hari ini eksul rebana tidak ada latihan, begitu pun dengan ekskul SKI (Sie Kerohanian Islam) yang lebih sering mengadakan kegiatan di hari Minggu. Kedua ekskul tersebut biasanya latihan di masjid sekolah. Anak-anak yang mengikuti ekskul seperti voli, sepak bola, juga sibuk di lapangan sekolah. Begitupun organisasi pramuka yang diikuti oleh Disya dan Andacha, mereka mempunyai ruangan tersendiri yang bisa disebut basecamp pramuka. Ruangan tersebut dekat dengan ruang OSIS.

Guru-guru sebagian sudah ada yang pulang, sebagian masih ada di dalam ruang guru. Seseorang terlihat memasuki masjid tanpa ada yang tahu. Namun yang mencurigakan adalah, ia memakai topeng. Orang tersebut tidak memakai seragam SMABUD, melainkan seragam putih yang sangat familiar. Ia terlihat mencurigakan.

*****

Andacha merasa mengantuk mendengarkan rapat ambalan. Ia lebih antusias dengan OSIS daripada pramuka. Namun, dia harus menjalani keduanya, karena dulu dia daftar keduanya dan diterima. Disya melihat sahabatnya malah bermain game subway surf di smartphone untuk menghilangkan kantuk.

Disya mengerti bahwa Andacha kurang bisa beradaptasi dengan karakter anggota ambalan. Ia kemudian menepuk bahu Andacha, memberinya kode dengan mata.

"Pamit ke toilet dulu ya guys," pamit Disya. Biasa, kebanyakan cewek kalau mau ke toilet pasti minta ditemani.

Namun Disya tidak ke toilet, ia malah belok menuju tangga yang menuju aula atas, membuat kening Andacha berkerut. Namun, sekejap kemudian Andacha langsung ingat dan mengerti.

Disya hanya ingin melihat anak-anak karate latihan. Terlihat senpai Briyan sedang serius mengajari karate untuk sebagian anak-anak kelas X yang masih pemula, kak Rei dan Andika yang sudah senior telihat membantu adik kelasnya. Beberapa anggota lain, latihan secara berkelompok setelah senpai Briyan mengajari mereka gerakan baru.

Tak berapa lama, latihan karate dihentikan, mereka dapat istirahat sejenak. Disya melambaikan tangannya ke arah Andika, Andacha juga mengikuti sahabatnya, melambaikan tangan. Seperti biasanya, Andika selalu tersenyum seperti tokoh Lee Choi Taek di Reply 1988 ketika Du Suk memanggil.

"Bosen Dik, kamu kapan selesainya?" ucap Disya

"Bentar lagi selesai kok." Andika menyodorkan minuman kepada Disya yang langsung disambut hangat oleh Andacha.

"Ngabisin energi doang kalau di pramuka. Berapa lama lagi aku harus bertahaaaan," keluh Andacha sambil menyerahkan botol minum Andika ke Disya.

Mereka bersender di balkon aula, sambil melihat ke bawah gedung perpustakaan dan taman yang hijau dipenuhi dengan bunga dan pepohonan, serta beberapa kandang berisi burung membuat sekolah menjadi sejuk.

"Separah itu ya Ci" tanya Andika jadi ikut prihatin.

Disya mulai minum kemudian menjawab pertanyaan Andika sambil mengembalikan botolnya.

"Enggak juga sih Dik. Tapi entah kenapa kami sulit berbaur sama anggota ambalan yang lain. Aku merasa mereka kayak pilih-pilih teman, tapi entahlah, mungkin kami aja yang terlalu menutup diri dan kurang bisa beradaptasi."

"Eh, udah dicariin tuh Mad, aku balik kebawah dulu ya. Nanti kalau sempet pulangnya bareng," ucap Disya lagi.

Ia dan Andacha turun dan kembali ke ruang pramuka. Andika melanjutkan latihan karatenya.

*****

Sesosok laki-laki bertopeng itu terlihat puas dengan apa yang dilakukannya. Ia kemudian keluar dari masjid tanpa ada satu orang pun yang mengetahui aksinya.

Disya keluar bersama dengan Andacha bersamaan dengan Andika. Andacha lega akhirnya rapat selesai. Mereka berdua berjalan menuju parkiran.

"An, aku langsung bareng Andika aja mumpung tadi berangkatnya pakai motor kamu. Jadi biar kamu nggak usah nganterin aku ke rumah.

Andacha memberikan love ala Korea menggunakan kedua jari tangannya kepada Disya.

Dari kejauhan terlihat Irfan menuju parkiran. Mereka bertiga terlihat diam. Irfan yang tidak tahu jika ada kakak kelasnya di parkiran menampilkan wajah terkejut ketika ia sampai di parkiran. Ia kemudian tersenyum ramah kepada kakak kelas.

"Belum pulang Fan?" Andika akhirnya angkat bicara.

"Iya, kak tadi ada kerja kelompok," jawab Irfan dengan sangat ramah. Setelah memakai helm, ia langsung menuntun motornya menuju gerbang sekolah.

"Pulang dulu ya kak," pamitnya ramah.

"Hati-hati," jawab Andika.

Irfan tersenyum ramah kepada Andika. Entah mengapa Andika merasa ada kejanggalan terhadap senyum Irfan.

"Kakak juga hati-hati," katanya setelah berhenti sejenak. Ia menuntun motornya kembali.

"Udah tobat tuh anak??" ucap Andacha setelah dirasa Irfan tidak akan bisa mendengar suaranya.

Philophobia's GirlWhere stories live. Discover now