Chapter 15: Mencari

0 0 0
                                    

Bisa jadi orang yang melakukan keburukan di masa lalu malah lebih baik akhlaknya daripada kita karena dia bisa instropeksi diri, sedangkan kita hanya bisa mencaci.

-Tifandisya Fathoni-

Andacha datang ke ruang kelas sahabatnya, tadi pagi terdapat kehebohan pencurian infak masjid di sekolahnya, namun ia datang hampir terlambat ke sekolah dan langsung masuk kelas sehingga tidak sempat untuk ke kelas Disya untuk mencari tahu.

Disya tidak keluar istirahat, begitu pun dengan Andika. Ia melihat sahabatnya datang menghampirinya.

"Kok bisa ada kejadian kayak gitu sih Sya, jelas-jelas kemarin kita tahu kalau Andika latihan karate," ucap Andacha yang masih tak percaya dengan kejadian tersebut.

Semua terlihat bingung dan diam, siapa yang telah tega memfitnah Andika. Pak Muris datang ke kelas dan mencari Andika, ia mengajak Andika ke ruang guru. Semua anak-anak sekelas melihatnya. Mereka penasaran kenapa Andika dipanggil ke ruang guru, apakah ia akan dituduh sebagai pencurinya.

"Lagian uangnya juga aman. Fiks emang tuh orang mau ngerusak nama baik Andika," ucap Jangkung yang berada dibangkunya.

"Sya apa benar Andika waktu SD pernah mencuri?" tanya teman sekelas Disya lagi dan lagi.

Disya sangat bingung ia harus menjawab iya atau tidak, namun lebih baik jujur karena menurutnya ini tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sedang terjadi di sekolah. Disya menganggukkan kepalanya pasrah.

"Ih, kok bisa sih Sya?" tanya temannya lagi.

Disya menghembuskan napas kemudian berjalan berdiri ke depan. Ia meminta perhatian teman-temannya. Ia yakin untuk mengatakannya demi nama baik sahabat kecilnya.

"Teman-teman, apa yang dilakukan Andika di masa lalu itu nggak ada hubungannya dengan kejadian yang barusan terjadi. Teman-teman lihat kan, buktinya sendiri, kalau Andika nggak melakukannya. Jadi jangan menyangkutpautkan kejadian masa lalu dengan kejadian saat ini,"

Teman Disya terlihat ingin membantah. Disya meneruskan perkataannya lagi.

"Kita itu manusia, apa sehina itu kalau kita pernah berbuat salah. Apa semua orang di sini sebersih malaikat? Seharusnya kita instropeksi diri dulu sebelum menghakimi orang lain. Bisa jadi orang yang melakukan keburukan di masa lalu malah lebih baik akhlaknya daripada kita karena dia bisa instropeksi diri, sedangkan kita hanya bisa mencaci."

Andacha memberikan tepuk tangan meriah kepada sahabatnya. Diikuti Rizky, Jangkung, dan sebagian teman yang lain. Disya kembali duduk dibangkunya.

Diysa berbicara seperti itu karena sudah jengah setelah kejadian yang sedang panas di sekolah saat ini, banyak yang menjelek-jelekkan Andika dibelakang. Di grup WhatsApp telah ramai berbagai perbincangan pro kontra yang membuat Disya malas untuk membacanya.

Tak berapa lama Andika kembali ke kelas. Ia sedari tadi tetap terlihat tenang. Namun Disya khawatir jika kejadian ini akan memicu depresi yang tengah diidap oleh sahabatnya itu.

"Ada apa Dik?" tanya Jangkung.

"Nggak apa-apa, cuman diminta nyeritain kemarin, guru-guru butuh konfirmasi," jawab Andika.

"Hmm, guru-guru nanyain kamu pernah nyuri juga nggak Dik," tanya Andacha yang sebenarnya ragu menanyakan ini. Andika menganggukkan kepalanya.

"Gue ceritain semuanya," jawab Andika.

"Nice Bro, kamu harus tahu Dik, betapa kerennya Disya tadi, ngelawan penggibah orang ganteng, pada kicep semua mereka," ucap Andacha yang membuat Andika bingung. Jangkung dan Rizky terlihat tertawa dengan ucapan Andacha.

Philophobia's GirlWhere stories live. Discover now