Episode 12

25 10 0
                                    

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komentar

🛵

Tidak pernah terlintas dalam benak Tiani jika Pandu akan membelikan boneka beruang yang berukuran sedang lalu mengajaknya untuk mampir ke toko es krim.

Tidak pernah terlintas dalam benak Tiani jika Pandu akan membelikan boneka beruang yang berukuran sedang lalu mengajaknya untuk mampir ke toko es krim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sumber : pinterest

Tiani pikir jika Pandu akan mengajak ke tempat di mana Pandu ingin sekali mendatanginya, seperti tempat latihan olahraga, tapi ternyata Pandu malah mengajaknya ke sini.

Di bawah saung yang terletak di depan toko es krim, kini Tiani dan Pandu sedang menikmati es krim mereka sambil ditemani suara kendaraan yang saling hilir mudik.

"Suka nggak sama tempatnya?" tanya Pandu.

"Suka. Kok lo tahu tempat ini? Padahal gue yang udah lama di sini nggak tahu loh."

Melihat tempat yang agak jauh dari perumahan mereka, Tiani sangat takjub dengan toko es krim yang mengangkat tema tradisional namun modern. Saung yang didirikan memang tidak banyak, tapi di dalam toko es krim dan halaman belakangnya, terdapat tempat yang instagramable untuk kalangan remaja.

Jadi, jika ke tempat ini pengunjung bisa menikmati dua dekade sekaligus. Di luar tradisional di dalam modern.

"Semalam gue nggak sengaja lewat sini," jawab Pandu.

"Kalau boleh tahu habis dari mana?"

"Main tempat saudara gue yang kebetulan memang ada di Lampung. Karena beda sekolah dan membuat gue nggak bisa main siang, yaudah saat malam deh bisanya."

"Ketidaksengajaan yang indah," ucap Tiani pelan. Tapi masih bisa Pandu dengar.

"Ketidaksengajaan itu memang anugerah bagi gue. Karena buktinya bisa mengajak lo yang terlihat banyak beban ini makan es krim bersama."

Kening Tiani mengerut bingung.

"Memang kelihatan kalau gue banyak beban?"

Pandu mengangguk.

"Sebelumnya gue minta maaf, sebenarnya saat lo dan Akbar mengobrol di belakang sekolah waktu itu, gue mengikuti kalian karena gue takut kalau Akbar akan berbuat kasar sama lo, tapi ternyata gue malah mendengar hal lain. Sorry, lancang."

Tiani begitu terkejut dengan kejujuran Pandu yang tidak disangkanya. Tiani memang sempat penasaran dengan bayangan itu, tapi tidak pernah terlintas jika orang itu adalah Pandu.

"Ndu, orang itu lo?"

"Jadi lo sadar kalau ada yang menguping."

"I–iya. Cuma gue nggak tahu kalau itu lo. Dan soal di lapangan juga?"

Pandu mengangguk. "Gue kayak gitu karena obrolan anak kelas yang selalu bilang kalau lo jahat orangnya," tutur Pandu.

Benarkah mereka terus mengatakan dirinya jahat. Padahal mereka juga tahu kalau Tiani adalah ambis bukan orang jahat.

Putih Abu-Abu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang