Episode 16

16 5 0
                                    

#LovRinzWritingChallengeBatch02
#SchoolLife

🏫

Kepalanya menoleh ke dalam kelas 11 C, tapi ia tidak menemukan batang hidungnya. Padahal ia sudah rela berangkat hampir bersamaan dengan bel masuk untuk menemui biang kerok dari kekesalannya kemarin malam.

Setiap sudut sekolah matanya mengawasi, tapi tetap saja ia tidak menemukan sosok yang dicarinya.

"Cari siapa, Tia?" tanya Toni yang kini di hadapannya.

"Cari siapa aja," jawab Tiani ketus. Ini adalah obrolan pertama mereka setelah kejadian saat itu.

"Akbar?" tebak Toni yang sepertinya tidak terpengaruh jawaban ketus Tiani. Mata sipit itu ikut menyelusuri ke dalam kelasnya.

Tiani memutar bola mata kesal. Sudah tahu siapa yang pasti dicarinya, tapi Toni masih saja bertanya. Ia hapal jika itu hanya basa basi karena sudah lama tidak saling menyapa jika berpapasan.

"Dia kayaknya nggak sekolah. Gue dengar dari sekretaris Akbar izin tiga hari," jawab Toni.

Mata Tiani memicing curiga.

"Alasannya?"

Toni mengedikkan bahu tidak tahu. "Dia nggak kasih alasan di surat. Tapi kalau izin di wali kelas mungkin ada alasannya. Dan lo harus tahu—"

Toni menggeser posisinya agar obrolan mereka tidak ada yang mendengar. Tiani pun memutuskan untuk menjauh dari pintu kelas 11 C diikuti Toni yang berdecak.

"—Ini udah kesekian kalinya Akbar izin. Malah kelas 11 ini dia rutin banget izin tiga hari di tanggal yang sama," lanjut Toni.

Entah kaget atau bingung, yang jelas Tiani merasakan kegelisahan menghampiri dirinya. Ia baru tahu jika Akbar sering izin dan di tanggal yang sama. Ke mana sebenarnya Akbar pergi?

"Dia sering cerita sama lo?"

Toni menggeleng. "Dia nggak pernah cerita apa pun. Kami selalu bersama nongkrong dan gue nggak curiga apa pun. Apa lo memikirkan apa yang gue pikirkan, Tia?"

Tiani bersandar di pilar.

"Emang lo memikirkan apa?"

Ada helaan napas panjang sebelum Toni mengatakan kalimat yang semakin membuat Tiani takut akan satu hal.

"Gue takut sesuatu yang nggak diinginkan sudah terjadi. Akbar sahabat gue sejak kelas 10, gue takut kalau kemungkinan itu terjadi."

"Ck, lo ngomong apaan sih, makanya jangan kebanyakan nonton televisi."

"Gue serius, Tiani. Terserah lo percaya atau nggak. Gue ke kelas dulu, udah bel."

Mata Tiani menatap lurus ke depan, entah apa yang dirasakannya, tapi pikirannya mulai kacau bahkan semakin menjadi kacau. Rasa kegelisahan mulai datang, begitu juga rasa cemas yang mulai menghampirinya, Tiani seperti takut, tapi entah pada apa.

Gue harap lo baik-baik aja, Bar, batinnya.

🏫

Sejak pelajaran pertama sampai istirahat, lalu masuk lagi, Tiani merasakan hal beda dari Anisa. Temannya itu lebih banyak diam, lia bertanya soal obrolan semalam saja Anisa malah menjawab tidak penting.

Jika dibilang Anisa marah, sepertinya tidak. Karena jika marah, maka Tiani akan didiemin sekarang, tapi ini tidak. Anisa kadang menjawab obrolannya, tapi tidak seaktif biasanya.

"Lo udah nulis materinya?" tanya Tiani. Kelas mereka yang kebetulan sedang pelajaran Sejarah kebagian untuk mencatat materi.

Putih Abu-Abu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang